Profile Entrepreneur

Pengalaman Pribadi Jadi Inspirasi CEO dan COO Tinkerlust Bangun Bisnis

COO Tinkerlust Aliya Amitra (kiri) dan CEO Tinkerlust Samira Shihab (kanan). (Foto Ubaidillah/SWA)

Baru-baru ini, platform jual beli fesyen bekas mewah atau preloved luxury fashion Tinkerlust meluncurkan aplikasi mobile mereka di Jakarta. Sejak didirikan pada 2015, Tinkerlust terus bertransformasi dan mengembangkan bisnisnya. Siapa sangka, bisnis yang terinspirasi dari pengalaman pribadi ini terus berkembang hingga memiliki lebih dari 2,2 juta pengguna.

Tinkerlust didirikan oleh Samira Shihab dan Aliya Amitra. Selain menjadi Co-founder, keduanya saat ini masing-masing memegang peranan menjadi Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Operating Officer (COO) Tinkerlust.

Samira merupakan anak dari Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yakni Alwi Abdurrahman Shihab atau Alwi Shihab. Alwi Shihab merupakan adik kandung ulama Indonesia Quraish Shihab.

Shamira mengatakan ide membuat Tinkerlust berawal dari pengalaman pribadi yang memiliki banyak fesyen hingga lemari di rumah penuh. Sehingga dirinya ingin menjual fesyen yang dimiliki. Namun, saat itu di Indonesia belum banyak platform jual beli fesyen preloved mewah yang terpercaya.

“Belum banyak platform yang memanjakan experience consumer dan aman. Kebanyakan berjualan offline atau lewat sosial media,” kata Shamira kepada SWA Online dalam wawancara setelah peluncuran aplikasi Tinkerlust pertengahan Maret 2023 kemarin.

Samira memiliki pengalaman di bidang investasi dan startup teknologi. Peran strategisnya melibatkan pengaturan operasi, manajemen, dan struktur pemasaran untuk bisnis yang baru diinvestasikan. Dia memiliki gelar di bidang Ekonomi, Psikologi, dan Studi Internasional dari Penn State dan MBA dari Universitas Santa Clara.

Senada dengan Shamira, Aliya juga mengatakan bahwa ide membangun bisnis Tinkerlust adalah dari masalah yang dihadapi dan pengalaman pribadi. Menurut Aliya, saat itu dirinya kesulitan dalam menjual preloved luxury fashion atau fesyen bekas mewah.

“Di Indonesia itu belum banyak, kalau kami berjualan itu masih banyak lewat sosial media tetapi experience-nya itu enggak oke. Jadinya kami ingin menjadi platform pertama yang memudahkan perempuan berjualan barang-barang preloved mereka,” kata Aliya.

Jika berjualan secara offline, tambah Aliya, dirinya sulit untuk melakukan maintenance. Jika online pun enggak ada yang bagus. “Dari pengalaman aku, enggak ada platform berjualan barang-barang preloved khusus untuk perempuan. Sedangkan di luar negeri sudah umum, makannya melihat masalah itu kami menciptakan (Tinkerlust) di Indonesia,” kata Aliya.

Aliya berpengalaman selama 10 tahun di industri jasa keuangan, yakni bekerja untuk JPMorgan Chase Bank dan Citibank. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Senior Sales Leader, di mana beliau bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi dan memberikan solusi terkait produk perbankan dan transaksi untuk lembaga keuangan di Indonesia. Aliya memiliki gelar sarjana dan magister dari University of Maryland.

Pentingnya support system yang baik

Aliya mengungkapkan bahwa kondisi up and down dalam bisnis terjadi sejak awal membangun Tinkerlust hingga saat ini. Waktu awal merintis, tantangan yang dihadapi adalah membangun sebuah tim dan bagaimana berinovasi dan ini masih menjadi tantangan hingga sekarang.

“Pandemi pun itu sebuah tantangan. Jadi tantangan itu selalu ada, setiap tahun, setiap kuartal pasti ada. Tapi bagaimana kami belajar dari tantangan itu dan mengimprovisasikannya,” ujar Aliya menjelaskan.

Shamira menambahkan saat dalam kondisi down dalam bisnis, yang paling penting adalah memiliki support system yang baik. Support system yang dimaksud adalah keluarga dan juga pasangan, baik pasangan personal seperti suami maupun pasangan dalam bisnis.

“We have each other in the better mood. Juga mengerti dan mengetahui bahwa kami ada up and down-nya dan belajar bagaimana bangkit dan menjadi lebih baik,” kata Shamira mengungkapkan dukungan yang diterima saat mengalami masa-masa sulit dalam bisnis.

Selanjutnya yang paling penting agar bisnis tetap berjalan dan sustainable, meski mengalami up and down, adalah konsisten dalam menjalankan rencana-rencana bisnis yang telah disusun sejak awal. Selanjutnya berinovasi dengan melihat kebutuhan pasar.

“Jangan cuma melihat visi, tetapi sebenarnya market tidak membutuhkan. We really listen our consumer juga,” kata Aliya.

Saat ini Tinkerlust mempunyai lebih dari 2,2 juta pengguna dan dalam 5 tahun ini memperoleh kenaikan GMV sebesar 750% dan 250% kenaikan revenue. Sedangkan jumlah seller juga meningkat hingga 335%. Saat peluncuran aplikasi mobile, Tinkerlust mengusung tema #UnlockTinkerlust. Tema ini dipilih agar tetap sejalan dengan tagline ‘Unlock Your Everyday Style’ di mana Tinkerlust menyediakan akses ke ribuan item produk yang terdiri dari pakaian, tas, sepatu, aksesoris dan produk kecantikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved