Entrepreneur

Marcell Diaz, Membangun Bisnis Susu dari Peternakan Sapi yang Nyaris Bangkrut

Marcell Diaz, Membangun Bisnis Susu dari Peternakan Sapi yang Nyaris Bangkrut

Marcell Diaz membangun bisnis susu dari puing-puing bisnis sapi yang nyaris bangkrut. Dari semula hanya memiliki enam ekor sapi perah, sapinya terus berkembang hingga mencapai ratusan. Ia juga mengembangkan sapi pedaging. Kemudian, sejak tahun lalu terjun ke bisnis properti. Bagaimana lika-liku Marcell Diaz mengembangkan bisnisnya di bawah bendera PT Cessna Agro Borneo, semua dituturkan kepada Nimas Novi Dwi Arini:

Boleh diceritakan bagaimana Anda memulai bisnis ini?

Kami mulai di awal tahun 2007. Awalnya ini punya saudara istri, dia yang mempunyai peternakan sapi dan waktu itu hampir bangkrut, lokasinya di Kalimantan. Pabrik ini awalnya mau dijual semua, tapi saya lihat dan pikir-pikir sepertinya ini masih bisa dijalankan karena ini sapi perah. Saya pikir tidak ada ya di Kalimantan sapi perah yang ada hanya sapi pedaging.

Pada waktu itu memang masih ada sapinya tapi tinggal sedikit, 6 ekor sapi saja yang tersisa. Dan yang tersisa juga bukan sapi yang grade A atau grade B. Sapi yang tinggal enam ekor ini cuma grade C saja paling hanya bsia menghasilkan 8-10 liter per hari ,tidak banyak. Tapi ternyata bisnis susu ini malah berjalan di Kalbar. Kan banyak orang yang berbicara mengenai asupan gizi, orang juga sering bilang di Kalimantan SDM-nya kurang baik terutama penduduk aslinya ya yang tiga ras itu. Tapi sesuai dengan pengalaman saya selama ini, orang di sini itu bukan tidak bisa menangkap tapi memang asupan gizi yang tidak memadai. Kalau di sini asupan gizinya bagus orang-orangnya bisa dengan mudah menangkap kok dan pilot project ini sudah kita laksanakan dan berhasil.

Sapi perahKenapa akhirnya tertarik untuk mengambil alih usaha yang sudah bangkrut?

Karena kan punya saudara saya jadi masih ada ikatan yang dekat, daripada dijual kan sudah pasti rugi. Jadi, ya mending kita coba saja dulu dan saya dulu sempat bekerja di bidang manajemen jadi saya rasa masih ada peluang besar untuk bisnis ini. Saya juga bilang ke saudara saya ini untuk bersabar kalau memang ini berhasil, bisnis ini bisa jalan.

Seperti apa bisnis susu ini berkembang setelah Anda ambil alih?

Kalau mau dibilang berkembang ini hanya dalam tempo singkat saja ya. Dari enam sapi mencapai ke 27 ekor sapi itu hanya butuh waktu ini sebentar sekali. Setelah itu dari yang hampir 30-an itu menjadi 100 sapi hanya dalam waktu satu tahun s aja. Jadi, memang kita baru mulai bagus di tahun 2009 tapi di era 2008-an susu ini sudah booming. Kalau mau dibilang kita ini memang tertutup ya karena kita tidak ada persaingan dan ini mendukung secara tidak langsung. Sampai saat ini kalau tidak salah belum ada peternakan sapi perah seperti kami di Kalimantan. Kami cuma satu-satunya. Mungkin kalau ada pesaing lain kami juga tidak tahu apakah akan sebaik dan sebesar sekarang ini tapi saya tetap optimistis walaupun ada pesaing kami tetap akan unggul karena kami ini kan pionirnya di sini.

Kalau untuk jangkauan penjualannya sudah bisa mencapai mana saja?

Kebetulan karena saya ini dulu memang bekerja di bidang marketing jadi kalau sekarang kita jual tidak hanya di direct sales saja tapi sudah keseluruhan ke hotel, restoran, dan trasnportasi. Seperti di sini banyak ya taksi tapi taksinya tidak seperti di Jakarta jadi antar tempat mungkin seperti travel ya. Nah, di dalam taksi ini biasanya di dalamnya dikasih minuman biasanya air mineral sekarang kita ganti pakai susu. Kita sudah sampai ke arah ke sana, kalau untuk hotel sudah ambil di kita juga terutama hotel-hotel besar ambil produk susu yang plain dari kita. Salah satunya hotelya hotel Mahkota ini bintang empat, Kapuas Palace memakai produk susu dari kita juga.

Prodak susu Cessna dijual dalam varian apa saja?

Kami jual produk dalam kemasan botol seperti Cimory ya. Ada yang satu liter, 600 ml, 330 ml, dan ada juga yang di cup. Semua market sudah bisa di garap sama Cessna saat ini tapi sekarang ini baru masuk proudk susu dari Australia tapi lewat Hypermart harganya lebih mahal dari produk kita.

Strategi apa yang digunakan untuk bersaing dengan produk lain?

Kalau untuk bersaing memang kita bisa dibilang tidak punya pesaing di dairy ya tapi sebenarnya kita ini bersaing dengan produk-produk minuman lain seperti misalnya Sosro. Orang Kalimantan itu hobi dengan yang namanya minuman the. Jadi Sosro bisa dibilang menjadi pesaing kita. Di sini sulit mengubah kebiasaan orang dari minum teh menjadi minum susu karena ada kan orang yang eneg dengan susu. Jadi untuk mengubah inilah malah yang jadi berat bukan karena ada pesaing di bisnis yang sama. Tapi ada juga ya pernah produk susu yang mencoba masuk ke ini seperti Anlene dan Boneto tapi mereka mengakui nyerah melawan kami, karena kalau dilihat dari produk mereka kalah.

Bagaimana dengan pengembangan bisnis ini?

Sebenarnya kalau saat ini saya memang sudah melepas beberapa bisnis saya ke tangan orang lain ya seperti yang dairy, sekarang sudah mulai merambah juga ke bisnis properti. Jadi sekarang Cessna sudah berubah menjadi Majesty Utama bisnis utamanya malah properti sekarang, pembanguann rumah ibadah, susu dan pedaging masih berjalan seperti biasa. Properti itu baru mulai di tahun 2012.

Kenapa akhirnya juga masuk ke bisnis properti?

Yang pertama pasti peluangnya ada ya dan yang kedua itu di sini di Kalimantan banyak sekali developer-nya kelasnya tidak jelas, apalagi saya di perbatasan. Di sini banyak sebenarnya perumahan yang disebut komplek tapi kalau masuk ke komplek yang di sini tidak ada security, tong sampah, gate masuknya tidak seperti di Jakarta lah ya. Ini awalanya kenapa saya akhirnya mau terjun ke bisnis properti, keadaan ini kadang membuat saya berpikir kok developer yang ada di sini hanya untuk mengayakan seseorang. Properti yang layak kan semestinya ada kemanan dan kebersihannya juga ada dan terawat. Di sini orang-orang di perbatasan selalu mengeluh kalau Malaysia itu lebih baik daripada Indonesia. Saya sebagai seorang Indonesia merasa miris mendengar hal yang seperti itu, saya pikir dengan adanya omongan seperti ini saya jadi tergerak untuk berbuat sesuatu salah satunya ya dengan properti yang saya buat di sini seperti di Malaysia bahkan ada hotspot-nya segala.

Sudah berapa hektare yang Anda bangun untuk lini bisnis properti?

Kalau komplek samapai saat ini sudah ada tiga dan ini masih terus-menerus dalam tahapan pembangunan. Jumlahnya dalam satu komplek ada sekitar 300 unit ya lumayan lah, kalau untuk tanah sekarang ada 7-10 hektare. Memang kita melihat di mana di sini kehidupannya bisa seperti kota-kota satelit lah walaupun masih jauh lah dari Jakarta tapi setidaknya sekarang ini sudah ada rintisan.

Apa ada rencana ekspansi ke bisnis lain selain dairy dan properti?

Untuk ekspansi ke tempat lain sih belum ada ya tapi memang banyak yang menawari saya untuk juga ke bisnis tambang ataupun sawit tapi saya tidak tertarik walaupun saat ini saya memiliki lahan sembilan ribu hektare. Saya masih pikir-pikir apakah memang lahan ini bagus untuk sawit atau malah untuk yang lain, kalau memang sudah waktunya mungkin kita akan main juga di sawit. Tapi sawit ini bukan sebagai sesuatu yang penting untuk kami di sini. Saya memang melakukan bisnis lebih suka yang langsung berdampak untuk masyarakat ya, kalau tidak berdampak langsung saya agak tidak suka juga. Seperti misalanya usaha susu ini saya buat karena sudah banyak omongan soal SDM yang kurang itu makanya saya buat bisnis susu. Kenapa properti karena saya lihat dampaknya juga di sisi properti tidak beres, kalau saya masuk ke sawit atau tambang tidak berdampak ya mending orang lain saja yang masuk ke bisnis itu.

Apa rencana dan target untuk kedua bisnis yang sudah Anda jalankan?

Yang paling utama khususnya untuk susu dan pedaging kita mau tembus pasar di Malaysia ya karena kita di perbatasan. Dari dulu kita selalu saja kedatangan barang-barang dari Malaysia kan walaupun secara ilegal ada yang bayar dan ada yang tidak bayar. Saya berpikir begini, untuk menaikkan PAD di daerah kami tekniknya adalah kita akan ekspansi ke sana, kita akan mengirim susu ke sana karena kalau boleh terus terang susu kami lebh baik kulaitasnya daripada yang di Malaysia. Kalau sekarang kita sudah mulai merintis ya, kita sudah cukup sering dipanggil ke sana tapi ya kalau ada event saja kita baru jualan. Tapi kita punya keinginan besar untuk masuk ke pasar Malaysia, selain lewat event sudah ada beberapa produk kami yang masuk ke sana tapi sedikit lah lewat bantuan teman-teman yang tinggal di sana.

Susu kami sudah punya penggemar di Malaysia jadi saya cukup optimis prodak kita bisa masuk ke sana. Ke depannya tujuan memang go internasional kita berdiri di perbatasan. Jadi, kalau kita menerima terus kita akan bermasalah karena uang kita akan mengalir ke sana terus. Satu lagi ini semua saya maunya untuk menhasilkan pendapatan asli daerah bukan hanya untuk mengambil keuntungan saja.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved