Profile Profil Profesional zkumparan

Pambudi Sunarsihanto, Pakar Human Resources yang Hobi Main Sulap

Pambudi Sunarsihanto, Pakar Human Resources yang Hobi Main Sulap
Pambudi Sunarsihanto, Direktur SDM Grup Blue Bird (tengah) dengan armada mobil listrik Grup Blue Bird

Biasanya eksekutif itu memiliki hobi olahraga golf, tapi beda dengan Pambudi Sunarsihanto, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Grup Blue Bird. Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, 31 Juli 1968 ini justru gemar bermain sulap untuk mengisi waktu senggangnya.

Ada alasan tersendiri mengapa Pambudi yang belajar otodidak sulap menyukai permainan ‘sim salabim’ tersebut. “Hal itu bermula ketika saya memiliki anak kecil dan ingin menghiburnya. Eh, keterusan sampai sekarang. Biasanya Sabtu atau Minggu, saya kadang-kadang bermain sulap keliling panti-panti asuhan untuk mengibur mereka sekaligus bagi-bagi makanan,” ujar praktisi dunia Human Resources (HR) atau SDM yang sudah menggenggam jam terbang puluhan tahun, itu.

Bagi Pambudi, profesi tersebut mengalir begitu saja manakala dia menjalani perannya sebagai profesional di sejumlah perusahaan. “Sebetulnya cita-cita saya waktu kecil jadi insinyur sebagaimana anak-anak kecil pada masa itu,” ungkap ayah tiga anak ini mengenang.

Pria berpembawaan low profile ini bercerita, setelah lulus SMA Negeri 1 Magetan, dia sudah merantau hingga sekarang balik lagi ke negeri tercinta. “Setelah tamat SMA itu saya dapat beasiswa kuliah S1 jurusan Teknik Informatika di Universite de Nantes, Perancis. Lalu, dilanjutkan beasiswa S2 Artificial Intelligence di universitas yang sama Perancis,” jelasnya.

Setelah itu, dia bekerja di dunia telekomunikasi dengan memulai karier sebagai insinyur pemasang Base Transceiver Station (BTS) dengan posisi Manajer Produk Telkomsel, kemudian menjadi trainer di Nokia Telecommunications. Di perusahaan itulah, setelah melalui beberapa profesi sebagai engineer, trainer, technical sales, akhirnya dia ingin melanjutkan ke dunia HR.

Transformasi karier mulai terjadi manakala dia menyentuh dunia SDM `saat jadi trainer. Ketika dia mengajar orang untuk memasang BTS, dari situlah mulai jatuh cinta dengan dunia SDM. “Ternyata menarik sekali berhubungan dengan manusia. Sebab, mengajari orang yang berbeda itu caranya berbeda-beda,” ujar ayah dari Ilma (22 tahun) sedang kuliah Teknik Kimia di Amerika Serikat, Nadia (17 tahun) kelas 2 SMA dan Adrian (15 tahun) kelas 1 SMA.

Untuk itulah, dia semakin mantap mendalami bidang SDM dengan kuliah lagi MBA bidang Human Resources di Finlandia, Eropa Barat. Setelah lulus, Pambudi makin serius menekuni bidang SDM dengan menjadi Training Manager Nokia Asia Pasifik yang berkantor di Singapura tahun 1999.

Setelah itu, kariernya melesat jadi direktur di berbagai perusahaan. Pambudi mengaku fokus pada pengembangan SDM dan bisnis karena juga mengantongi gelar MBA. “Saya punya cita-cita bahwa bisnis harus berkembang dengan mengembangkan SDM,” ungkapya. Dia pernah menjabat sebagai HR Leader di Telkomsel, Citibank, Danone Aqua dan Blue Bird. Ibaratnya semua sektor sudah dirambah mulai dari consumer goods, telekomunikasi, perbankan hingga transportasi.

Di Blue Bird, Pambudi bergabung sejak 1 Agustus 2019. “Kepindahan saya dari satu perusahaan ke perusahaan lain berangkat dari pemikiran bahwa setiap bisnis perlu bertransformasi, dan karena setiap bisnis bertransformasi mereka harus survive dan semakin sukses di masa depan,” ujarnya lebih mendalam.

Menurut Pambudi, padahal perusahaan yang sukses di masa depan itu bukan yang paling besar, bukan yang paling kaya, atau untungnya paling banyak. Tapi, yang paling mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan zamannya berubah. Perilaku manusia sebagai konsumen sudah berubah dan peta kompetisi juga berubah. Akibatnya perubahan itu tidak hanya pada perubahan bisnis, tapi juga perubahan pada manusia, orangnya atau sumber daya manusia.

Itulah mengapa Pambudi selalu bilang bahwa kita memang harus transformasi bisnis, tapi transformasi bisnis tidak akan ada yang berjalan dengan suskes bila tidak mentransformasi SDM. “Saya tertarik ke Blue Bird karena Blue Bird sedang berada dalam transformasi bisnis, dan transformasi budaya yang hebat. Jika saya berkesempatan ikut berkontribusi di situ, saya bisa berkontribusi banyak dan saya sendiri juga belajar dari banyak perubahan yang terjadi,” Pambudi menguraikan alasannya.

Menurutnya, transformasi bisnis itu harus berjalan beriringan dengan transformasi SDM. Keduanya disiapkan secara paralel.

Kehadiran Pambudi di Blue Bird, diharapkan manajemen dapat membawa perubahan besar di perusahaan transportasi tersebut. “Manajemen berharap kepada saya agar people organisasi (SDM) dapat membawa dampak positif pada bisnis dan bisnis harus berkembang.”Jika bisnisnya berkembang, berarti orang-orangnya bagus, karena hanya SDM yang unggul membuat perusahaan menjadi maju,” jelas Pambudi.

Seperti kita ketahui, dulu Blue Bird dikenal sebagai market leader taksi, maka sekarang harus tetap manjadi pemimpin pasar. Dulu Blue Bird adalah inovator, maka sekarang harus tetap menjadi inovator. Inovasi Blue Bird dikenal sebagai pencipta taksi pertama kali dan yang pertama pula memperkenalkan mobil listrik untuk armada taksi.

Bagi Pambudi, bekerja di Blue Bird memiliki tantangan tersendiri. Maklum, sebelumnya dia bekerja di dunia perbankan, konsumsi dan telekomunikasi, sehingga barulah ke ranah transportasi.

“Tantangannya, ibarat saya harus belajar dengan medan yang berbeda. Semua medan punya aturan main yang berbeda, Peraturan Pemerintah dan kompetitor yang berbeda. Umpamanya, saya dulu jago memanjat di pohon, setelah itu di consumer goods, mungkin saya harus jago lari di padang pasir. Sekarang saya pindah arena lagi di kolam renang harusnya jago renang,” jelasnya.

Untungnya, lanjut Pambudi, dia rajin belajar dan suka belajar hal-hal baru sampai sekarang. Hidup adalah kombinasi dari fase Learning, Performing dan Developing. Pada tugas HR, salah satu tugas penting adalah merekrut karyawan. Jika merekrut karyawan, Pambudi selalu mempertimbangkan dua hal: kompetensi dan karakter. Kompetensi dilihat dari keahlian apa saja dan pengalamannya. Faktor karakter dilihat dari kepribadian, karakter, potensi dan leadership calon karyawan.

“Kadang-kadang banyak talent pintar, tapi tidak bisa kerja. Karena dia tidak dilatih berkomunikasi dengan orang lain. Sepintar apapun kita harus bersosialisasi dengan orang lain. Namun, terkadang ada karakter yang sombong karena dia merasa lebih pintar. Ada pula talent yang tidak banyak omong karena minder. Padahal talent harus selalu percaya diri dan tetap tidak sombong. Harus ada keseimbangan antara karakter dan kompetensi,” ungkap Pambudi.

Terkait dengan program pemerintah yang dicanangkan Presiden Joko Wododo ‘SDM Unggul Indonesia Maju’, dinilai Pambudi waktunya tepat. Sebab, seperti halnya perusahaan, suatu negara akan maju jika kualitas SDM maju. Dulu sudah dirintis oleh pemerintah dengan pengembangan universitas yang bagus, pemagangan yang bagus, sertifikasi, dan vokasi.

Berdasarkan pengalamannya puluhan tahun merekrut karyawan, Pambudi menilai kelemahan SDM kita terletak pada dua hal: competence (kompetensi) dan confidence (percaya diri). Seseorang akan berprestasi jika memiliki dua syarat itu, competence dan confidence.

Di Indonesia, menurutnya, SDM yang kompeten, kadang-kadang tidak confidence. Hal ini karena salah kaprah dengan pepatah ‘tong kosong nyaring bunyinya’. “Padahal, di dunia kerja sekarang dibutuhkan kompetensi dan kepercayaan diri dan kemahiran dalam menjual diri ataupun produk yang kita punya,” ujar dia. Namun, jika mampu menjual diri, tapi tidak ada keahlian, maka sia-sia juga. Jadi, perlu dua syarat itu: competence dan confidence.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved