Profile Editor's Choice

Nerfita Primasari, dari Citibank Loncat Menjadi Direktur HR Bank Bumiputera

Nerfita Primasari, dari Citibank Loncat Menjadi Direktur HR Bank Bumiputera

Jalur karier Nerfita Primasari dimulai sejak lulus dari Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, bergabung dengan PT Astra International sebagai management trainee, dan ditempatkan di Astra Graphia IT (AGIT) pada 1996. Tahun 1999 AGIT merger dengan Compaq, dan pada 2002 Compaq merger dengan Hewlett Packard (HP), hingga sempat ditugaskan di Singapura untuk Total Reward Manager untuk. Kemudian pada 2006 bergabung dengan Citibank hingga mencapai posisi HR Head untuk consumer banking. Dan lima bulan lalu Nerfita ditawari bergabung dengan bank Bumiputera menjadi Direktur HR dan General Services. Apa yang akan dilakukannya jika menjadi CEO? Nerfita Primasari memaparkannya kepada Dadi A. Salim dari SWA Online:

Nerfita

Apa posisi dan tanggung jawabnya sekarang di perusahaan tempatnya bekerja?

Pada pertengahan tahun 2013, saya mendapat tawaran di Bank Bumiputera. Awalnya saya tidak mau tapi saya pikir itu merupakan sebuah kesempatan bagi saya karena posisi yang ditawarkan adalah direktur HR and general services. Untuk sekarang saya sudah memegang tiga klien dan oleh karena itu saya dapat melihat bahwa saya bisa dan mampu memegang hal lain yang di luar HR. Jadi, ini merupakan sesuatu untuk menantang diri saya agar bisa berani keluar dari zona nyaman saya.

Apa saja terobosan dan prestasi yang pernah diraih?

Kalau di Bank Bumiputera ini belum ada karena baru tiga bulan saya masuk di posisi ini. Tapi kalau untuk di Citibank sebenarnya dari sejak perjalanan karier saya yang sudah delapan tahun ini merupakan suatu prestasi bagi saya. Dari karier saya di Citibank sempat mendapat kesempatan untuk ke Hong Kong. Di Citibank juga hampir setiap dua tahun saya mendapatkan promosi dan yang terakhir saya sempat dipercaya sebagai HR Head untuk consumer banking.

Apa saja upaya yang dilakukan untuk menambah ilmu dan meningkatkan kemampuan sebagai profesional?

Saya sudah mempersiapkan semua itu sebelumnya. Saya sebelumnya mengambil S1 akutansi tapi kemudian saya meneruskan ke manajemen sambil saya kerja. Karena saya pikir bila saya mau melihat seluruhnya secara umum, maka saya harus punya kemampuan lebih.

Tapi sebenarnya dari yang saya lakukan adalah, dari apa yang saya kerjakan saat ini, berinteraksi dengan para direktur yang lain. Karena saya jadi harus menentukan banyak hal mulai dari komite kredit, aset dan liability, jadi ada banyak pemikiran-pemikiran yang harus saya lakukan selain dari Human Resource (HR).

Jadi, 70% dari proses belajar adalah pada saat melakukan kerja (in the job training), dan itu yang juga saya lakukan untuk diri saya sendiri.

Nerfita2

Apa yang akan dilakukan jika kelak menjadi leader (CEO)? Apa target yang ingin dicapai jika menjadi CEO? Bagaimana Anda akan meraihnya/mewujudkannya?

Kalau saya kelak menjadi CEO di Bank Bumiputera, saya ada keinginan untuk bagaimana bank ini bisa dilihat oleh bank lain atau kompetitor. Sebenarnya pada saat ini kondisi bank sudah baik bila dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Saya melihat nanti jika saya sudah posisi CEO berarti saya mencapai usia yang mendekati usia pensiun. Di situ saya punya cita-cita bagaimana pengalaman yang sudah saya dapatkan bisa berguna bagi orang lain. Jadi nanti apakah saya bisa mengajar juga atau bagaimana bisa menyebarkan ilmu ke orang lain, tapi untuk sekarang saya belum melakukan itu.

Apa obsesi dan cita-cita ke depannya?

Sebenarnya pada awalnya saya tidak punya cita-cita untuk menjadi apa. Cita-cita saya adalah bagaimana bisa menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Jadi setiap saya melakukan sesuatu, saya selalu bertanya apa yang bisa saya dapatkan dari pekerjaan saya saat ini. Bagi saya, saya akan bisa belajar lebih banyak lagi di perusahaan yang sekarang.

Bagaimana perjalanan kariernya?

Saya lulus dari S1 langsung bergabung dengan Astra International jadi management trainee. Pada saat itu saya ditugaskan ke salah satu joint venture dari astra, Astra Graphia IT (AGIT), waktu itu tahun 1996. Kemudian tahun 1999, AGIT merger dengan Compaq. Di tahun 2002, Compaq merger dengan HP (Hewlett Packard). Pada saat dengan HP saya ditugaskan di Singapura. Tahun 2004, HP regional meminta saya unutk ke regional office memegang Total Reward Manager untuk Asia Tenggara. Pada 2006 saya baru ke Citibank, dan lima bulan lalu saya ke Bank Bumiputera. (Juni-Juli).

Dari yang tadinya dunia IT terus ke dunia perbankan tentunya ada perbedaan. Mulai dari industrinya, orangnya juga tentu sangat berbeda, tapi itulah tantangannya. Karena saya melihat bahwa saya kerja di HR yang sebenarnya saya bawa itu apa? Karena orangnya yang ditangani tidak ikut dibawa. Tapi saat saya pindah ke perusahaan baru, saya harus mulai dari awal lagi. Saya harus mendapatkan kepercayaan dari orang yang baru.

Apa background pendidikannya?

Saya S-1 di Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, kemudian saya melanjutkan ke magister management juga di UGM.

Siapa CEO Indonesia dan dunia yang dikagumi?

Saya tidak usah menyebutkan nama ya. Saya melihat tantangan dari CEO adalah bagaimana seorang pemimpin itu betah atau presisten melalui proses seting up dari bawah menjadi sesuatu yang kelihatan oleh orang lain. CEO-CEO besar seperti Emirsyah Satar, Ignasius Jonan, mereka bergabung dari awal sampai bisa besar. Jadi, menurut saya yang hebat itu mereka yang besar memang berawal dari bawah. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved