My Article

Transformasi Digital Jasa Raharja di Era Disrupsi

Di era revolusi industri 4.0, hanya ada 2 (dua) pilihan, terdisrupsi atau mendisrupsi diri (self disrupted). Opsi terbaiknya tentunya adalah mendisrupsi diri. Dengan langkah ini, inisitif strategis untuk mengembangkan model bisnis dan inovasi akan memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Namun, sayangnya tidak banyak organisasi yang memiliki keberanian untuk memilih inisiatif seperti itu. Posisi dominan dalam industri cenderung membuat organisasi lebih memilih status quo. Bagaimana dengan Jasa Raharja, BUMN yang diamanahkan menyelenggarakan program asuransi sosial kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan yang berumur hampir 59 tahun? Apakah memilih terdisrupsi atau mendisrupsi diri.

Tak dapat dinafikkan, perkembangan fundamental pada bidang teknologi berdampak pada gaya hidup dan ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan. Peningkatan penetrasi internet di Indonesia yang telah mencapai 171 juta pengguna (APJII, 2019) membentukperilaku pengguna di Indonesia menjadi serba digital. Berdasarkan data tersebut, pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu rata-rata hingga 3.5 jam per hari, lebih banyak dibandingkan pengguna di A.S. yang hanya 1.9 jam (Statista, 2018). Bahkan, masyarakat Generasi Y (millennials) dan Generasi Z yang saat ini melebihi 65% populasi di Indonesia (Euromonitor, 2018), tak lagi dapat dipisahkan dari teknologi. Situasi ini disebabkan teknologi menawarkan efisiensi, kemudahan dan produktifitas dalam proses dan output dari setiap aktifitas dalam masyarakat.

Oleh karena itu, digitalisasi dilakukan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi. Keunggulan ini dianggap sebagai kunci untuk bertahan terhadap perubahan di era disrupsi. Nampaknya, Jasa Raharja pun menyadari akan hal tersebut. Transformasi digital dikembangkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat khusus korban kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan. Terlebih dengan tren kecelakaan lalu lintas yang meningkat dalam empat tahun terakhir (Korlantas Polri, 2019) membuat Jasa Raharja membangun inisiatif strategis berbasis digital untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi dari masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pelayanan terhadap santunan korban kecelakaan, Jasa Raharja telah melakukan transformasi berupa digitalisasi transaksi keuangan (cashless payment). Sistem ini memungkinkan penyerahan santunan ditransfer melalui rekening korban atau ahli waris korban melalui virtual account. Berkat kerjasama dengan bank pemerintah, kini pembayaran sudah dapat dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu bahkan hari libur sekalipun. Untuk evaluasi dan tolak ukur analisis bidang pelayanan, Jasa Raharja menggunakan objek penilaian seperti penyelesaian korban kecelakaan, penyelesaian korban meninggal dunia, transfer ke rekening rumah sakit (overbooking), maupun kecepatan administrasi ke rumah sakit dimulai dari sejak pasien keluar dari rumah sakit dan dilakukannya survei pasca bayar.

Pelayanan yang dituntut tidak hanya cepat dan mudah, melainkan transparan dan akuntabel berbasis IT. Transformasi tersebut juga merambah pada sektor pendapatan. Jasa Raharja menggaet Tim Pembina Samsat untuk menciptakan transformasi lain berupa Samsat Online Nasional (Samolnas) atau e-Samsat. Samolnas merupakan layanan digital berupa aplikasi untuk memudahkan sistem administrasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), serta pengesahan STNK elektronik yang berbasis self service. Berbeda dengan Samsat, Samsat Online tidak memerlukan antrean yang panjang, sehingga pelayanan yang diberikan dapat memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan yang praktis dan cepat.

Bahkan Jasa Raharja mengembangkan penggunaan one stop application bagi masyarakat melalui aplikasi JR-ku. Pengajuan santunan dan pembayaran Iuran Wajib dari para operator angkutan umum dapat dilakukan melalui aplikasi ini. Aplikasi JR-ku juga terkoneksi dengan Samolnas untuk pendaftaran ulang STNK. Fitur MyTrip juga melengkapi aplikasi ini sebagai penunjuk arah yang memberikan kemudahan pengemudi kendaraan untuk melakukan perjalanan. Hanya sayangnya, belum banyak masyarakat memanfaatkan aplikasi ini. Faktornya, bisa jadi ketidaktahuan masyarakat akan adanya inovasi ini. Oleh karena, Jasa Raharja sebaiknya perlu melakukan sosialisasi yang lebih massif melalui acara khusus di setiap daerah, maupun promosional secara online di media sosial Youtube, Facebook, Twitter, dan Instagram. Dengan adanya saluran promosional online dan offline, tentu akan memudahkan masyarakat mendapatkan informasi mengenai Jasa Raharja.

Peningkatan pengguna transportasi online pun telah disasaroleh Jasa Raharja. Beberapa waktu yang lalu, Jasa Raharja menandatangani perjanjian kerja sama dengan Gojek. Kerjasama ini untuk memberikan kepastian jaminan bagi pengguna GoCar selama perjalanan. Dengan transformasi digital ini, Jasa Raharja seharusnya semakin mampu untuk melakukan diversifikasi layanannya, seperti bekerjasama dengan merchant yang sering ditemui masyarakat, maupun integrasi layanan dengan dompet online untuk menambah metode pembayaran Iuran Wajib atau Sumbangan Wajib. Dengan jumlah pemilik kendaraan yang menjadi nasabah Jasa Raharja, dengan inisitif digital tersebut sebenarnya Jasa Raharja dapat berperan penting dalam meningkatkan literasi asuransi masyarakat Indonesia yang terbilang rendah dibandingkan negara-negara lain.

Risiko Teknologi Informasi

Transformasi digital yang dilakukan oleh Jasa Raharja tentunya patut diapresiasi. Namun langkah ini perlu dicermati oleh Jasa Raharja dari perspektif manajemen risiko. Bahwa Jasa Raharja menjadi rentan terhadap risiko teknologi informasi (TI). Risiko TI saat ini tidak hanya dinilai dari kehilangan asset TI, namun dinilai juga dari kehilangan bisnis akibat kehilangan data, pelanggaran hukum dalam transaksi elektronik, bencana atau gangguan yang mengakibatkan terhentinya proses bisnis.

Pertanyaan pentingnya adalah seberapa efektif Jasa Raharja mengelola risiko TI tersebut? Ketika terjadi pemadaman listrik oleh PLN beberapa waktu yang lalu, bagaimana dampaknya terhadap pelayanan Jasa Raharja yang saat ini sangat mengandalkan jaringan internet. Tentunya ini menjadi PR besar buat Jasa Raharja untuk mengembangkan pengelolaan risikonya. Sehingga setiap risiko dapat teridentifkasi dengan cermat dan mitigasinya dapat dilakukan secara efektif. Evaluasi terhadap kehandalan sistim TI Jasa Raharja menjadi mutlak dilakukan secara berkala.

Sebagai penutup, menjadi satu-satunya perusahaan asuransi sosial dalam bidang kecelakaan lalu lintas dan penumpang umum, Jasa Raharja ternyata lebih memilih untuk mendisrupsi diri. Banyak hal yang Jasa Raharja lakukan sebagai bentuk inovasi dalam memberikan kemudahan dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat dengan mengadaptasi teknologi informasi. Namun, perlu dicatat bahwa transformasi bukan hanya sekadar memenuhi tuntutan era digital, tetapi meningkatkan performa Jasa Raharja dan senyatanya menjawab kebutuhan masyarakat adalah indikator apakah transformasi digital Jasa Raharja sudah on the track atau belum.

Oleh: Marsya Monazella, M. Dzaki A., Karen Siahaan, Vida Ismi K., Dr. Dewi Hanggraeni S.E., M.BA


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved