Entrepreneur

Irfan & Agam Jadikan Anomali Café Sebagai Ikon Kebangkitan Anak Muda

Irfan & Agam Jadikan Anomali Café Sebagai Ikon Kebangkitan Anak Muda

Ada yang menarik dalam salah satu forum diskusi pemuda yang menjadi bagian dari hajatan besar pemerintah, yakni Indonesia MDGs Award 2014 di Djakarta Theather (!5/3), yaitu tampilnya Irvan Helmi dan Muhammad Abgari (Agam) sebagai pembicara dalam forum tersebut. Kedua pemuda ini adalah pendiri Anomali Coffee, salah satu kedai kopi terpopuler di Jakarta. Keduanya juga merupakan ikon kebangkitan kewirausahaan muda Indonesia.

Bersahabat sejak SMA, Irvan dan Agam tumbuh di kalangan keluarga pecinta kopi. Mereka tidak hanya fokus pada strategi manajemen bisnis dan pemasaran saja, namun terlibat langsung dalam setiap detail proses produksi.

Irfan dan Agam

Irfan dan Agam

Salah satu alasan mereka didaulat sebagai “duta” wirausaha muda dalam Forum Diskusi MDGs Indonesia tersebut karena prinsip dan konsep Anomali cafe itu sendiri. Kedai kopi yang dibangun sejak tahun 2007 itu dilahirkan dengan konsep kedai kopi pertama yang hanya menjual kopi asli Indonesia berkualitas tinggi. Tujuan dari konsep ini adalah membangun awarness dan kecintaan customersnya pada kopi Indonesia. Berikut wawancara reporter SWA Online, Liliyah Rahman dengan keduanya di sela-sela acara:

Anda berdua tampaknya membangun Anomali Cafe dengan sebuah semangat nasionalisme, apakah dengan gaya seperti itu dalam sudut pandang bisnis mendatangkan keuntungan?

Justru di situlah kekuatan kami. Jadi dari awal Anomali dibangun kita berdua sepakat bahwa ini akan menjadi kedai kopi pertama di Indonesia yang hanya akan menjual kopi asli Indoensia. Tentunya kami pun tidak “cinta buta” dengan kopi Indonesia. Kami tetap menomorsatukan kualitas.

Waktu awal membangun Anomali dengan prinsip tadi apakah sempat riset ke kastemer terlebih dahulu?

Kita waktu buka di awal 2007 itu nggak pakai riset, yang dijalani hanya karena kita suka kopi dan passion kita adalah kopi Indonesia yang terbaik. Kita punya sebuah keyakinan bahwa kopi Indonesia itu kan one of the best coffee di dunia, jadi kenapa enggak, kita maju dengan itu. Kita fokus di situ, fokus di kualitas. Jadi dengan begitu orang (customer) bisa melihat kualitas kopi Indonesia dibandingkan kopi luar. Itu yang utama .

Jadi dalam menjalankan bisnis mana yang didahulukan, passion atau profit?

Agam: Kalau saya percaya passion dan profit bisa jalan bersama. Mana yang harus duluan? Ya keduanya harus bersama. Jadi begini, kalau kita punya produk atau jasa yang dikerjakan dari proses yang baik akan hasilkan yang baik. Enaknya, kita mulai dengan mind set “saya pengen melakukan sesuatu, entah itu mau ada profit materinya atau tidak. Yang penting saya mau menciptakan sesuatu yang saya memang suka, maka saya harus memulainya. Kalau emang nanti rewardnya adalah materi alias uang ya bagus. Tapi kalau ternyata rewardnya hanya pengakuan atau say thank you saja, jangan keburu patah arang, jadikan latihan buat maju lebih baik lagi.”

Irfan: Yang mana duluan, passion atau profit? Kalau pengalaman pribadi, saya memang mendahulukan passion, dari situ kita akan punya ide dari ide pasti akan berkembang. Dari situ kita akan menemukan celah keuntungan itu ada di mana. Jadi merintis bisnis itu juga butuh modal mental, tahan banting, sabar, fokus on passion Insya Allah kita akan dapat sesuatu, dan akhirnya kita akan jadi orang yang pantang menyerah. Kalau dari keuntungan dulu, ketemu kerugian, stop kita. Tapi kalau dari passion dulu, lalu rugi? Kita jalan lagi.

Adakah tantangan dalam menjalankan bisnis ini? Seperti apa?

Agam: Untungnya ketika mulai merintis anomali ini kita pondasinya passion, jadi mau turun atau naik, mau tiba-tiba stuck, mau dikomplain sama pelanggan, semuanya kita terima dan tetap jalan. Itu semua jadi learning process saja. Saya pernah dimarahi pelanggan, dia nantang “panggilin yang punya mau saya lemparin asbak!” padahal yang punya saya hehe…karena waktu itu di awal itu kita mulai hanya dengan 3 karyawan, 2 orang shift pagi dan 1 orang shift malam. Kalau malam ya saya dan Irfan multitasking, jadi waitress, tukang parkir, masak, sampai membersihkan toilet. Pada akhirnya semua tempaan itu membuat kita makin hari makin kuat. Kalau ada tantangan yang datang kita tidak gampang menyerah.

Tantangan yang lainnya adalah bagaimana menularkan passionnya kita ke karyawan. Sekarang punya lebih dari 80 orang karyawan, nah menularkan ke mereka tentang passion kita dalam bisnis ini, itu tidak mudah. Padahal bergeraknya bisnis ini ke depan, saat ini ada ditangan mereka juga.

Irfan: Bagi saya tantangan yang sangat berat ada di awal. Katanya kita (Indonesia) ini kan masuk dalam lima besar produsen kopi kualitas terbaik di dunia, tapi kita yang pengusaha asli indonesia, mau beli itu sulit, benar-benar sulit, karena apa? Menurut para produsen itu si Anomali itu mau belinya sedikit udah gitu maunya yang grade paling atas dengan harga sama dengan mereka pemain besar. Mereka (produsen kopi) kan mungkin dalam hati “ini orang kashian amat, mau barang bagus tapi modal pas-pasan.” Kita akhirnya jalan sendiri, isitilahnya modal dengkul sendiri cari kopi ke Bondowoso, ke Takengon-Aceh, ke Manggarai-Flores, semua itu kita jalani sendiri. Balik lagi itu karena passion.

Lalu seperti apa perkembangan Anomali saat ini?

Lini bisnisnya sudah berkembang, dari awalnya hanya cafe’ dan coffee shop, sekarang jadi coffee bean suplier. Lalu, kita juga merambah ke coffee maker machine suplier. Selain itu, mendirikan akademi barista, jadi mereka yang punya bakat bisa dikembangkan di sana. Selain barista karyawan Anomali juga ditraining di sana. Selain Jakarta, sekarang cabang Anomali ada di Bali tepatnya di Seminyak, Kuta Utara.

Apa rencana ke depan untuk Anomali Cafe sendiri?

Kita berencana buka cabang di luar, dilatarbelakangi dari pikiran “kedai kopi luar bisa sukses di Indonesia, yang mereka jual pun bukan kopi Indonesia, lalu kenapa kita tidak bisa sebaliknya”. Padahal negara kita masuk lima besar produsen kopi terbaik di dunia. Jadi the ultimate goal buat Anomali adalah kita ingin bawa ke luar negeri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved