Oleh: Ronald Nangoi, Pemerhati Bisnis Internasional

Masyarakat bisnis menyadari bahwa teknologi berperan penting terlebih dalam bisnis global di tengah “dunia yang makin datar” (the world is flat), sebagaimana dikenalkan oleh Thomas L Friedman. Untuk mempertajam daya saing, perusahaan global mengandalkan teknologi, yang makin mengintegrasikan bisnis antara lain dalam bentuk “rantai pasok global” (global supply chain). Sistem rantai pasok yang ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi, logistik, dan informasi memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnis secara kompetitif di lokasi mana saja.
Namun, dengan meluasnya bisnis global, tidak berarti bahwa faktor sumber daya manusia (SDM) menjadi kurang relevan. Sebaliknya bisnis yang makin terintegrasi di tengah dunia yang makin datar perlu memperhitungkan faktor SDM. Sebagaimana diketahui, kegiatan bisnis yang telah bergeser dari padat karya tidak hanya ke padat modal tetapi juga ke padat pengetahuan menunjukkan pentingnya SDM. Untuk mampu bersaing di pasar dunia, perusahaan harus mengandalkan tenaga kerja terampil dan berpengetahuan.
Victor K. Fung, William K. Fung, dan Yoram (Jerry) Wind dalam buku “Competing in A Flat World: Building Enterprises for A Borderless World” (2008, 128) mengingatkan bahwa perusahaan harus berpikir matang tentang interaksi antara manusia dan teknologi. Mereka menunjukkan perlunya judgement (kearifan dalam menilai) dan pengalaman di balik keahlian manusia di setiap titik sepanjang rantai pasok. Dalam konteks bisnis internasional, pendekatan SDM pun perlu ditempatkan dalam konteks bisnis internasional sebab menentukan efektivitas pengelolaan SDM tersebut.
Operasi Bisnis Terintegrasi
Terlepas dari tantangan geopolitik masa kini, bisnis pada tingkat dunia tetap terintegrasi oleh sistem rantai pasok. Dunia dengan ciri negara tanpa batas mendorong perusahaan global untuk menerapkan sistem rantai pasok yang mengintegrasikan perusahaan-perusahaan dari berbagai negara dan lokasi dalam memproduksi barang atau jasa global. Fung et al bahkan memperkenalkan integrasi bisnis dalam bentuk “orkestrasi jaringan” (network orchestration) yang lebih maju daripada rantai pasok klasik. Mereka menggunakan Li & Fung sebagai kasus bisnis di mana perusahaan ini menerapkan orkestrasi jaringan dengan mengandalkan pengetahuan dan keterampilan SDM, antara lain dalam berkolaborasi dengan para mitra bisnis-pemasok dan pelanggan.
Bahasan terbatas pada hubungan manusia sebagai bagian dari bisnis global. Meski Fung et al tidak semata fokus pada pengelolaan SDM, meluasnya rantai pasok yang dan orkestrasi jaringan yang secara berturut-turut mengutamakan efisiensi operasi dan inovasi mengidentifikasi makin intensifnya SDM dalam operasi bisnis global. Orkestrasi mengintegrasikan kelompok orang dari perusahaan yang berbeda dan berhubungan erat dengan kapasitas manusia, seperti pengetahuan, inovasi, daya tanggap, hubungan kooperatif, dan kepercayaan. Beberapa kata kunci seperti pemberdayaan manusia, organisasi pembelajaran, layanan pelanggan tidak dapat diabaikan dalam upaya perusahaan untuk menjadi kompetitif. Fung et al (2008, 37) secara gamblang menunjukkan bahwa orkestrasi terletak pada penggalian bakat dan kreativitas jaringan, koordinasi semua elemen individu, dan memastikan keberhasilan proses secara keseluruhan.
Dengan terintegrasinya bisnis global, perusahaan memang perlu mengupayakan efisiensi, inovasi dan fleksibilitas operasi yang sarat akan unsur SDM. Untuk itu, perusahaan harus memiliki kapasitas untuk mengatur dan memelihara kerjasama erat dengan mitra bisnis lain dalam menjalankan rantai pasok. Dalam persaingan global, perusahaan dengan daya saing tidak bisa lagi mengandalkan kapasitas individu. Menurut Fung et al (2008, 45), persaingan saat ini lebih bersifat "supply chain against supply chain" daripada "company against company." Pada prinsipnya, perusahaan dapat memperoleh manfaat sinergisme dan inovasi dari kerja sama tim yang solid dalam sistem yang terintegrasi.
Untuk menjalin tim kerja solid, orientasi global dan pendekatan multikultural harus diperhitungkan dalam berbisnis di dunia yang makin datar. Perusahaan global harus memiliki SDM yang mampu menyesuaikan diri dengan mitra-mitra asing dengan berbagai latar belakang budaya. Sistem orkestrasi dan rantai pasok yang melibatkan perusahaan-perusahaan dari berbagai negara mempersyaratkan hubungan dan kerjasama erat “antar manusia” berbasis kepercayaan. Maka kemampuan SDM untuk melakukan adaptasi budaya dengan cepat diperlukan. Dalam hal ini, relevan bagi perusahaan untuk melakukan pendekatan SDM global yang efektif dan sejalan dengan strategi internasional perusahaan.
Relevansi Pendekatan SDM Global
Jika manajemen perusahaan mengabaikan SDM, maka akan sulit tercapai efektivitas manajemen SDM. Dalam hal ini, SDM perusahaan sulit diharapkan dapat mendukung sistem manajemen terpadu yang memerlukan pendekatan SDM untuk menciptakan tim kerja solid dan mengacu pada strategi internasional perusahaan. Tim kerja yang kurang solid dan tidak terkoordinasi baik sulit unggul dan mampu menyaingi tim kerja pesaing yang solid dalam pasar global.
Maka, pengembangan SDM secara berkelanjutan dalam bentuk empowerment tetap relevan dalam penguatan bisnis global masa kini. Meski menjadi fungsi pendukung dalam sistem rantai pasok, manajemen SDM sebenarnya berperan strategis dalam memperkuat daya saing perusahaan. Perusahaan global harus didukung kuat oleh tenaga kerja kompeten dan berbakat dengan karakteristik antara lain
1. Kepemimpinan yang kuat dan memastikan komitmen dan kepercayaan dalam menjalankan rantai pasok fleksibel perusahaan atau orkestrasi jaringan.
2. Kerjasama tim yang menjadi prasyarat dalam operasi bisnis yang terintegrasi. Dengan meluasnya manajemen rantai pasok dan orkestrasi jaringan, muncul pola pikir baru yang memungkinkan semua pemain dalam rantai untuk bekerja sama mengoptimalkan sistem tersebut (Fung et al, 2008, 3). Bekerja sama merupakan semangat kerja tim dalam operasi bisnis.
3. Kapasitas belajar yang didasarkan oleh pemikiran bahwa perusahaan global yang kini dikenal sebagai “organisasi belajar” (learning organization) bersifat padat pengetahuan. Dalam menjalankan perusahaan global, terutama operasi bisnis terintegrasi, judgement (penilaian manusia dalam pengambilan keputusan) penting dan bergantung pada pengalaman belajar manusia.
4. Fokus (customer-focused) dan pelayanan konsumen yang makin menjadi kebutuhan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan tingkat pemberdayaan yang tinggi. Sistem bisnis terintegrasi yang fleksibel dipahami memungkinkan manajemen perusahaan untuk cepat tanggap terhadap pelanggan.
Pendekatan SDM Sejalan dengan Strategi Bisnis Internasional
Aspek penting lain dalam pengelolaan SDM perusahaan adalah sejauh mana pendekatan manajemen SDM searah dengan strategi internasional perusahaan. Literatur bisnis internasional antara lain memperkenalkan empat strategi bisnis internasional, yakni strategi home-replication, multi-domestik, global, dan transnasional (Ball et al, 2012, 238-40). Strategi-strategi internasional ini dapat menjadi panduan manajemen perusahaan untuk merumuskan pendekatan manajemen SDM global. Pendekatan SDM global pada dasarnya bisa berbentuk pendekatan etnosentris, polisentris, dan geosentris (Peng 2009, 204-5). Pendekatan SDM berkaitan dengan emploimen perusahaan akan warga negara tuan rumah (host country national)/warga lokal, warga negara asal (parent country nationals), dan warga negara ketiga (third country nationals)/ekspatriat.
Etnosentris menekankan norma dan praktik perusahaan induk (dan negara asal perusahaan multinasional) dengan mengandalkan warga negara negara asal. Maka, pendekatan etnosentris cocok dengan strategi home-replication perusahaan. Dengan pendekatan ini, perusahaan mempekerjakan ekspatriat atau tenaga kerja dari negara asal. Pendekatan semacam itu tentu bermanfaat bagi perusahaan yang kekurangan tenaga kerja lokal yang kompeten dan tidak mendapat penolakan dari negara tuan rumah, meski biayanya relatif lebih tinggi.
Kemudian, pendekatan polisentris mengacu pada strategi multi-domestik. Ini dapat diterapkan secara efektif untuk perusahaan yang memiliki karyawan lokal yang kompeten dan terampil. Dengan pendekatan ini, perusahaan mempekerjakan dan mempromosikan karyawan dilakukan berdasarkan konteks lokal anak perusahaan perusahaan. Alasan yang masuk akal adalah, antara lain, karyawan lokal lebih suka bekerja untuk eksekutif atau manajer lokal; mempekerjakan penduduk setempat menurunkan biaya tenaga kerja; dan keyakinan bahwa pekerja lokal memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pemangku kepentingan lokal. Kemudian, di bawah pendekatan ini, pengambilan keputusan dan kebijakan SDM dibuat di anak perusahaan di negara-negara lokal.
Pendekatan yang memanfaatkan warga lokal, ekspatriat, dan warga negara ketiga cenderung sesuai dengan pendekatan geosentris yang sejalan dengan strategi transnasional dan strategi global perusahaan. Dengan pendekatan geosentris, karyawan dipekerjakan dan dipromosikan oleh manajemen berdasarkan kemampuan dan pengalaman tanpa mempertimbangkan ras atau kewarganegaraan. Di bawah pendekatan ini, kemanusiaan dianggap sebagai satu entitas.
Ditinjau dari perkembangan bisnis global dan dunia yang makin terintegrasi, berbeda pendekatan etnosentris yang mengandalkan tenaga ekspatriat bahkan pendekatan polisentris dengan tenaga lokal menjadi kurang relevan dalam kegiatan bisnis global. Pendekatan terakhir, yakni pendekatan geosentris, lebih relevan bagi rantai pasok atau orkestrasi jaringan yang mengintegrasikan SDM dari berbagai negara. Pendekatan ini tidak membedakan asal usul tenaga kerja sejauh tenaga kerjanya kompeten memenuhi kualifikasi yang diperlukan perusahaan.
Efektivitas Manajemen SDM Menentukan Daya Saing
Pendekatan SDM yang efektif dapat menjadi bagian upaya perusahaan global untuk menjadi kompetitif. Untuk itu, perusahaan global harus mengelola SDM dengan mempertimbangkan realitas bisnis global berciri dunia datar di mana perusahaan beroperasi dalam sistem bisnis terintegrasi yang telah berkembang dari sistem rantai pasok ke orkestrasi jaringan. Kedua, pendekatan SDM juga harus dirumuskan selaras dengan strategi internasional perusahaan. Keduanya dapat meyakinkan kita bahwa pendekatan geosentris di mana perusahaan dapat mempekerjakan karyawan yang kompeten dari berbagai negara tampaknya sesuai untuk bisnis global saat ini, terutama perusahaan cenderung melakukan bisnis di bawah strategi global atau transnasional.
Selain penempatan pendekatan SDM dalam perspektif bisnis global termasuk sistem rantai pasok, efektivitas pendekatan SDM juga tetap perlu ditempatkan dalam perspektif manajemen SDM. Untuk itu, perusahaan yang menjalankan bisnis internasional perlu menenerapkan prinsip-prinsip dasar manajemen, termasuk manajemen SDM, melalui pemberdayaan agar terbentuk kepemimpinan (global) yang kuat, tim kerja yang solid, kemampuan belajar terus menerus, mentalitas pelayanan dalam mendukung sistem bisnis perusahaan yang terintegrasi. Tanpa pendekatan itu juga, sulit bagi perusahaan untuk melakukan pendekatan SDM secara efektif untuk menunjang terciptanya daya saing perusahaan di pasar global. Pendekatan SDM ini perlu menjadi pertimbangan juga bagi para pelaku bisnis kita yang makin maju dan berpeluang memperluas kegiatan bisnis di pasar global.
Referensi
Ball, Don A., J. Michael Geringer, Jeanne M. McNett, dan Michael S. Minor. 2012. International Business: The Challenge of Global Competition. Hampshire: McGraw-Hill.
Fung, Victor K., William K. Fung, dan Yoram (Jerry) Wind. 2008. Competing in A Flat World: Building Enterprises for A Borderless World. New Jersey: Wharton School Publishing.
Peng, Mike W. 2009. Global Business. South-Western Cengage Learning.