Entrepreneur zkumparan

Indria Miranda & Pandu Rosadi: Bersinergi Melejitkan Fashion Muslim

Indria Miranda & Pandu Rosadi, founder & owner RiaMiranda.
Indria Miranda & Pandu Rosadi, founder & owner RiaMiranda.

Label fashion muslim RiaMiranda sudah dikenal luas di industri fashion, bahkan hingga ke mancanegara. Terlebih, pengelola label ini sering melakukan peragaan busana dan pameran di luar negeri, seperti di Melbourne, Chicago, Singapura, Hong Kong, Dubai, dan London –selain di Jakarta, tentunya. Label muslim yang diusung PT Miranda Moda Indonesia ini, tak lain, dibangun oleh sejoli Indria Miranda (biasa dipanggil Ria Miranda) dan suaminya, Pandu Rosadi, sejak 2009.

Usai lulus dari ESMOD, Ria mulai berkecimpung di dunia fashion dengan menggarap sendiri semua busana karyanya. Dia juga memasarkan sendiri karya-karya tersebut lewat blog dan Facebook. Usahanya merintis karier sebagai desainer busana semakin berkembang sejak ia menjadi salah satu pendiri Hijabers Community, komunitas yang mengubah cara muslimah mengenakan busana muslim dengan sentuhan modern. Ria lalu memutuskan menggunakan namanya sendiri sebagai merek busana yang dipasarkan hingga saat ini –walau di awal sempat menggunakan nama merek Shabby Chic by RiaMiranda.

Dalam membesarkan brand, pasangan ini sukses berkolaborasi dengan sejumlah bintang di Indonesia. Misalnya, dengan Dewi Sandra, Cotton Ink, bahkan dengan desainer Malaysia, Jovian Mandagie, dan brand Siti Khadijah. Di awal juga pernah dibantu Puput Melati. Busana karyanya dipakai Puput saat tampil di acara Dahsyat di RCTI. Setelah itu, juga ada artis Inneke Koserawati, Marini Zumarnis, Zaskia Mecca, dan banyak figur publik lainnya.

Sejoli ini berbagi peran dengan manis dalam bisnis. Ria bertindak sebagai Direktur Kreatif dari segi desain, brand DNA, personal branding, hingga hubungan pelanggan. Jantung dari desain di label RiaMiranda ini memang terletak di Ria sendiri.

“Saya sejak awal menangani manajemen bisnis, mulai dari talent, target, supply chain, vendor management, hingga branding. Juga, pengembangan bisnis. Kalau Ria Miranda memang dari segi fashion design. Selama 10 tahun tidak banyak yang mengetahui pembagian peran ini, karena kami lebih fokus untuk personal branding building Ria Miranda,” ungkap Pandu.

Pengembangan bisnis lebih banyak dilakukan Pandu. Misalnya, dalam menentukan konsep kerjasama dengan mitra yang tersebar di 26 kota. Pandu yang memberikan push untuk membuka kesempatan pembukaan cabang/mengambil kesempatan tawaran untuk peragaan busana, konsep dibicarakan bersama, nanti eksekutornya Ria dengan timnya. Sementara Pandu memantau prosesnya hingga finalisasi. Namun, Ria yang menjaga relationship-nya.

Pandu merupakan pribadi yang logis, ambisius mengejar target dan pertumbuhan, memberikan challenges, serta membangun mindset dan tim yang solid. Ia banyak terlibat dalam angka-angka. Ria biasanya juga memberikan arahan berdasarkan feeling. “Contohnya, saat akan membuka cabang atau cari partner baru, Ria akan memilah partner mana yang punya chemistry dan tujuan yang sama. Intuisi wanita itu kuat dan benar pada akhirnya,” kata Pandu.

“Mas Pandu biasanya yang injak gas, dan fokus dengan target,” ujar Ria. Ia bersyukur, setelah melalui 10 tahun, perusahaannya kini sudah memiliki budaya kerja, fokus bisnis, dan pembagian tim yang ideal. Secara bisnis Pandu yang mengembangkan, tetapi Ria yang memastikan semua berjalan dengan seimbang, tidak terlalu ambisius untuk mengejar target dan tidak melupakan value setiap orang dalam tim.

Ria bercita-cita label RiaMiranda semakin kuat sebagai brand, bukan hanya karena citra dirinya sebagai founder. Juga, bisa sustainable dan terus berkembang serta mampu membangun manfaat ekonomi bagi sekitarnya. Tentu saja, pihaknya akan berusaha adaptif dengan perubahan. Termasuk, dalam hal desain yang disesuaikan dengan kondisi. Pada saat awal pandemi, misalnya, RiaMiranda mengeluarkan koleksi pandemi, seperti baju di dapur, baju untuk di taman, dan baju untuk di rumah. Bahkan, juga membuat bergo instan yang sukses terjual hingga 35. 000 pieces dalam waktu satu minggu melalui kanal online.

Bagi Ria, bisnis fashion ini menjadi passion yang dapat diwujudkan. Tentu, harus terus didukung dengan momentum, konsistensi, dan komitmen untuk menjadi fashion designer. “Memang sudah jadi cita-cita saya untuk menjadi fashion designer sejak di bangku SMP. Hanya saja, saya tidak menyangka ini akan menjadi seperti saat ini,” ungkapnya. (*)

Sudarmadi & Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved