Profile

Christine Setyabudhi, Memulai Karier di Usia 37 Tahun

Christine Setyabudhi, Memulai Karier di Usia 37 Tahun

Memulai karier di usia yang tak lagi muda bukan halangan bagi Christine Setyabudhi. Saat umurnya 37 tahun, ia bertransformasi dari ibu rumah tangga menjadi perempuan pekerja. Kini, hampir 20 tahun berlalu, maka pucuk tertinggi di perusahaan berada di tangannya. Ia berhasil mencapai apa yang yang menjadi targetnya dan membuktikan bahwa dirinya bisa.Di sela kesibukannya, Christine secara antusias berkenan membagi pengalaman menariknya. Berikut petikan wawancara SWA Online dengan CEO PT Asuransi Cigna ini.

Apa latar belakang terjun ke bisnis ini?

Pada mulanya, saya ibu rumah tangga yang mengurusi anak-anak. Kemudian, karena latar belakang saya pernah kuliah di luar negeri, banyak tawaran datang. Sebetulnya ada bank yang mau meng-hire saya. Tetapi, menurut saya, konsep asuransi yaitu bisnis yang ada ketika kita berada pada kesusahan, itu lebih membuat saya tertarik. Asuransi kemudian menjadi pekerjaan pertama saya. Sebelum di Cigna, saya memulai karier di Lippo Life. Pengalaman sebelumnya di awal karierlah yang kemudian membentuk saya hari ini.

Seperti apa kondisinya waktu itu?

Waktu saya memulai dari bawah, sebagai financial consultant tahun 2003. Pada saat itu, orang belum berbicara mengenai bank assurance. Karena semua proses asuransi dijalankan oleh agen. Saya masuk di dalam satu project di bancassurance. Bisa dibayangkan, assurance pada 20 tahun lalu begitu susah. Jualan asuransi berat sekali. Inilah yang membentuk saya hari ini karena saya tahu bahwa seluruh proses tidak gampang. Saya waktu itu sempat menjadi top seller. Saya juga memulai kerja di usia yang tidak muda. Usia 37 tahun. Menurut saya nggak ada yang nggak mungkin. Kalau saya tidak melewati masa itu, mungkin saya akan menjadi bos yang berbeda.

Menurut saya yang paling besar adalah ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan masyarakat kemudian kesadaran tentang risiko minim. Mereka secara keseluruhan, ketika industri asuransi di Indonesia belum seperti sekarang, orang-orang yang sudah memiliki uang waktu itu, banyak ditarik perusahaan asuransi Singapura. Profesionalisme agen-agen dari luar negeri jauh.

Menurut Anda, apa hal menarik dari perjalanan karier Anda?

Saya pikir saya beruntung karena dukungan suami. Suami saya mendukung pekerjaan saya meski awalnya tidak setuju karena saya biasanya mengurus anak dan dia sudah mencukupi semua kebutuhan. Saya bilang, saya tahu apa yang mau saya capai. Saya harus sukses. Saya sudah taruh ukuran sukses. Saya mulai bekerja memang telat, tetapi saya tekankan akan mengejar ketertinggalan itu dengan cepat.

Jatuh bangun yang saya alami, seperti yang tadi saya bilang, jualan asuransi itu tidak mudah. Seringkali dimarahi orang. Tetapi yang menyemangati saya, saya mau membuktikan apa yang ingin saya capai. Rugi dong, kalau saya sudah tidak mengurus anak secara penuh, tetapi saya tidak bisa mencapai apa yang ingin saya capai.

Tadi kan disebutkan bahwa ada dukungan suami, apa saja bentuk dukungannya?

Pertama, merestui. Dua puluh tahun lalu menurut saya tidak banyak orang akan memberi izin seperti suami saya, dengan kondisi dia memenuhi kebutuhan dengan baik kemudian tiba-tiba saya memutuskan untuk berkarier. Menurut saya itu luar biasa.

Tantangan-tantangan apa saja yang pernah dialami dalam perjalanan karier Anda?

Membagi waktu, terutama pada saat anak-anak masih kecil, itu yang berat. Yang pertama adalah prioritas keluarga dan pekerjaan. Serius, ini bisa menjadi beban.

Bagaimana cara Anda menghadapi tantangan tersebut?

Menurut saya, harus set tujuan dengan jelas. Ini penting untuk karier saya, yang membentuk saya. Anda harus firm dengan kemauan anda dan apa yang mau dicapai kemudian bekerja keras untuk mencapainya.

Menurut Anda, apa rahasia yang membuat Anda bisa sukses seperti sekarang?

Yang sudah saya sebutkan tadi, tujuan yang jelas juga continues improvement. Perbaikan diri baik personal maupun profesional yang berkesinambungan. Salah satunya secara profesional, saya banyak sekali baca buku, sampai sekarang. Personal development ini penting. Ini yang akan menjadikan kita lebih bijak dalam menghadapi masalah atau berbesar hati menerima kegagalan.

Rencana atau target ke depan ingin seperti apa?

Ada dua, profesional dan personal. Secara personal saya ingin memberikan waktu saya untuk sosial. Saya merasa kehidupan saya begitu diberkati. Menikah, punya anak, suami baik , itu cukup. Kemudian, saya ingin jadi profesional juga sukses, meskipun jalannya tidak mudah. Anak-anak juga berkembang menjadi tahu mana yang baik itu juga saya syukuri. Selama ini secara informal saya bisa terlibat pendanaan ke beberapa panti asuhan atau biara, tetapi cuma uang, belum fisik.

Ke depan saya ingin juga bisa memberi keterlibatan yang lebih. Secara profesional, saya ingin terus meningkatkan profesionalisme saya, ingin terus belajar dan sebagainya. Saat ini saya sedang mencari bisnis yang bisa saya kembangkan tetapi juga mampu memberi manfaat lebih. Jadi memadukan bisnis dan sosial. Dikembangkan secara profesional tetapi in the end, memberi manfaat lebih untuk masyarakat. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved