Entrepreneur

Bisnis Durian Anti Mainstream, Bergaransi dan Terapkan Royalti

Pendiri dan pemilik bisnis Kang Duren Dzulfikri Putra Malawi. (Foto Ubaidillah/SWA)

Bisnis durian adalah bisnis musiman. Kita sering melihatnya di pinggir-pinggir jalan saat musim durian bukan? Pandangan ini benar adanya. Namun, pandangan ini tidak berlaku bagi bisnis Kang Duren milik Dzulfikri Putra Malawi (FIkri). Pasalnya, bisnis Kang Duren dapat menyediakan durian berkualitas sepanjang tahun.

Fikri menceritakan bahwa untuk menyediakan durian berkualitas sepanjang tahun, maka penjual harus memahami musim durian di banyak daerah, dari barat sampai ke timur. Ini karena musim durian dari satu daerah dengan daerah lain berbeda waktunya.

Untuk menyediakan durian berkualitas sepanjang tahun tersebut, akhirnya Kang Duren bermitra dengan para petani dan tengkulak. Tak hanya sebagai penyedia durian, para petani dan tengkulak juga dialih fungsikan menjadi quality control dan mengedukasi secara rutin sampai mereka menguasai standar atas hasil panennya.

Pengaruh baiknya, rantai suplai sampai pembeli pun akan menghargai jenis durian berdasarkan mutu kualitas premium yang menjadi standar durian yang disajikan Kang Duren. Sejak berdiri, Fikri tidak pernah menurunkan kualitas durian yang Kang Duren sediakan. Terkecuali memang kualitasnya sedang menurun karena faktor di luar kontrol manusia, seperti alam dan cuaca.

“Inti berjualan itu jujur, seperti yang Nabi contohkan. Kami akan menjelaskan kondisi durian secara sejujurnya kepada konsumen sesuai dengan pengetahuan dan kualitas yang sudah kami tentukan. Durian memang bukan kami yang buat, tapi dengan ilmu maka bisa diketahui kondisinya,” kata Dzulfikri saat wawancara dengan SWA Online di Warung Tuman BSD awal Maret 2023 lalu.

Jika kondisi durian tidak bagus atau durian curah (diambil saat belum matang), Dzulfikri mengaku akan memberitahu kepada konsumennya. Durian yang enak dan berkualitas tinggi itu biasanya matang di pohon.

“Kalau duriannya kurang bagus, kami jelaskan kondisinya, nanti rasanya seperti apa juga kami kasih tahu di awal (sebelum membeli). Kalau konsumen mau beli dengan risiko yang sudah kami jelaskan, itu kami serahkan ke konsumen. Jika setuju, maka garansinya tidak berlaku,” ujarnya.

Kang Duren menerapkan garansi dari setiap durian yang dibeli oleh konsumen. Garansi berlaku jika kondisi durian yang diterima tidak sesuai dengan yang sudah dijelaskan. Garansi berlaku bagi pembelian luring maupun daring.

“Tidak sesuai, kami kasih garansi tanpa basi basi, kami ganti baru. Tetapi kami selalu mengatakan ke konsumen kalau duriannya masih layak konsumsi, mohon diberikan ke tukang entah tukang sampah, tukang sayur, satpam, atau siapapun. Mungkin bagi konsumen itu kondisinya sudah enggak enak, tapi untuk mereka yang enggak pernah makan durian itu masih enak,” ujar Dzulfikri.

Sejak membuka bisnis durian, Dzulfikri mengaku tidak pernah menurunkan harga. Harga durian Kang Duren kisaran Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu per butir untuk durian lokal dan bisa mencapai Rp 400 ribu per butir untuk durian impor asal Malaysia. “Sekitar 20%-nya untuk garansi,” ucapnya.

Selain memberikan jaminan untuk konsumen, Kang Duren juga memberikan keuntungan lebih untuk petani. Menurut Dzulfikri, bisnis yang dirintisnya bukanlah untuk memotong ekosistem pertanian yang sudah terbangun sejak lama. Untuk itu dia merangkul semua pihak dalam ekosistem untuk menjadi mitra Kang Duren, mulai dari petani hingga tengkulak. Sehingga pasar peminat durian bisa dikuasai oleh produk dalam negeri.

Agar menguntungkan semua pihak, Fikri mengembangkan metode baru yang menurutnya dapat menjaga kualitas produk. Keterbukaan sistem keuangan yang dibangunnya juga akan mengajak para petani bisa menghitung margin untuk mengembangkan bisnis mereka.

“Karena saya pernah di musik, kalau di musik ada sistem royalti. Ternyata royalti bisa dipakai juga di bisnis pertanian. Sistem royalti itu menambah nilai ke petani, dari margin yang kita dapat, kemudian kita bagi lagi, balik lagi ke petani. Jadi selama ini Kang Duren memang datang langsung ke petani, bukan beli di pasar,” ucap Fikri.

Untuk royalti yang diberikan ke petani sebesar 5% sampai 20% dari margin bersih yang didapat Kang Duren. Namun royalti tidak diberikan secara cash-out kepada petani, namun disimpan tetapi tidak juga diinvestasikan. “Royalti itu akan diberikan kalau petani itu punya program sosial apa, misal buat bangun jembatan agar akses ke kebun gampang, lalu mereka saya minta buat proposal sederhana lalu saya kasih uangnya,” kata pria yang juga pernah menjadi wartawan ini.

Dzulfikri mempersilakan para pebisnis untuk mencoba mengadopsi konsep bisnisnya tersebut. Bisnis yang disebut musiman ini masih berjalan hingga kini dengan jumlah perputaran uang yang tidak sedikit mencapai Rp 2 miliar. Ini membuktikan bisnis durian dengan konsep seperti itu cukup menjanjikan.

Perkembangan Bisnis

Saat ini, Kang Duren mencoba bisnis offline dengan membuka popup store. Menggandeng pihak F&B kini Kang Duren ada di Warung Tuman BSD dan Warung Nasi Kamangi Bogor. Adanya popup store diharapkan dapat menumbuhkan konsumen baru.

“Durian kan segmented banget, tapi pasarnya cukup menjanjikan. Apalagi Indonesia punya banyak varietas durian yang cukup banyak dan tak tergantung musim. Setiap daerah punya ciri khas durian yang berbeda,” katanya. Satu bulan pertama buka secara offline di Warung Kamangi Bogor, omzet Kang Duren mencapai Rp40 juta.

Sebelumnya Kang Duren hanya menjual durian via online. Namun, pertumbuhan konsumen baru pasar online tidak banyak perubahan. “Sudah loyal konsumennya jadi pasarnya itu-itu saja. Jadi kita coba offline, pandemi juga sudah hampir berakhir ya, orang-orang mulai keluar, kumpul, makan di luar jadi kami coba dan alhamdulillah bagus,” kata Dzulfikri mengungkapkan.

Tak hanya menjual durian dalam bentuk segar, Kang Duren juga menjual produk olahan berbahan dasar durian seperti kue talam durian, wingko babat durian, uli kinca durian gula aren, dan soes kenyal durian, serta kemasan durian di cup (DUDICUP) yang ternyata menjadi favorit masyarakat saat ini. Semuanya dibuat dari bahan baku durian pilihan berkualitas dan premium. Untuk mengembangkan bisnis, Dzulfikri membuka peluang kolaborasi dengan siapapun untuk menjadi mitra.

Dalam setahun, Kang Duren dapat menjual durian hingga empat ton. Durian berasal dari wilayah Nias, Bangka, Sibolga, Sidikalang, Kutacane, Padang, Palembang, Banyumas, Banjarnegara, Wonosobo, Purworejo, Palu, dan Kalimantan hingga Malaysia. Kang Duren telah bermitra dengan sekitar 1.000 petani.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved