Profile

Dwi Ardiansyah, Balik ke Indonesia Bawa Berkah

Dwi Ardiansyah, Balik ke Indonesia Bawa Berkah

Passion membuat pekerjaan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Toh, mencapai passion membutuhkan jalan panjang. Dwi Ardiansyah, Head of Business development Twitter South East Asia, membuktikan bahwa jalan panjang dan berliku tersebut dapat dilalui asalkan mau bekerja keras. Pria kelahiran Jakarta 17 November 1977 ini bahkan bercerita bahwa awal kariernya jauh dari pekerjaanya saat ini.”Saya dulu bekerja sebagai programmer di radio dan lekat dengan dunia entertainment,” jelasnya sambil tertawa.

Menurutnya, jaringan dan pengalaman di dunia entertainment menjadi fondasi yang kuat sebagai Head of Business di Asia. Awalnya ia berkeinginan untuk bekerja di perusahaan teknologi. Asiknya, pintu pun terbuka saat industri content creative booming di Indonesia.

Twitter

Kala itu, Dwi masih menjabat sebagai programmer di Hard Rock FM. Tapi, dia berani mengubah haluan dan masuk ke Infokom. Dari sini ia pun berkeliling dari satu perusahaan asing ke perusahaan asing yang lain, hingga akhirnya masuk ke dunia marketing social media melalui Bubbly, yaitu sosial media yang berbasis pada pengiriman suara. Dalam waktu satu tahun, ia pun berhasil menjabat sebagai Head of Marketing Social Media dan pindah ke Singapura.

Saat perusahaan diakuisisi, ia pun memutuskan untuk pulang kampung. Baginya, balik ke Indonesia merupakan suatu kesempatan yang tak ingin dilewatkan begitu saja. Ayah dua anak ini menuturkan bahwa banyak teman-temannya yang menolak pulang ke Tanah Air dengan berbagai alasan, seperti gaji turun, sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai, dan sebagainya.

Namun, bagi pria lulusan IT UPH Tangerang ini, percaya bahwa pulang ke Indonesia tak akan mengurang rezeki atau kesempatan mengembangkan kemampuannya. Sekembalinya ke Indonesia, ia pun bergabung dengan neo@olgivly dan menjabat sebagai Head of neo@ogilvy Indonesia. Baru 4 bulan menjabat, ia pun kembali mendapatkan kesempatan emas lain yaitu sebagai Head of Business Development di South-East Asia.

Baginya, bergerak di bidang dunia digital memberikan banyak kesempatan untuk belajar.”Dunia digital sangat berkembang dan setiap hari selalu ada sesuatu yang baru,” dia berujar. Menurutnya, Twitter secara perusahaan juga terus berkembang, sehingga tantangannya adalah bagaimana yang terjadi bisa dikomunikasikan dengan baik bagi orang-orang yang ada di ekosistem.

Sebagai orang digital pun, terkadang ia merasa kesulitan untuk mengetahui informasi terbaru tersebut. Tak heran bila Twitter bersinergi dengan banyak media dan menurutnya tantangan seperti ini pun dihadapi oleh sosial media yang lain. Baginya, setiap media sosial memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Di Twitter sendiri ada 4 role utama yaitu real time, open, conversational, dan distributed. Konten di Twitter merupakan konten yang real time, kedua open karena semua orang bisa melihat konten dari masing-masing akun yang ada, bahkan tanpa harus memiliki akun terlebih dahulu. Ketiga, conversational, di mana hal apapun bisa diperbincangkan di Twitter. Terakhir adalah distribution, lantaran konten Twitter bisa didistribusikan di manapun dan kapanpun, seperti trunning text di televisi.

“Orang Indonesia pun menyadari pentingnya peran Twitter dalam kehidupan mereka. Salah satunya alam kehidupan berbisnis, sebelum mulai menjadi tren, orang Indonesia sudah mulai memanfaatkan sebagai media berpromosi atau berjualan,” jelas Dwi.

Tak heran bila pada tahun 2014 lalu Indonesia menjadi negara kedua yang bisa meraih golden tweets atau tweet paling banyak di seluruh dunia. Baginya seluruh pengalaman ini merupakan pengalaman yang berharga. Pria asal Garut ini pun berharap agar selalu bisa membagi pengetahuan yang dimilikinya kepada orang banyak. “Secara personal saya ingin share ke banyak orang,” ucapnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved