Profile

Anis Bawa Fenox VC ke Penjuru Dunia

Anis Uzzaman (kiri) Founder dan CEO Fenox VC bersama Kentaro Hashimoto, Kepala dari Program GnB Accelerato. (Foto: Syukron Ali/SWA)

Anis Uzzaman (kiri) Founder dan CEO Fenox VC bersama Kentaro Hashimoto, Kepala dari Program GnB Accelerato. (Foto: Syukron Ali/SWA)

Tak disangka, belasan tahun menjadi karyawan di IBM New York Amerika Serikat, kini Anis Uzzaman memiliki perusahan modal ventura sendiri dengan bendera Fenox Venture Capital (VC). Sebelum mendirikan Fenox VC, Anis sempat bekerja di sebuah perusahaan otomotif di California. Dari sinilah, awal mula ide mendirikan perusahaan modal ventura (VC) itu tercetus.

“Di California saya melihat banyak sekali perusahan pemula (startup) berdiri. Saya melihat peluang besar untuk mengembangkan startup ini. Sejak tahun 2011 saya meninggalkan karier saya dan membangun Fenox VC bersama rekan saya Vitaly Arbuzov, Head of Board Fenox Global Group,” kenang Anis kepada SWA Online di Jakarta (23/2).

Nama Fenox sendiri diambil dari nama Fenox Global Group, sebuah perusahaan auto part terbesar di kawasan Commonwealth of Independent State (CIS), dulu bernama Uni Soviet. Wilayahnya mencakup beberapa negara, seperti Armenia, Azerbaijan, Belarus, Kazakhtan, Kyrgyzstan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Ukraine.

Tepatnya pada bulan Mei 2011, Fenox VC memberikan modal usaha di berbagai startup di Silicon Valley. Sebagai kiblat Startup di dunia, sasaran Anis membawa Fenox VC ke wilayah yang disebut sebagai mesin pertumbuhan inovasi di Amerika Serikat itu sangatlah tepat.

Startup pertama yang didanainya adalah Genius. Startup lulusan inkubator dan akselerator Y-Combinator itu, kini nilai perusahaannya telah mencapai US$ 1 miliar dari sebelumnya, saat mendapat round seed dari FenoxVC sebesar US$ 10 juta.

“Selain Genius, kami juga mendanai berbagai startup lokal Amerika seperti ShareThis, SideCar, Lark, Expect Lab dan JetLore. Selain Amerika, kami banyak berinvestasi di banyak startUp di dunia. Jumlahnya mencapai 65 startup,” jelas Anis.

Kiprah Anis di negeri Paman Sam sangat mentereng, nama FenoxVC pun makin berkibar. Apalagi setelah sukses mengantarkan Exit startup DLE (Dream Link Entertainment) ke bursa saham Tokyo pada maret 2012 dan membuka pasar untuk DLE di Amerika. Selain DLE, ada 6 startup lain yang mendapat investasi Fenox`VC dan kini tengah bersiap-siap menyusul kiprah DLE.

Tidak hanya Jepang, sebagai negara dengan penetrasi pengguna internet yang positif dan jumlah penduduk yang besar, Indonesia pun dilirik untuk pendanaan. Nama-nama seperti Hijup.com, bukalapak dan Talenta.com adalah beberapa startup buatan anak bangsa Indonesia yang mendapat investasi dari Fenox VC.

“Goal kami, para startup yang kami danai akan kami antar exit lewat bursa saham (IPO) atau kami merger dan akuisisi dengan perusahaan besar,” terang Anis optimis.

Untuk sektor yang menjadi fokus investasi Anis adalah startup yang bergerak di sektor consumer TI, Healthcare, Internet of Things (IoT), sosial, fintech, cloud, big data dan berbagai sektor bisnis yang berbasis pada teknologi dan internet. Total dana yang disiapkan pun sangat menggiurkan, antara US$ 250 ribu sampai US$ 10 juta.

Tidak berhenti di situ saja, guna melancarkan investasi di Asia Tenggara, Anis menggandeng Infocom Corporation, perusahaan TI asal Jepang. Sejak 2012, keduanya telah bermitra dengan baik. Dan untuk pertama kalinya, mereka meluncurkan program akselerator multinasional di Asia Tenggara lewat bendera GnB Accelerator dengan Indonesia sebagai kantor pusatnya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kentaro Hashimoto, Kepala dari Program GnB Accelerator, untuk target di Indonesia sendiri, jumlah Startup yang akan diserap setiap tahun rata-rata 16 StartUp selama dua semester. Jumlah dana yang disiapkan untuk peserta akselerasi ini sebesar US$ 50.000. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved