Profile Entrepreneur zkumparan

Novita Dewi Kibarkan Tas Premium Etnik Ende

Novita Dewi, Pendiri dan Pemilik butik House of Ende (tengah) bersama artis Olla Ramlan

Gempuran produk tas impor brand-brand internasional, tidak menyurutkan nyali Novita Dewi berbisnis tas lokal. Wanita 45 tahun ini berani bersaing dengan merek global dengan mengibarkan bendera tas Ende sejak tahun 2014 dan harga tasnya dibanderol Rp4 – 12 juta.

Novita menjelaskan, tas Ende merupakan tas yang mengangkat budaya Indonesia sebagai ikon gambar pada bagian luar. Tas ini unik dan berkelas dengan ciri khusus tenun dan batik. Tidak heran jika peminat tas merek ini beragam mulai dari kalangan biasa hingga orang penting di Indonesia, di antaranya Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.

“Berjuta-juta perempuan Indonesia keranjingan tas. Bahkan rela mengeluarkan uang ratusan juta untuk membeli tas. Tapi, sayangnya, saya melihat tas buatan Indonesia tidak pernah ada. Mengapa budaya, kultur bangsa Indonesia yang memiliki potensi begitu besar tidak dimanfaatkan secara positif,” ujar Novita di sela acara peragaan tas koleksi Ende Aje di House of Ende, Kebayaran Baru, Jakarta Selatan (17/4/2018).

Di acara yang dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno serta banyak artis itu, Novita mengatakan, kelahiran Ende adalah ungkapan rasa kegelisahan diri atas ‘penjajahan’ tas impor ke Indonesia. “Kualitas tas produksi tas Ende tidak kalah dengan produk branded dan tetap mengangkat buday lokal Nusantara,” ungkap pengusaha kelahiaran Solo, Jawa Tengah ini.

Novita mengaku tas Ende memiliki beberapa keunikan, seperti customsize, mengangkat budaya lokal Indonesia (seasonal setiap enam bulan), high quality craftanship, inovasi dan Research & Development (dibantu tim desain dari IKJ dan sekolah desain), serta stire for thes best – continue important – kaizen.

Dalam mengangkat budaya lokal, Ende kali ini fokus pada tema Betawi dengan Ende Aje. Menurut Novita, budaya Betawi memiliki keunikan yang beragam dan indah. Ia mencontohkan, seperti ondel-ondel, tari yapong, bungna kerak nasi, elang bondol, dan roti buaya yang selalu ada di kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. “Ini menginspirasi daya untuk mengabadikannya menjadi sebuah hasil karay tas yang saya persembahkan untuk Jakarta,” tuturnya.

Novita mengakui, apa yang dilakukan di House of Ende masih sangat kecil artinya, dan ia belum merasa puas. Meski demikian, ia berharap langkahnya itu menjadi titik tolak dan menginspirasi warga Jakarta untuk lebih mencintai budaya dan produk Jakarta.

Pada kesempatan itu, Novita juga mengatakan, House of Ende turut serta mendukung program OK OCE Pemprov DKI Jakarta dengan menggelar Ende Ok Oce. Acara itu melatih membuat aplikasi kulit dengan menggunakan teknik payet terhadap kaum ibu di RPTRA Johar Berseri, RT 014/01, Kelurahan Johar Baru, Jakarta Pusat beberapa hari lalu. “Ini sebagai salah satu bentuk kepedulian Ende untuk membantu dan memberikan kesempatan para Ibu agar mandiri dan bisa membantu perekonomian keluarga,” kata dia.

Dia berharap, tas Ende dapat bersaing di kancah internasional dan menjadi kebanggan Indonesia. Pun, dia bersyukur, produk Ende mendapat tempat di Plasa Indonesia, sebab ia menyadari sulit sekali produk lokal mendapat space di lantai dasar di pusat perbelanjaan yang besar dan bergengsi itu.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved