Profile Entrepreneur

Aida Sutanto Ciptakan Platform Lelang Fundo dengan Transaksi Triliunan

Aida Sutanto Ciptakan Platform Lelang Fundo dengan Transaksi Triliunan
Aida Sutanto, Pendiri dan CEO Fundo

Selama ini kita hanya mengenal lelang berupa aset, barang bergerak dan tidak bergerak. Belum ada lelang surat berharga seperti surat tagihan atau piutang. Peluang inilah yang digarap oleh Fundo dengan menghadirkan platform teknologi finansial (tekfin) lelang surat berharga.

Platform ini diklaim Aida Sutanto, CDCS, SE, SH, MH, Pendiri dan CEO Fundo sebagai plaform tekfin surat berharga pertama di Asia dan satu-satunya di Indonesia yang menghubungkan pembeli dan penjual melalui mekanisme penawaran (bidding) yang transparan dan kompetitif. Di Fundo, investor mendapatkan hasil keuntungan sepenuhnya melalui diskonto (potongan) dari surat berharga. “Keuntungan bukan dari bunga sebagaimana di bank,” tegasnya seraya mengaku sebelum mendirikan Fundo, telah dilakukan riset mendalam dan meyakinkan bahwa belum ada platform lelang surat berharga sebelumnya.

Sebagai profesional di industri keuangan dan bankir dengan jam terbang 30 tahun, Aida terpanggil untuk membantu UMKM memiliki akses pendanaan yang mudah. Salah satu acaranya adalah mendirikan platform Fundo ini. Kehadiran Fundo, bisa membantu pelaku UMKM, korporat, investor ritel, investor insitusi untuk mengikuti lelang jual beli surat berharga dengan risiko sedang.

“Kalau bank kan fokusnya hanya jual produk. Saya ingin berikan solusi bantu akses pendanaan UMKM, tapi di satu sisi ada comply dengan regulasi. Dengan pengalaman di dunia banking, akhirnya saya mendirikan Fundo. Saat ini masih saya sendiri pemegang sahamnya dan sedang mencari mitra investor yang sama misinya,” jelas eksekutif wanita yang juga pernah menjadi pengacara ini.

Adapun misi Fundo adalah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mendorong UMKM dan mendorong penciptaan lapangan kerja yang berkesinambungan. Melalui Fundo, UMKM dapat dengan cepat mendapatkan akses ke modal kerja untuk meningkatkan arus kas (cash flow) dan menciptakan lapangan pekerjaan, agar mereka dapat fokus terhadap pertumbuhan bisnis mereka. Untuk para investor individu maupun institusi, platform lelang Fundo menyediakan berbagai jenis produk investasi , menawarkan pengembalian jangka pendek yang stabil dengan risiko sedang.

Menurut Aida, Fundo memanfaatkan pengetahuan luas dari PT FSB Indonesia yang dia dirikan tentang pasar lokal, yang mana UMKM adalah penggerak ekonomi utama dan membutuhkan platform dukungan modal kerja yang cepat dan mudah melalui ekosistem produk dan layanan tekfin yang gesit seperti platform keuangan lelang Fundo.

“Fundo merupakan produk dari FSB Indonesia dan didirikan dengan keyakinan bahwa UMKM membutuhkan akses ke modal kerja alternatif selain pinjaman dari tekfin maupun bank. Di Fundo, UMKM yang membutuhkan modal kerja cepat dapat menjual surat berharga mereka,” ungkap lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta dan Magister Hukum Universitas Tarumanegara, Jakarta ini.

Selanjutnya, berkibarlah bendera Fundo tahun 2019. Setelah 3 tahun berjalan, kini Fundo telah menjual surat berharga dengan nilai lebih dari Rp 2,2 triliun.

Modal awal pendirian Fundo sesuai dengan kewajiban yang ditentukan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan Kementerian Keuangan adalah Rp10 miliar. Jumlah ini dikategorikan Fundo sebagai balai lelang, sehingga lebih tinggi dari modal awal peer to peer lending (P2P Lending).

Mekanisme lelang, mula-mula Fundo melakukan seleksi awal atas masuknya pengajuan calon seller. Seller menyerahkan daftar tagihan dan Fundo memverifikasi terlebih dulu. Setelah clear, Fundo memberikan persetujuan pemohont sebagai seller. Setelah itu, tagihan para seller di-listing di marketplace Fundo. Dan para pendana (buyer) yang sudah masuk dengan uang jaminan akan menyeleksi atau membeli surat tagihan mana saja yang dilirik berdasarkan kebutuhan masing-masing, seperti tenor tagihan, nama perusahaan pemilik tagihan, risiko investasi, jenis surat tagihan dan sebagainya.

Jumlah seller Fundo terus bertambah, saat ini mencapai 2.000-an. Seller berasal dari perusahaan dalam negeri saja karena sesuai dengan misi Fundo untuk membangun perekonomian di Indonesia.

Dalam lelang Fundo, jenis surat berharga yang sudah pernah diperjualbelikan adalah promissory notes dan surat tagihan. “Ke depannya, kami akan membuat lot-lot khusus karena jenis surat berharga banyak sekali,” jelasnya.

Proses menjadi seller melalui beberapa tahapan. Ada 2 tahap. Pertama, seleksi awal, yaitu di-review bagaimana kemampuan bayar, karakter seller, bisnisnya bagus atau tidak, punya tagihannya apa saja. Jika persyaratan sudah lengkap, maka seleksi awal sekitar 2 minggu dan masuk onboard sebagai seller.

Kedua, proses financing. Proses ini pada saat seller melakukan upload tagihan dan dokumen pendamping. Dan Fundo akan melakukan clearence lagi untuk checking dan verifikasi dokumen-dokumen yang sudah diserahkan. Waktunya 1-2 hari saja. Begitu surat-surat tagihan di-listing, maka dalam hitungan menit pun akan terjual atau terjadi transaksi.

Fee Fundo dari mana? Dari penjualan tagihan (0,75-3,5%) dan pembelian tagihan (1%). Sebab Fundo harus membayar bea negara untuk mensahkan transaksi tersebut.

Apa saja keuntungan bagi buyer dengan membeli surat tagihan di Fundo? “Nantinya surat berharga (surat tagihan) yang dibeli buyer akan dibayar oleh perusahaan/penerbit surat tagihan tersebut sesuai dengan tenornya. Waktunya sekitar 2-3 bulan,” ungkap kolektor barang-barang seni ini.

Yield pembelian surat tagihan ini berkisar 10-12% per tahun. “Kami tidak berani menawarkan yield tinggi, misalnya di atas18-20% karena risikonya tinggi juga sebagaimana dalil investasi high-risk high-return, low risk low return,” ujar wanita yang juga Pendiri fintech Investree.

Rekomendasi surat tagihan yang menarik dibeli beragam. Saat ini, ada sekitar 800 nama yang terdaftar di Fundo. Mereka masuk kategori Tier 1, Tier 2 dan asing. Contoh, surat tagihan IBM, Walt Disney, Google, Nestle, Samsung, Djarum, Indofood, Pakuwon, Gudang Garam dan lainnya.

Sektor-sektor industri yang menarik untuk dibeli surat tagihanya adalah food and beverage, teknologi, dan hampir semuanya. Di sisi lain, saat ini yang perlu dihindari oleh buyer adalah sektor properti dan tambang. Mengapa? “Karena agak rumit. Contoh, batubara itu harga komoditasnya fluktuatif, banyak risiko (kadar kalori beda dan teknis lainnya akan memengaruhi dibayar tidaknya surat tagihan),” ungkap Aida lagi. Sektor agribisnis seperti perkebunan sawit juga tidak direkomendasikan karena sifatnya jangka panjang. Padahal, investor Fundo inginya dananya cepat likuid atau jangka pendek cair.

Rata-rata nilai transaksi lelang surat tagihan di Fundo terkecil Rp100 juta dan terbesar Rp10 miliar dalam sehari. “Pembelinya 60% investor ritel dan 40% investor korporasi,” kata Aida. Investor Fundo dari luar negeri yang transaksi berasal dari Jerman, Dubai, serta Singapura.

Lelang surat berharga ini bisa diikuti siapa saja. Pasalnya, nilai investasinya juga terjangkau, minimal Rp100 ribu. Jadi, bisa saja para investor pemula berpartisipasi bersama dengan para investor yang sudah kawakan. “Anak remaja atau milenial juga bisa investasi di surat tagihan Fundo karena yield lebih tinggi dari bunga bank,” ungkapnya.

Bagaimana risiko lelang surat berharga ini? “Tiap investasi pasti ada risikonya. Tapi investor bisa menakarnya atau terukur siapa penerbit surat tagihan itu. Dari nama-nama perusahaan kan kelihatan reputasinya dan Fundo sudah menyeleksi serta memverifikasinya,” dia menegaskan.

Dari sisi teknologi, ekosistem produk dan layaanan Fundo dibangun di atas kerangka kerja teknologi inovatif yang didasarkan pada komponen-komponen tekfin generasi berikutnya untuk memberikan nilai akhir yang menerus kepada pelanggannya. Ekosistem Fundo menggunakan teknologi-teknologi seperti arsitektur Agile Deployment, teknologi buku besar terdistribusi (DLT), kemampuan analitik data tingkat lanjut, dan model pengiriman produk dengan kecerdasan buatan.

Bedanya Fundo dengan P2P Lending? Pertama, dari perizinan, Fundo mendapatkan darai Menteri Keuangan langsung, sedangkan P2P dari OJK. Kedua, dari sisi modal disetor Fundo sebesar Rp10 miliar, sedangkan P2P hanya Rp2 miliar. Ketiga, kepemilikan hak tagih pindah dari perusahaan ke pendana (buyer) melalui risalah lelang yang disahkan oleh pejabat lelang. Alhasil, investor menjadi lebih nyaman dan aman.

Ke depan, Aida bermimpi Fundo akan menjadi pemimpin platform balai lelang keuangan terbesar di Indonesia.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved