Management SWA Online Trends

Pentingnya Mental Health Karyawan untuk Produktivitas Kerja

Pentingnya Mental Health Karyawan untuk Produktivitas Kerja
Kabiro Komunikasi dan Pelayanan Publik SIti Nadia Tarmizi menyampaikan pentingnya kesehatan mental karyawan untuk produktivitas kerja. (Foto: Dok Setpres)

Dalam beberapa tahun terakhir persentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi Rumah Tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia meningkat dari 1,7 permil menjadi 7 permil di tahun 2018.

Gangguan mental emosional pada penduduk usia dibawah 15 tahun, juga naik dari 6,1% atau sekitar 12 juta penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk. Bahkan, kondisi kesehatan jiwa diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 selama tiga tahun terakhir ini.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan banyak orang yang belum sadar akan kesehatan jiwa. Padahal sehat itu tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara jiwa. Bahkan biasanya sakit secara fisik juga imbas dari sakit secara jiwa.

“Seringkali yang namanya cemas ataupun kondisi yang kita sebut sebagai mulai terasa depresi, itu sering tidak dirasakan. Padahal kita tahu insomnia, kalau mau ke kantor sakit perut, atau tiba-tiba sering sakit Maag, atau tiba-tiba deg-degan, itu sebenarnya sudah berada di suatu kondisi di mana mungkin kesehatan jiwa kita sudah tidak terlalu sehat,” kata Nadia saat diwawancara SWA Online, Jumat (2/12/2022).

Menurut Nadia, Kemenkes menyadari hal tersebut. Sehingga berusaha untuk menyeimbangkan antara kesehatan secara jiwa dan juga kesehatan kesehatan fisik. Pekerjaan yang terus-menerus tapi kondisi kantor ataupun perusahaan yang tidak memberikan waktu pekerja untuk rileks, tidak ada wahana santai, atau untuk melakukan aktivitas fisik dan olah raga maka peluang pekerja mengalami stres lebih besar.

“Karena kita tahu itu (rileks, olah raga, suasana santai) adalah cara-cara untuk merilis stres, juga merupakan upaya untuk mengurangi burnout,” kata Nadia.

Sebagai upaya menjaga kesehatan jiwa karyawan, Kemenkes melakukan beberapa langkah yakni dengan menggawangi GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat), memiliki staf layanan kesehatan jiwa, juga mengatur jadwal dengan seimbang antara WFH dan WFO. Selain itu juga membuat suasana kantor lebih menyenangkan dengan cara menghilangkan sekat antar meja kerja dan tidak lagi membagi unit-unit.

“Karena biasanya jika fasilitas, sarana, dan prasarana lebih menyenangkan itu justru kreativitas (karyawan) akan lebih baik daripada kantor yang kaku. Bahkan sekarang kita sudah mulai tidak membagi-bagi lagi berdasarkan unit-unit, kotak-kotak (meja kantor) perlahan-lahan yang tadinya cubicle nanti lebih tidak ada pembatasan lagi. Selain itu Kemenkes punya sarana fitness, basket, dan tenis meja yang bisa dimanfaatkan karyawan di luar jam kantor ataupun pada waktu istirahat,” ujarnya.

Untuk itu Kemenkes mendorong perusahaan agar terus memperhatikan kesehatan jiwa para karyawannya. Nadia menambahkan, kesehatan mental karyawan kini juga masuk dalam poin penilaian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

“Setiap tahun Kemenkes memberikan penghargaan untuk perusahaan-perusahaan yang menerapkan upaya kesehatan kerja, termasuk kesehatan mental untuk para pekerjanya,” ujarnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved