Entrepreneur

Raja Ceker dari Bandung itu Bernama Midun

Hari Rabu hari MidunNgadalang, semua anak buah Si Midun mengenakan kostum wayang. (Foto: cekeranmidun.com)

Hari Rabu hari MidunNgadalang, semua anak buah Si Midun mengenakan kostum wayang. (Foto: cekeranmidun.com)

Bagi sebagian orang, ceker ayam tidaklah menarik apalagi untuk dihidangkan di restoran ayam siap saji. Istilah orang sekarang itu, kurang nendang. Namun, anggapan itu tidak berlaku bagi Rizki Pratama Putra (26). Ceker ayam yang jarang dilirik oleh pecinta kuliner itu justru ia jadikan menu utama di restoran yang ia namakan dengan nama panggilan sewaktu ia kecil, Midun. Tepatnya dinamakan resto Cekeran Midun.

Sejak didirikan 4 Februari 2013, kini Cekeran Midun sudah memiliki empat cabang di kota Bandung dan Cimahi. Setiap minggu jumlah pengunjung di semua cabang Cekeran Midun, mencapai 996 orang di saat weekday dan naik mencapai 1,620 orang di akhir Minggu. Dengan jumlah yang cukup pesat tersebut, wajar saja jika dalam sehari rata-rata menghabiskan sebanyak 2-3 kuintal ceker ayam.

“Setiap ceker yang masuk dari pemasok selalu kami kontrol kualitasnya dengan SOP yang sistematis. Dan rata-rata pemasok ceker di Cekeran Midun adalah pemasok restoran ayam cepat saji dengan kisaran harga Rp 16-18 ribu per kilonya,” jelas Midun yang sangat mencintai dunia kuliner dan otomotif kepada SWA Online beberapa waktu lalu..

Cekeran Midun menyajikan ceker sebagai sajian utamanya. Para pelanggan Midun dimanjakan oleh suasana yang menghibur dengan konsep hiburan yang berbeda setiap harinya. Seperti hari Senin menggelar konsep MidunKakoet, hari Selasa MidunDayDut dan MidunBilingual, hari Rabu MidunNgadalang, hari Kamis MidunKliwon konsep ini digelar setelah Maghrib, hari Jumat MidunDugem, hari Sabtu MidunBobogohan,Untuk konsep hari Minggu Si Midun mengadakan konsep MidunChallenge.

“Sambil melayani para tamu, seluruh anak buah Si Midun yang berjumlah 71 orang, mengenakan properti sesuai konsep. Misalnya, saat Midun Ngadalang semua kru memakai kostum wayang dan saat Midun Kliwon semua berpakaian horor, bahkan lampu pun dimatikan hanya ada penerangan lilin,” jelas Sarjana Manajemen Bisnis dari Universitas Widyatama, Bandung, itu.

Untuk pelanggan yang kurang suka dengan ceker, Cekeran Midun juga mengeluarkan menu andalan lainnya. Seperti Wingsy (olahan sayap ayam), Miedun dan Mieun (olahan mie telur dan bihun dengan toping yang bisa dipilih sesuai selera para balad), special drink, serta dessert.

Rupanya konsep itu yang membuat para pelanggan ketagihan untuk datang kembali. Dengan harga yang tidak menguras isi kantong sekitar Rp 12-35 ribu per menu, dalam kurun waktu 3 tahun berdiri, Cekeran Midun bisa meraup omset rata-rata setiap bulannya mencapai Rp 600 juta.

Sebelum mencapai kesuksesan sekarang, Si Midun mengenang proses perjalanan panjangnya. Yang dimulai dari bisnis kuliner risoles dengan aneka rasa lewat bendera Kurisol. Lantaran bisnis yang ia garap kurang menguntungkan, bersama istrinya Lisna Rosyana Sulistia dan adiknya Tiara Puspita dan iparnya Akhmad Rizalullah. Si Midun lewat bendera Cekeran Midun bisa bersaing dengan kuliner asing yang digandrungi masyarakat Bandung.

“Modal pertama kami mendirikan Cekeran Midun sebesar Rp 43 juta, hasil dari usaha Kurisol yang kurang produktif. Modal tersebut kami putar dan dalam waktu 3 minggu saja, break event point nya melebihi ekspektasi,” kenang Si Midun.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved