Profile Entrepreneur

Big Data Jadi Jawaban Binis di Era Teknologi Sekarang

Big Data Jadi Jawaban Binis di Era Teknologi Sekarang

Pria lulusan Universitas Gadjah Mada jurusan Elektronika dan Instrumentasi ini telah mengharumkan nama Indonesia sebagai diaspora berprestasi.

Beberapa penghargaan telah diraih Muhammad Imran, antara lain National Aeronautics and Space Administration (NASA) International mobile Apps competition – Houston TX dan Intel DST Technopreneur Asia Pacific. Tahun 2011 mengawali kariernya menjadi konsultan di Telkom, kemudian mendapat kesempatan sebagai IT Analyst di World Bank Indonesia pada tahun 2012-2013. Berlanjut di tahun 2014, ia bekerja untuk UNICEF Innovation Labs sebagai Big Data Analyst.

Standarnya yang cukup tinggi selepas menjadi konsultan di World Bank dan UNICEF membuat ia sulit mendapat pekerjaan baru yang memiliki gaji sepadan. “Saya sempat mencari pekerjaan sebagai VP di perbankan, namun karena sangat timpang dari segi gaji dibanding sebagai konsultan di tempat sebelumnya sehingga tidak terpenuhi,” ujarnya.

Akhirnya, dia memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur dan membangun bisnisnya dengan nama Data Driven Asia, Evotek, dan Algoritma. “Data Driven Asia lebih bergerak di bidang konsultasi untuk data analysis. Sementara Evotek adalah B2B untuk sektor perbankan dan Algoritma sebagai data science training center,” ungkapnya.

Evotek yaitu perusahaan applied big data dengan menggunakan software with intelligence. Produknya adalah FUSE yang merupakan all-in one solution sebagai sistem operasi untuk perusahaan yang mencakup data administration, account & access management, business process management, decision support module dan reporting module.

Menurutnya penggunaan big data cukup tinggi terlebih untuk perbankan dapat mengurangi potensi fraud atau NPL. Klien Evotek paling banyak berasal dari sektor perbankan, seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, Permata Bank, CIMB Niaga, BTN, BTPN, DBS, ANZ, Standard Chartered, Bank Mega, BRI, Indosurya, Danamon.

Selain itu, Imran dan rekan-rekannya membangun data science training center bernama Algoritma untuk menghasilkan employable data science skills. Metode yang mereka terapkan adalah project-based learning dengan pendekatan learn-by-building. Algoritma telah berjalan sejak Februari 2017, terdiri dari 14 mentor yang berasal dari praktisi data scientists.

“Kami melihat daripada industri saling berebut talent, maka lebih baik diciptakan training center,” ungkapnya. Menjalankan tiga perusahaan, ia berusaha untuk meng-handle semaksimal mungkin. Posisinya di Data Driven Asia sebagai CEO dan untuk Evotek & Algoritma sebagai CMO dan mentor. Kini perusahaannya telah memiliki 50 karyawan.

Data Driven Asia merupakan perusahaan data engineering yang membuat business intelligence dashboard untuk menghasilkan data modeling dan insight bagi perusahaan. Melalui Data Driven Asia, timnya membantu Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengurangi ilegal fishing dengan lebih cepat untuk penelusurannya. Kecepatan dalam pemberantasan ilegal fishing ini menggunakan teknologi berbasis big data.

“Selama ini reporting ilegal fishing hanya petugas KKP (Kementerian Kelautan & Perikanan). Namun sekarang masyarakat baik nelayan atau warga biasa bisa berkontribusi melaporkan,” ujarnya. Saat ini Data Driven Asia juga mengerjakan proyek untuk Bank Mandiri, Debindo International Trade & Exhibitions, The Jakarta Post, dan beberapa start-up.

Menggaet pasar untuk bisnis big data, dia menggunakan strategi dengan memberikan data olahan kepada klien potensial. “Strategi ini juga dilakukan oleh Boston Consulting Group dan McKinsey. Kami memberikan insights, tapi jika ingin insights yang lebih dalam dapat menghubungi Data Driven Asia dan Evotek. Itu lebih efektif dan selected, dengan insight yang khusus untuk customer,” ungkapnya. Inovasi senantiasa dilakukan dengan penggunaan data engineering yang paling advance seperti pengenalan bahasa manusia yang lebih lengkap dan algoritma terbaru. Bisnis yang ia bangun juga mengalami pertumbuhan sebesar 60% dalam setahun.

Rencana ke depan, Evotek akan melakukan support kepada perbankan untuk menciptakan fasilitas di era fintech. “Kami sedang membuat banking on the cloud, khususnya bank untuk level tier-2 yang asetnya Rp1 triliun ke bawah. Kami mencoba untuk melakukan migrasi bank tradisional menuju perbankan cloud dengan menggunakan algoritma dari Evotek,” ungkapnya.

Menurutnya, kepercayaan pada cloud computing memang masih sedikit, namun cepat atau lambat era bisnis yang akan dituju memiliki model dengan penggunaan big data. Muhammad Imran juga sedang mengembangkan sistem untuk e-commerce Indonesia, karena ia melihat belum banyak yang menerapkan machine learning dan big data.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved