Profile Entrepreneur

Nabilah Alsagoff (Pendiri dan CEO Doku): Merebut Risiko Membesarkan Payment Gateway

Nabilah Alsagoff (Pendiri dan CEO Doku): Merebut Risiko Membesarkan Payment Gateway

Nabilah Alsagoff merupakan satu di antara sedikit wanita Indonesia yang sukses berkecimpung di ladang pria, yaitu industri teknologi informasi. Di bawah komandonya, Doku, penyedia pembayaran daring (dalam jaringan/online) yang bernaung di bawah PT Nusa Satu Inti Artha melejit hingga menjadi yang terbesar di industrinya.

Doku bergerak di jasa payment processing, B2B, consumer, e-money dan remitance, dengan tiga produk utama: Doku Wallet, MyShortCart, serta sistem transaksi terintegrasi yang kompleks untuk perusahaan. Untuk menunjang bisnisnya, Doku berhasil bekerja sama dengan berbagai penyedia layanan keuangan seperti Visa, Mastercard, Mandiri, e-pay dan BRI.

Doku

Nabilah Alsagoff, Pendiri Doku, bersama timnya

Perjalanan Nabilah dkk. membesarkan Doku penuh tantangan. Bahkan, saking sulitnya, ide pendirian Doku yang menggelinding sejak 2005 baru bisa terwujud dua tahun kemudian. “Karena, sejak 2005, sejak ide itu muncul, belum ada bisnis di payment gateway. Baru ada Air Asia yang memilikinya saat itu,” ujar Nabilah mengenang.

Kala itu, bisa dibilang Doku adalah pemain lokal pertama yang masuk ke bisnis payment gateway. Kekuatan Nabilah dan timnya terlihat kala harus meyakinkan calon kliennya mengenai manfaat pembayaran daring yang kala itu belum semarak seperti sekarang. “Kami menjualnya dengan super pede (percaya diri), inilah kekuatan perempuan. You need to be passionate ketika mengelola bisnis baru, tidak boleh ragu-ragu,” ungkapnya lantang.

Namun, dengan antusiasme yang menyala-nyala, tetap saja butuh waktu tiga tahun untuk meyakinkan dan mendapatkan klien pertama. “Klien pertama adalah toko bunga, baru kemudian Asuransi Sinar Mas,” kata Nabilah.

Peluang sekaligus tantangan besar muncul ketika Doku mencoba menembus Garuda Indonesia yang saat itu tengah membangun branding layanan e-travel. Doku pun mulai menawarkan jasa pembayaran elektronik dan daring. Waktu itu, 2008, Garuda menantang Doku membuat solusi payment gateway untuk daring. “Sangat menantang saat itu. Buat Garuda, itu juga hal baru, berisiko. Kami mau ambil risiko, karena kala itu belum ada yang berani ambil risiko,” tutur lulusan Jurusan English and Comparative Literature, Murdoch University, Australia, 1990, ini.

Pertaruhannya terbayar. Proyek Garuda sukses dimenangi Doku. Sejak itulah, Doku mendapat kepercayaan dari bank karena terbukti mampu membangun solusi online payment gateway maskapai flag carrier Indonesia.

Pertumbuhan pembayaran daring mulai cerah pada 2010 ketika industri e-commerce merangkak naik. Sejak itu pula, layanan Doku terus berkembang. Yang terbaru adalah e-money yang izin resminya telah digenggam Doku. “Less cash society movement adalah pemicu berkembangnya industri ini,” kata Nabilah. Dan, berkat kegigihan dia bersama timnya, saat ini Doku sudah menggaet 24 ribu merchant, dan terkoneksi dengan 23 bank. Sejumlah perusahaan kakap pun menjadi klien Doku yang kini memiliki 217 karyawan, antara lain Air Asia, Sinar Mas Land, Oppo, Viva dan Indonesian Idol.

Menurut Nabilah, kinerja Doku secara keseluruhan cukup moncer. Bahkan, lini payment gateway telah mencapai titik impas dengan pertumbuhan mencapai 30% per tahun. Pada 2013 saja, Doku mengumumkan telah memperoleh pencapaian total transaksi hingga US$ 1,1 miliar. “Targetnya, kami terus membangun end user customer. SME banyak, tetapi cara bertransaksinya lebih banyak masih lewat cash. Maka, ke depan, fokus kami membuat Doku sebagai customer oriented company,” katanya menegaskan.

Anistasya Kristina,Vice President Public Relations Doku, memaparkan, bosnya memperhatikan secara rinci pekerjaannya, berorientasi pada hasil, dan mampu menghargai kerja keras karyawan. “Beliau sangat logis dan tegas menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, namun cukup pengertian dan toleran untuk hal-hal yang berkaitan dengan pribadi,” kata Anistasya.

Anistasya pun memberikan umpan balik kepada Nabilah. “Seberapa besar pun passion seseorang dalam berkarier, balance in life itu penting. Semoga beliau dapat terus asyik berkarya tanpa melupakan untuk juga menikmati hidup di luar kariernya,” demikian harapannya.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved