Profile Profil Profesional zkumparan

Djony Bunarto Tjondro Kini Jadi Presdir Baru Astra

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro (tengah) dan Direktur Astra Chiew Sin Cheok (kiri) dan Gita Tiffani Boer saat RUPST 2020 di Jakarta, (16/6).

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2020 PT Astra International Tbk (ASII) menetapkan Djony Bunarto Tjondro sebagai Presiden Direktur perseroan. Ia menggantikan Prijono Sugiarto yang kini ditunjuk sebagai Presiden Komisaris.

Djony Bunarto bukanlah orang baru di Astra. Pria kelahiran tahun 1964 ini telah bergabung dengan Astra pada tahun 1990 dan sudah memegang sejumlah jabatan. Ia pernah menjabat Presiden Komisaris PT Toyota-Astra Motor dan PT Pamapersada Nusantara serta Komisaris PT Astra Agro Lestari Tbk, PT United Tractors Tbk, PT Astra Honda Motor dan PT Astra Sedaya Finance.

Sebelumnya, Djony menjabat antara lain sebagai Presiden Direktur PT Astra Sedaya Finance (2009-2013), Chief Executive PT Astra International Tbk – Daihatsu Sales Operation (2013-2018), Presiden Komisaris PT Astra Otoparts Tbk (2015-2018), Wakil Presiden Komisaris PT Astra Daihatsu Motor dan PT Isuzu Astra Motor Indonesia (2016-2018).

Pengangkatan jajaran anggota direksi dan anggota dewan komisaris menjadi salah satu mata acara RUPST Astra yang diselenggarakan pada hari ini, (16/6). Djony Bunarto dalam pemaparan kinerja menyampaikan tiga strategi kunci untuk mempertahankan kinerja perusahaan di tengah lesunya pasar dan penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.

Pertama, Astra memastikan kedisiplinan dalam pengelolaan finansial seperti merevisi belanja modal atau capital expenditure (capex). “Saat bisnis cenderung menurun seperti sekarang, kami melakukan reprioritizing perseroan dalam belanja modalnya. Kemudian pengeluaran biaya yang tidak perlu juga ditekan. Serta likuiditas cashflow juga dijaga,” ujarnya dalam konferensi pers virtual.

Lalu kedua, pihaknya selalu menjaga bisnis Grup Astra dengan tetap mempertahankan cost leadership. Ketiga, di tengah pandemi, perseroan tetap harus melihat apa pun yang mempunyai potensi secara jangka panjang.

Menurut Djony, dari portofolio bisnis Astra memang yang paling terdampak pertama adalah bisnis kendaraan bermotor. Apalagi kontribusi bisnis otomotif berkisar 40-50 persen ke Grup Astra. “Pada bulan Mei penjualan ritel kami hanya mencapai 17 ribu unit kendaraan. Tapi kami lihat pada Juni ada pergerakan cukup baik. Semoga dengan masa PSBB transisi, kita akan cepat pulih kembali,” kata Djony.

Selain perubahan struktur organisasi, emiten Astra menyetujui penggunaan laba bersih konsolidasian untuk tahun buku 2019 sebesar Rp 21,7 triliun yakni dibagikan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp8,6 triliun atau sebesar Rp214 per saham untuk tahun buku 2019.

Dividen tersebut termasuk di dalamnya dividen interim sebesar Rp57 per saham atau seluruhnya berjumlah Rp2,3 triliun yang telah dibayarkan pada 30 Oktober 2019, sehingga sisanya sebesar Rp157 per saham atau sebesar Rp6,35 triliun akan dibayarkan pada 10 Juli 2020.

Pengeluaran untuk dividen ini berasal dari laba bersih yang dibukukan Astra International pada 2019 yang tercatat sebesar Rp21,7 triliun. Adapun sisa dari laba tersebut yakni sekitar Rp13 triliun dibukukan sebagai laba ditahan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved