Profile

Admira Wijaya, Ilustrator Spesialis Komik Berkelas Internasional

Admira Wijaya, Ilustrator Spesialis Komik Berkelas Internasional

Di tahun 2010, bermodalkan ratusan juta rupiah Admira Wijaya mendirikan studio komik di kota kelahirannya, Malang, Jawa Timur. Studio ini merupakan perwujudan cita-cita Admira untuk mengembangkan industri komik nasional. Di studio ini, ia menggaet talenta-talenta lokal yang hobi menggambar atau yang ingin menekuni profesi sebagai ilustrator. Ia mengajarkan aneka macam teknik ilustrasi, misalnya teknik mewarnai, menggambar karakter, dan menyunting gambar di komputer. Sayang, ia terpaksa menelan pil pahit lantaran studionya merugi dan terpaksa ditutup pada 2012.

Peristiwa ini meninggalkan perasaan traumatis. Gara-gara itu, Admira nyaris berhenti dari urusan menggambar ilustrasi. Untung saja, ia berubah pikiran dan melanjutkan profesi itu. Jika tidak, Indonesia bisa saja kehilangan ilustrator berkelas internasional. Bagaimana tidak, Admira adalah ilustrator film Batman vs Superman: Dawn Justice yang beberapa waktu lalu diputar di layar bioskop. “Saya terlibat di film ini sebagai style guide artist yang tugasnya membuat tekstur dan pewarnaan tokoh-tokoh di film Batman vs Superman,” ungkap kelahiran 2 April 1976 ini.

Proyek ini memberi kesan tersendiri bagi Admira, sekaligus melambungkan namanya di kalangan komunitas komik internasional. “Karena, nama saya tercantum sebagai ilustrator di credit title film,” katanya. DC Comics, selaku pihak yang punya hajat, tidak asal-asalan memilih ilustrator di film tersebut. Admira dan ilustrator lainnya harus melewati proses seleksi. DC Comics melelang posisi ilustrator untuk medapatkan tenaga terampil yang cocok untuk mengerjakan artistik visual di film itu. Admira mengisahkan, di tahun 2006 ia mengikuti proses lelangnya. “Saat bertemu DC Comics, saya membawa sampel produk. Lalu, mereka melakukan penilaian. Setelah itu, tahun 2007 saya dikabari DC Comics untuk membuat ilustrasinya,” ia menjabarkan prosesnya.

Admira Wijaya

Admira Wijaya, Pendiri Studio Kotak

Menurutnya, tugas ilustrator itu berbeda dengan komikus. Ilustrator menggambar kover atau interior komik. Sementara komikus mengerjakan gambar, serta mengonsep ide dan alur cerita. Setelah proyek itu berada digenggamannya, Admira fokus mengerjakan ilustrasi film Batman vs Superman selama setahun. Ini merupakan proyek terlama yang pernah dikerjakannya sepanjang kariernya sebagai ilustrator. Ia diberi honor oleh DC Comics.

Menyinggung nilai honor, Admira mengatakan, seorang ilustrator biasanya menerima honor US$ 30 ribu di proyek film bikinan Marvel untuk pengerjaan dalam jangka waktu setahun. ”Sedangkan honor dari DC Comics sekitar US$ 20 ribu,” ia melanjutkan. Honor diberikan bertahap oleh perusahaan animasi ke sang ilustrator dalam jangka waktu tertentu layaknya pembayaran gaji bulanan.

Selain film tersebut, Admira sudah dikenal melalui novel grafis berjudul Hercules: The Thracian Wars. Di situs Amazon.com, komik Hercules edisi hardcover bikinan Steve Moore (penulis) bersama Admira itu masih dijual seharga US$ 19,95. Ia mengerjakan komik Hercules tahun 2006. Lantas, komik itu dibuat filmnya di tahun 2014. Hanya saja, ia tidak terlibat dalam pembuatan film ini. Di samping itu, Admira adalah sang kreator kover dan artwork komik Green Lantern, Catwoman dan Batman.

Keahlian Admira diakui perusahaan animasi dan klien internasional. Setiap tahun ia mampu menyelesaikan sejumlah proyek yang diberikan kliennya. Pengerjaan sampul muka dan interior komik, misalnya, diselesaikan dalam tempo tiga bulan. “Tahun ini, saya sedang menyelesaikan enam proyek ilustrasi,” ungkapnya. Honor per proyek bervariasi nilainya. Sebagai contoh, honor mengerjakan ilustrasi komik berkisar US$ 150-300/halaman. Apabila ia mengerjakan 10 lembar, si klien harus mengucurkan dana US$ 1.500-3.000. Nilai itu setara dengan Rp 19,5-39 juta (US$ 1=Rp 13 ribu). Penghasilan yang diterima Admira di atas rata-rata honor ilustrator di Indonesia. ”Saya lebih sering mengerjakan komik asing,” imbuh ayah dua anak ini.

Untuk mempromosikan kreasinya, Admira rajin mengunggah karyanya di www.admirawijaya.deviantart.com. “Sejak tahun 2005 saya sudah mengenal Deviantart sebagai situs untuk komunitas ilustrator dan komikus di dunia digital. Sekarang sudah banyak situs serupa, namun Deviantart adalah pelopornya,” ujarnya. Atau, ia menawarkan produknya ke para klien via Skype. Ia pernah menangani ilustrasi komik lokal Gundala vs Gundam tahun 2009 atau 2010, tetapi ia memang jarang mengerjakan ilustrasi komik lokal.

Admira menekuni profesi ilustrator awalnya karena mengikuti saran kawannya untuk mengunggah karyanya di Internet. Di awal tahun 2000-an, saat bekerja di perusahaan periklanan dan rumah produksi film sambil menekuni hobi menggambar, ia bersama keempat sahabatnya rajin mengunggah karya mereka di dunia maya. Lalu, ada perusahaan yang berminat menyewa jasanya.

Contohnya, Imaginary Friend Studio, perusahaan konseptor seni dan ilustrasi digital di Singapura. Perusahaan ini merekrut Admira sebagai ilustrator selama 2006-09. Admira digembleng selama setahun di kantor pusat Imaginary di Negeri Singa. Ia menimba berbagai ilmu, seperti teknik menggambar, tata cara berkomunikasi dengan klien, cara menyampaikan presentasi, atau cara memproduksi contoh produk. Pengalaman itu menambah kepercayaan dirinya dalam menekuni profesi. Ia menggunakan Garang 76 sebagai nama panggungnya. Identitasnya ini diubah menjadi Admira Wijaya. “Supaya klien asing mudah menyebutnya,” katanya. Di akte kelahiran, nama lengkapnya adalah Admiranto Wijayadi.admira-1

Pengalaman di Singapura membekas di ingatan Admira. Ia semakin terpacu untuk menjadi ilustrator profesional. “Untuk menjadi ilustrator ternama, saya belajar dua hal, yakni bisa membuat gambar sesuai dengan tren di market dan unik alias nendang,” ungkapnya. Selain itu, ia menuntaskan pekerjaan sesuai jadwal yang diminta pemesan dan memperluas jejaring kerja lintasnegara.

“Saya belajar banyak di Imaginary Friends dan mendapatkan klien internasional,” ujar alumni Institut Kesenian Jakarta ini. Pada 2010, ia mengundurkan diri dari perusahaan dan memulai petualangan baru sebagai pengusaha studio komik. Ke depan, ia ingin menjadi konseptor di suatu produksi film. Impiannya itu terbentang luas lantaran jejaring kerjanya dikenal pelaku industri kreatif internasional. “Networking saya cukup luas dan sering bekerja sama dengan Marvel dan DC Comics serta background ilmu sinematografi.”

Yoris Sebastian, pekerja kreatif sekaligus pendiri OMG Consulting, mengatakan, ilustrator merupakan profesi yang menjanjikan dan mudah mendapat pekerjaan seperti yang pernah disaksikannya ketika menghadiri Frankfurt Book Fair 2015. Saat itu, komikus Indonesia mudah mendapat kontrak menjadi ilustator buku di acara tersebut. Menurutnya, kualitas ilustrator Indonesia tak kalah dengan ilustrator dari negara-negara lain seperti yang terlihat di di situs Deviantart.

Admira mengamini pendapat Yoris. “Saingan Indonesia saat ini hanya Thailand,” ujarnya. Yoris menyarankan, Admira sebaiknya mengembangkan karakter animasi original. “Mungkin dengan pengalaman yang dimilikinya, Admira sudah bisa belajar membuat sebuah karakter baru,” ujar Yoris. (Riset: Armiadi Murdiansyah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved