Entrepreneur

Duo Penakluk dari Irlandia

Duo Penakluk dari Irlandia

Muda, kaya raya, berprestasi. Kakak-beradik ini sukses mengantar startup-nya menjadi bintang kejora di jagat pembayaran digital. Dikenal jenius sejak belia.

John Collion dan Patrick Collion, Dua Bersaudara Pendiri Strip (foto: indepenfent.ie)

Bisnis yang baik itu menyelesaikan masalah. Pepatah itu kiranya sangat tepat disematkan pada dua Collison bersaudara: Patrick Collison (32 tahun) dan John Collison (30 tahun). Kedua anak muda ini piawai melakukan hal tersebut sehingga bisnis mereka, Stripe, menjadi unicorn papan atas yang disegani, bahkan penakluk dunia keuangan digital.

Mengacu data CB Insight, Stripe berada di peringkat 4 Most Valuable Unicorn 2020 dengan valuasi US$ 36 miliar (lihat Tabel The World’s Most Valuable Unicorns). Ditaksir kekayaan Patrick-John mencapai US$ 2,1 miliar. Mereka tajir melintir di usia muda.

Kisah kehebatan kakak-adik ini bermula pada tahun 2010. Dua pemuda asal Irlandia ini mencermati ada satu permasalahan yang sering muncul di dunia teknologi digital, khususnya e-commerce. Proses pembayaran belanja online, dalam pengamatan mereka, menyimpan kelemahan. Konsumen masih banyak yang harus menggunakan cara lama, seperti pergi ke bank untuk membayar barang yang ingin dibeli. Sebuah proses yang sering memerlukan waktu serta tenaga yang tidak sedikit. Lho, bukankah ada transaksi elektronik dan digital?

Betul. Namun, dua bersaudara ini melihat infrastruktur keuangan di web masih membuka peluang untuk digeluti, terutama di sisi payment gateway. Dalam pandangan mereka, selama bertahun-tahun pertumbuhan eksplosif e-commerce telah melampaui teknologi yang menopangnya. Sebagian besar peranti lunak yang memproses transaksi telah cukup umur, sementara laju e-commerce itu sendiri demikian pesat. Kebanyakan software yang memproses transaksi itu diperbarui pihak perbankan dan perusahaan kartu kredit, yang menurut Collison bersaudara, kurang begitu canggih dalam urusan coding.

Fakta itu menjadi peluang bagi kakak-beradik ini. Sekalipun PayPal menjadi salah satu penguasanya, Patrick dan John melihat ada celah untuk diterobos. Mereka pun aktif menghabiskan waktu untuk menguji aplikasi yang mereka buat sekaligus menjalin hubungan dengan ekosistemnya, mulai dari bank, perusahaan kartu kredit, hingga regulator. Hasilnya, mereka menciptakan Stripe yang melakukan debutnya di tahun 2011.

John dan Patrick Collison (foto: fortune.com)

Sebenarnya, industri pembayaran online merupakan medan tempur yang keras. Tak terhitung sudah berapa banyak startup, bank besar, dan tentu saja perusahaan raksasa seperti Google dan Apple yang mencoba meraup fulus dengan sistem mereka sendiri. Stripe masuk ke tengah gelanggang seperti itu. Dan, mereka berhasil. Kuncinya?

Dari sisi teknis, Patrick dan John menawarkan kemudahan, khususnya bagi para web developer, lewat produknya. Dengan Stripe, perusahaan pengguna hanya perlu menambahkan tujuh baris kode ke situsnya untuk menangani pembayaran. Ini mempersingkat waktu, semudah “cut-and-paste” saat menulis di MS Word. Para coder di Silicon Valley pun langsung menyebarkan kabar tentang kehebatan produk buatan duo Irlandia ini.

Memang, tak butuh waktu lama bagi Stripe untuk segera menjadi sistem pembayaran online yang cukup populer di kalangan web developer. Mereka menyenangi Stripe karena menyediakan API (Application Programming Interface) yang bisa diintegrasikan ke dalam proyek web development dengan simpel.

Menggunakan Stripe, web developer bisa membuat form pembayaran sendiri yang disesuaikan dengan proyek yang sedang dikembangkan tanpa perlu mengikuti prosedur pembayaran seperti payment gateway pada umumnya. “Stripe memang ingin memberikan tools bagi para pengembang sehingga bisa menciptakan sistem yang paling aman serta pengalaman pembayaran yang baru,” ungkap Patrick.

Lantaran faktor teknis yang memudahkan tersebut, Stripe pun segera menjadi pilihan di dunia e-commerce dan pembayaran digital. Ia dipandang menjadi alternatif yang tepat sekaligus kompetitor tangguh bagi PayPal. Sebab, selain menerima berbagai metode pembayaran, termasuk kartu seperti Visa, MasterCard, American Express, dan JCB, Stripe juga bisa memproses transaksi dengan lebih banyak jenis mata uang. Sedikitnya ada sekitar 100 mata uang yang mendukung sistem pembayaran online Stripe.

Karena kemampuannya tersebut, Stripe menjadi bintang kejora. Satu per satu perusahaan pun jatuh dalam pelukan Patrick dan John. Lyft, Facebook, DoorDash, Deliveroo, Seedrs, Monzo, The Guardian, Boohoo, Salesforce, Shopify, Indiegogo, Asos, TaskRabbit, dan ribuan perusahaan lain berduyun-duyun menggunakan Stripe sebagai aplikasi andalan untuk mengelola keuangan mereka, khususnya dalam urusan transaksi.

Berkembang pesat di tengah kompetisi yang ketat membuat banyak pihak merasa kagum terhadap sukses Stripe. “Valuasi mereka lebih tinggi dibandingkan sejumlah pemain yang telah eksis selama bertahun-tahun, memiliki ribuan karyawan, volume transaksinya besar, serta klien di seluruh dunia,” ungkap Brendan Miller, analis di Forrester Research Inc., beberapa waktu lalu.

Tentu saja, tak ada kesuksesan yang datang dalam semalam. Kakak-beradik Collison tumbuh di Dromineer, sebuah desa di Irlandia tengah. Orang tua mereka berlatar belakang dunia keilmuwan. Sang ayah, Denis Collison, bergerak di bidang teknik elektro, sementara sang bunda, Lily Collison menekuni mikrobiologi. Denis juga menjadi pengusaha, mengelola hotel dengan 24 kamar tidur di tepi Pantai Lough Derg, sedangkan Lily mengoperasikan perusahaan pelatihan di rumah.

Sejak kecil, kakak-beradik yang menyenangi matematika dan fisika ini dianggap jenius oleh lingkungannya. Patrick, misalnya, di usia 16 tahun sempat memenangi Young Scientist of the Year dari Royal Dublin Society karena mengembangkan bahasa pemrograman serta sistem kecerdasan buatan. Saat acara penghargaan, Presiden Irlandia Mary McAleese sampai mengungkapkan kekagumannya. “He’s a fourth-year student. A fourth-year student! Can you believe it?” katanya kepada para hadirin.

Patrick lalu mendaftar di MIT pada 2006 berdasarkan SAT yang diambilnya pada usia 13 tahun. Belakangan, John yang tak kalah pintarnya menyusul abangnya ke Amerika Serikat, masuk ke Harvard.

Di AS, kakak-beradik ini tak bisa diam. Untuk mengisi waktu luang, mereka mengembangkan aplikasi buat iPhone. Lalu, membuat versi offline Wikipedia. Dan, langkah penting mereka: membuat Auctomatic Inc. untuk mengelola lelang EBay.

Patrick dan John Collison (foto: fortune.com)

Perlahan-lahan, mereka yang awalnya menuntut ilmu melihat peluang bisnis dalam urusan transaksi online. Tahun 2008 mereka menjual Auctomatic Inc senilai US$ 5 juta ke sebuah perusahaan Kanada. Dan karena ingin fokus berbisnis, mereka keluar dari perguruan tinggi pada akhir 2009, lalu mulai menggodok ide-ide bisnis yang kemudian melahirkan Stripe. Awalnya, namanya adalah /Dev/Payments. Lalu, muncul PayStack dan PayDemon. Akhirnya, Stripe yang dipilih.

Stripe didirikan di kantor di Palo Alto, yang kebetulan berada di seberang jalan kantor PayPal. Menyadari mereka adalah pemula, Collison bersaudara lalu membawa Stripe bergabung dengan inkubator startup ternama, Y Combinator, agar bisa diinkubasi.

Di sinilah akhirnya pintu sukses itu mulai terbuka. Setelah presentasi dalam satu kesempatan, mantan pendiri PayPal, Peter Thiel, memberikan kepada Patrick dan John uang US$ 2 juta untuk mendanai perkembangan Stripe. Setelah itu, para investor kakap pun ikut masuk, seperti Sequoia Capital dan Andreessen Horowitz.

Masuknya para investor kakap, termasuk Peter Thiel, sangat menarik. Para analis menyebut masuknya Peter Thiel adalah penanda bahwa para investor menyadari bahwa teknologi yang dulu dikembangkan tidak lagi mengikuti perkembangan. Dan, Patrick-John menjawab tantangan itu

Dana serta kepercayaan ini menjadi amunisi bagi kakak-beradik itu untuk menggulirkan Stripe. Dan, perlahan-lahan Stripe pun makin berkembang: berekspansi ke seluruh dunia, meraup pendanaan dari para investor. Berangkat dari hal yang sederhana, Stripe akhirnya tidak hanya terpaku pada sistem pembayaran, tetapi juga menawarkan fitur-fitur lain. Di antaranya, Relay (membantu peningkatan penjualan, lewat pengintegrasian Stripe dengan sejumlah platform), Atlas (platform untuk mempermudah pengguna internet untuk membuka bisnis di luar AS), dan Radar (fitur untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan/fraud yang sering dilancarkan para peretas terhadap situs web).

Berangkat dari Irlandia, Patrick dan John tak menyangka akan sesukses seperti sekarang. “Sungguh sebuah keajaiban bagi kami bahwa dua anak Irlandia memulai bisnis dengan pelanggan dari seluruh dunia,” ujar John. Setelah mengawali dengan 17 karyawan, Stripe kini berawak lebih dari 2.500 orang dan melayani hampir seluruh negara. Dengan mengutip 2,9% dari transaksi, Stripe ditaksir meraih pendapatan US$ 1,5 miliar setiap tahun.

Yang menarik, kendati sudah kaya raya, Collison bersaudara dikenal tetap sederhana. Kadang naik sepeda ke kantornya di San Francisco. “Mereka rendah hati dan berpengetahuan luas,” ujar Mike Moritz, salah seorang investor pertama PayPal dan partner di Sequoia Capital yang juga investor di Stripe. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved