Profile Entrepreneur

Jurus Veteran Logistik Mengibarkan Ark Supply Chain

Jurus Veteran Logistik Mengibarkan Ark Supply Chain

Setelah puluhan tahun melanglang industri logistik, Abdul Rahim Tahir akhirnya memutuskan membesut perusahaan logistik bertitel Ark Supply Chain (ASC). CEO ASC kelahiran Singapura, 6 Maret 1963, itu pun langsung menggelar strategi untuk menggarap pasar logistik Indonesia yang tahun ini diperkirakan bisnisnya akan mencapai Rp 2.259,6 triliun.

Sebelum mengibarkan bendera sendiri, Rahim telah 30 tahun lebih berkarier di berbagai perusahaan logistik di Singapura, Malaysia dan Indonesia. Pria yang mengawali kariernya sebagai kurir itu pada akhirnya sukses menduduki berbagai posisi eksekutif di Airborne Express Inc. Singapura, Federal Express, RPX Group, DHL, dan terakhir menjabat sebagai CEO Grup JNE hingga Februari awal tahun ini. “Di segala bidang di sektor logistik sudah saya rasakan sejak 1983. Dan menurut saya, ini saat yang tepat berlabuh di Ark Supply Chain untuk berkontribusi lebih banyak bagi perbaikan logistik di Indonesia,” ujar Rahim kepada SWA.

Abdul Rahim Tahir

Abdul Rahim Tahir, Pendiri Ark Supply Chain

ASC memiliki tiga anak usaha. Pertama, PT Ark Logistics & Transport, unit usaha yang berdiri sejak 2010 dan bergerak di pergudangan dan distribusi sektor barang konsumer, otomotif dan teknologi. Kedua, PT MCLogi Ark Indonesia, bisnis freight forwarders untuk pengiriman barang melalui laut dan udara dengan bendera. Perusahaan kedua ini merupakan bisnis join venture antara Ark Logistics dan PT MC Logi, anak usaha Mitsubishi Corporation, Jepang. Targetnya, pada Januari 2017 PT MCLogi Ark Indonesia sudah siap beroperasi untuk freight forwarding antarnegara seperti pengiriman mobil built-up. Bisnis terakhir, Ark Express, fokus menggarap segmen e-commerce.

Ketiga bisnis tersebut menurut Rahim menjadikan ASC sebagai pemain logistik yang terintegrasi di segala jasa aspek logistik, mulai dari supply chain technology solution, pergudangan dan distribusi, hingga transportasi domestik. “Saat ini memang ada tiga unit usaha di bawah holding Ark Supply Chain. Ke depannya, ada dua unit lagi yang sedang kami siapkan. Jadi, total akan ada lima unit usaha di bawah holding,” kata alumni MBA Pemasaran Strategis dari University of Hull di Inggris itu.

Bagi Rahim, yang mendirikan ASC bersama sahabatnya (seorang pengusaha Indonesia), peluang bisnis logistik di Nusantara masih terbuka lebar. Terutama, dengan perkembangan perdagangan online alias e-commerce yang terus menggeliat. Sejumlah strategi pun siap dibentangkan ASC demi menggarap pasar logistik dan transportasi Indonesia yang menurut Frost & Sullivan tahun ini nilainya diperkirakan mencapai Rp 2.259,6 triliun. Caranya, dengan memperbaiki semua proses pengiriman lewat dukungan teknologi, infrastruktur dan SDM yang unggul. Rahim menjelaskan, jika ketiga hal tersebut disinergikan dengan baik, akan menghasilkan perubahan yang solutif.

Rinciannya sebagai berikut. Pada aspek teknologi, Rahim menjelaskan, ASC sangat terbantu dengan perkembangan teknologi komputasi awan, sistem operasi Android, dan harga perangkat telekomunikasi yang kian terjangkau. “Hal itu sangat memudahkan bagi konsumen untuk mengakses status pengiriman barang yang dikirim lewat Ark Express secara real time. Saat ini sistemnya sedang dibangun dan diuji coba, di akhir 2016 ini targetnya perangkat lunak yang sedang kami bangun sudah siap dipakai,” Rahim menjelaskan.

Aspek kedua, infrastruktur. Sebagai bentuk komitmennya dalam membangun infrastruktur logistik yang solid, ASC membangun gudang seluas 35 ribu hektare di Cibatu, Bekasi. Dana segar senilai US$ 50 juta juga sudah siap ditanamkan untuk pengembangan perusahaan dalam lima tahun ke depan yang meliputi biaya peningkatan teknologi, jaringan pergudangan, dan ekspansi armada transportasi yang saat ini berjumlah 200 unit truk dari berbagai jenis.

Jumlah cabang pun akan ditingkatkan dari 10 titik di wilayah Jabodetabek saat ini menjadi 60 unit di seantero Indonesia. Targetnya, dalam dua tahun ke depan, ke-60 cabang tersebut sudah siap beroperasi di seluruh penjuru Nusantara. “Kami rencanakan pembangunannya dalam tiga fase. Fase pertama di wilayah Pulau Jawa, fase kedua di wilayah Sumatera, dan fase ketiga di wilayah Indonesia Timur,” ujar Rahim.

Strategi terakhirnya yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia ASC yang berjumlah 200 orang. Rahim yang juga nyambi sebagai dosen paruh waktu di Universitas Teknologi Nanyang Singapura menegaskan akan terus menggelar pelatihan mengenai standardisasi pelayanan dan program sertifikasi, bekerja sama dengan Chartered Institute Logistics and Transport (CILT) Inggris.

Meski mengaku memiliki strategi yang ciamik, Rahim menegaskan, nilai tambah utama yang diberikan ASC yakni memberikan solusi spesifik atas tantangan rantai pasok yang dialami pelanggannya. “Jadi, pendekatannya bukan apa yang dibutuhkan klien terkait jasa logistik. Pendekatan yang dilakukan adalah menanyakan kendala terhadap supply chain klien dan kemudian membuat solusinya,” ujarnya menjelaskan.

Salah satu solusi supply chain yang ditawarkan adalah menggunakan teknik Actionable Intelligence. Rahim mencontohkan, banyak jasa angkutan, seperti truk, saat mengantarkan barang ke suatu tujuan kembali dengan muatan kosong. Hal itu menjadi salah satu pemborosan yang sering terjadi di perusahaan. “Karena itu, yang diperhatikan adalah pada empat aspek dalam Actionable Intelligence, yaitu pendataan, analisis, keputusan dan eksekusi,” katanya. (Riset : Armiadi Murdiansyah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved