Entrepreneur

Ibnu Riyanto & Sally Giovanny: Berbagi Peran Kibarkan Trusmi Group

Ibnu Riyanto dan Sally Giovanny, founder & owner Trusmi Group (Foto tribunews.com).

Sukses membesarkan bisnis di usia muda, pasangan Ibnu Riyanto dan Sally Giovanny mendiversifikasi lini usaha di bawah Trusmi Group. Sally dan sang suami, yang memulai bisnis batik sejak usia 18 tahun itu, berinovasi untuk memenuhi keinginan konsumen.

Sebagai contoh, pasangan ini melakukan riset kecil-kecilan mengenai kebutuhan pembeli tatkala wabah Covid-19 mulai melanda Tanah Air, Maret tahun lalu. Mereka mengidentifikasi keinginan masyarakat adalah memperoleh masker, dan mereka pun memproduksi masker kain batik di masa pandemi.

Konsumen mengapresiasinya. Volume penjualan masker ini mencapai ratusan ribu helai. Ibnu-Sally memberdayakan pengrajin dan penjahit –usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM)– untuk memproduksi masker kain batik. Sebagai sentra batik, budaya, dan kuliner, Trusmi Group berkomitmen memberdayakan sekitar 3 ribu pengrajin dan UMKM batik di Desa Trusmi, Cirebon, Jawa Barat. Penjualan di kanal digital digencarkan agar masker kain batik buatan UMKM ini ludes dibeli konsumen di toko dalam jaringan (daring): Shopee, Tokopedia, serta Lazada. Para pesohor pun mengenakan masker tersebut dan diunggah di akun Instagram Sally.

Kendati penjualan masker itu menuai sukses, laju bisnis pasangan sejoli ini sempat tergelincir karena mobilitas masyarakat dibatasi tatkala diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menangkal penyebaran wabah virus Covid-19 tahun lalu. “Ketika awal-awal pandemi dan PSBB, operasional di gerai Batik Trusmi kan sempat tutup. Meski tutup, kami tidak mau berhenti, kami terus bergerak dan berusaha mengembangkan ide-ide serta memperbaiki internal untuk mempersiapkan perbaikan setelah pandemi,” tutur Sally.

Tahun lalu, total omset Trusmi Group dari lini usaha batik (Batik Trusmi), kuliner (Goerih Resto), ritel (The Keranjang dan Mal Batik Trusmi), makanan-minuman dan pariwisata (FBT Cake Brands), edutainment (Kampung Langit), serta properti (PT Raja Sukses Propertindo) menyusut 80%.

Sally mecontohkan, penurunan penjualan The Keranjang saja mencapai 90%. Sebelum pandemi, unit usaha ritel Trusmi Group ini mampu berkontribusi besar. Saat ini, lini usaha batik masih tumbuh dan menopang bisnis mereka. Dibutuhkan perjuangan, usaha, kerja keras, serta semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan bisnis di masa ini. Kreativitas, inovasi, dan pantang menyerah adalah formula yang dipraktikkan sejoli ini untuk menangkap peluang bisnis.

Sally mengatakan, kesuksesan akan diraih dengan mempersiapkan seluruh sumber daya dan mengasah keterampilan karyawan untuk menyongsong peluang bisnis pascapandemi di masa mendatang. “Batik Trusmi itu sudah mempersiapkan semuanya karena setelah pandemi itu kami meyakini penjualan akan kembali normal. Kami juga launching produk baru. Jadi, kami tetap produktif, hanya saja caranya yang berbeda, work from home,” kata Sally.

Agar bisnisnya tetap apik, couple-preneur ini berbagi peran. Peran Ibnu di belakang layar, misalnya mengolah data untuk disusun sebagai strategi manajemen. Sally memainkan peran sebagai kreator dan eksekutor ide bisnis, pemasaran, dan public relations. Sally, yang menjabat sebagai Komisaris Trusmi Group, adalah komandan di lapangan. Ia acapkali mendamping pesohor dan pejabat pemerintah yang mengunjungi The Keranjang.

“Kami berbagi tugas, saya di The Keranjang, Bali, karena banyak artis, public figure, pejabat, yang mengunjungi tempat ini. Saya yang punya kompetensi di situ untuk menyambut dan mendampingi mereka. Sedangkan Pak Ibnu, yang menjadi CEO Trusmi Group, menghabiskan waktu di Batik Trusmi, Cirebon, untuk mengurusi manajemen yang bisnisnya sedang dalam tahap pemulihan,” Sally mengungkapkan.

Status sebagai ibu rumah tangga sekaligus couple-preneur, menurut Sally, “Sangat asyik karena terbukti dengan couple-preneur ini berlimpah berkah, team work suami-istri, dan banyak menghabiskan waktu bersama, itu ibadahnya.” The Keranjang, misalnya, merupakan salah satu kolaborasi ide yang direalisasikan pasangan ini.

Ceritanya, Sally menggagas pusat oleh-oleh sekaligus wahana rekreasi terpadu yang gedungnya dirancang seperti keranjang. Perselisihan muncul begitu ide ini didiskusikan. Ibnu sempat geleng-geleng kepala menangkap ide liar Sally ini. Sebab, logika bisnis harus diutamakan dibandingkan keinginan sesaat. Jalan keluarnya, mereka berunding dan menyempurnakan ide bisnis. “Lahirlah The Keranjang. Jadi, ide itu dieksekusi tidak lama karena kami punya prinsip bahwa yang namanya pengusaha itu berusaha sehingga harus dicoba, tidak bisa hanya direncanakan, harus take action,” tutur wanita kelahiran 1988 ini.

The Kerancang yang beroperasi sejak 2018 mencetak omset yang melampaui Batik Trusmi. Ibarat bayi, The Keranjang diasuh Sally agar roda bisnis pusat perbelanjaan ini melaju mulus. Totalitasnya ditunjukkan dengan hijrah dari Cirebon ke Bali. Ia memboyong anak-anaknya untuk bersekolah di Bali. Sally mengemban tugas sebagai pebisnis sekaligus ibu rumah tangga yang mengasuh anak-anaknya.

Pencapaian bisnis Ibnu-Sally itu merupakan bagian dari perjalanan suami-istri sekaligus pengusaha yang menghadapi berbagai dinamika dan perselisihan ide bisnis di masa awal. Di tahap awal memulai bisnis, percekcokan di antara mereka kerap tak terhindarkan karena perbedaan watak dan sikap mau menang sendiri alias ego.

“Yang saya rasakan, menjadi couple-preneur itu adalah proses kami saling mengenal dan memahami. Akhirnya, saya menemui titik untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt. karena kami mendapat kesempatan untuk menjadi couple-preneur. Kami usaha bersama dan saling bertukar ide,” Sally menjelaskan.

Kini, mereka lebih saling memahami untuk memainkan peran masing-masing. “Yang berperan sebagai otak kanan adalah saya dan Pak Ibnu lebih menggunakan otak kiri yang ide bisnisnya harus sesuai logika, sedangkan saya terkadang menggunakan perasaan. Dengan perbedaan itu, kami saling melengkapi,” kata Sally. Ini kombinasi couple-preneur yang manjur.

Mereka memulai bisnis di tahun 2006 dengan berjualan kain kafan. Modalnya dari angpau pernikahan. Kemudian, pasangan ini mengembangkan bisnis Batik Trusmi pada 2007 hingga merambah lini bisnis lainnya itu. Rencana selanjutnya, Ibnu dan Sally akan mengembangkan wisata balon udara tahun 2022,. (*)

Vina Anggita & Vicky Rachman; Riset: Armiadi Murdiansyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved