Entrepreneur

Riyeke Ustadianto: Digitalpreneur Secara Otodidak

Riyeke Ustadianto: Digitalpreneur Secara Otodidak

Riyeke Ustadianto

Tidak berlebihan jika Riyeke Ustadianto disebut sebagai “tokoh pembaharu” di kalangan pelaku usaha kecil menengah (UKM), khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melalui gerakan “UKM Goes Online”, Riyeke membantu para pelaku UKM belajar memasarkan berbagai produk mereka dengan memberikan pengetahuan mengenai search engine optimization (SEO). Berbagai roadshow seminar SEO dilakukan Mas Keke, sapaan akrab Riyeke, ke beberapa daerah.

Edukasi mengenai SEO kepada pada pelaku UKM ini dilakukan Riyeke berdasarkan hasil identifikasinya terhadap permasalahan utama yang dihadapi para pelaku UKM, yaitu pemasaran. “Kebetulan” juga Riyeke memiliki kemampuan SEO yang ia dapatkan secara otodidak ketika ia menjadi penjaga warnet selepas lulus kuliah pada 1998.

Berbekal kemampuan SEO-nya itu, Riyeke mendirikan usaha MarketBiz di Bali pada 2001, sebagai upayanya untuk survive setelah ia dirumahkan oleh perusahaan online travel asal Eropa yang kolaps akibat peristiwa Tragedi Bom Bali. Saat ini, MarketBiz sudah berkembang pesat. Klien yang awalnya hanya hotel kelas menengah di Bali, makin banyak di mana kliennya berasal dari berbagai sektor UKM hingga ke tingkat korporasi. Klien dari segmen korporasi didapatnya ketika Marketbiz melakukan ekspansi ke Jakarta pada 2008. Marketbiz sendiri merupakan perusahaan yang khusus memberi layanan di bidang SEO, media sosial, dan pengembangan situs web.

Ketika bisnis Marketbiz makin mapan, Riyeke dan timnya pun membuat unit bisnis baru, yaitu sistem pembayaran atau transaksi online yang diberi nama Ipaymu. Ipaymu ini merupakan salah satu wujud nyata upaya Riyeke untuk membantu para UKM ini untuk bertransaksi secara online. Tidak hanya UKM, ia juga memberi solusi bagi seluruh masyarakat dalam hal transaksi online dengan persyaratan yang sangat mudah dibanding dengan jenis usaha jenis lainnya. Sejak mulai beroperasi pada pertengahan 2011 silam, Ipaymu baru diluncurkan secara besar-besaran (grand launching) pada Kamis (13/12) 2012. Namun selama setahun lebih itu, sudah banyak merchants (sekitar 6.000 merchants)yang bergabung dan banyak pula media yang mengulasnya. Hal ini mengindikasikan bahwa solusi yang ditawarkan Riyeke dan tim ini memang solutif.

Belum merasa cukup dengan apa yang ia lakukan, Riyeke membuat bisnis baru lagi yang tentunya masih di bidang dijital, yaitu Lakubgt. Lakubgt merupakan e-commerce pada platform Facebook (Facebook Commerce). Awalnya, pembuatan lakubgt ini merupakan solusi Riyeke dan tim untuk para pelaku UKM yang menghadapi kesulitan perubahan karakter SEO pada Google.

“Masalahnya muncul ketika Google berubah dan SEO-nya susah. Pelaku UKM banyak yang menanyakan ke saya. Saya juga repot. Kalau yang nanya satu orang, tak masalah. Kalau sehari yang bertanya sampai seratus orang, repot saya. Oleh karena itu, saya bilang ke tim saya untuk membuat platform di mana semua orang bisa lakukan via mobile. Maka itu saya gunakan platform Facebook Commerce karena memang banyak pengguna Facebook. Ternyata apa yang saya buat berjalan dan make money,” jelas Riyeke yang kerap dipanggil “Komandan” di forum-forum SEO atau dijital yang ia ikuti di internet.

Tiga bisnis dijital tersebut merupakan portofolio Riyeke sebagai digitalpreneur. Sebagai digitalpreneur, lebih jauh ia bercita-cita untuk membantu mewujudkan digital economic, di mana di dalamnya para pelaku UKM bisa terbantu dalam hal pemasaran dan membuat mereka bankable. Saat ini, omset dari Marketbiz saja sudah ratusan miliar. “Insya Allah mendekati Rp 1 triliun,” katanya.

Lebih rinci mengenai sosok Riyeke Ustadianto dan cita-citanya, berikut wawancara Denoan Rinaldi dari SWA dengan Riyeke pada Kamis (6/12) di workshop-nya di Jalan Cibulan, dekat Pasar Santa, Jakarta Selatan:

Tolong gambarkan latar belakang pendidikan, karier, ketertarikan, pada bidang dijital, kompetensi, dan prestasi?

Saya lulus pada 1998, dari Jurusan Akuntansi Universitas Janabadra, Yogyakarta. Kemudian, saya ikuti pendidikan AKT (Pendidikan Profesi Akuntansi) di UGM, namun tidak sampai selesai karena biayanya yang cukup mahal. Akhirnya saya melupakan untuk melanjutkan pendidikan akuntansi. Lalu, saya mencoba melamar kerja ke sana ke mari hingga ke Jakarta. Itu pun tidak ada yang diterima.

Setelah setahun saya menganggur, akhirnya saya putuskan untuk bekerja sebagai penjaga warnet. Ketika bekerja sebagai penjaga warnet, saya belajar mengenai SEO. Dan ketika itu pula, sekitar 2001, saya ditawari untuk bekerja sebagai SEO technician di salah satu perusahaan online travel dari Eropa di Bali, Lastminute.com. Itu merupakan pertama kali saya bekerja formal dan tidak ada hubungannya dengan akuntansi.

Apa prestasi Anda?

Tidak pernah punya award. Kalau saya ajukan karya saya ke ajang kompetisi macam INAIACTA, tidak pernah menang. Saya juga heran. Muncul sebagai runner up juga tidak pernah. Padahal ini merupakan bisnis model baru. Berarti jurinya yang salah. Ha ha… penghargaannya dari masyarakat, UKM, dan ulasan di Google.

Mengapa tertarik belajar SEO ketika bekerja sebagai penjaga warnet?

Ketika kuliah, saya aktif di lembaga kemahasiswaan atau unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang kewirausahaan. UKM itu disebut sebagai Klinik Kewirausahaan yang saya dirikan sendiri. Dalam klinik ini saya bentuk mindset untuk berbisnis melalui internet. Secara tidak sadar akhirnya saya belajar SEO sendiri.

Mengapa saya dulu membuat Klinik Kewirausahaan? Karena saat itu, UKM-UKM kesulitan untuk membuat laporan keuangan. Maka kami buat pelatihan untuk itu. Namun, berdasarkan pengalaman saya setelah lulus yang sulit cari kerja dan akhirnya bekerja sebagai penjaga warnet, justru saya menemukan solusi untuk UKM-UKM itu adalah pemasaran. Oleh karena itu saya belajar SEO hingga saya pindah kerja di Bali.

Setelah bekerja selama 3 bulan di sana, ternyata terjadilah Bom Bali. Akibat dari peristiwa itu, semua karyawan dirumahkan. Namun saya berpikir, jika saya pulang ke Yogya, saya seperti kalah sebelum berperang. Akhirnya saya tetap menetap di Bali dan saya membangun Marketbiz pada 2001. Sebenarnya domain itu sudah ada sejak lama. Namun belum kepikiran untuk membuat apa.

Di Bali, saat itu, tenaga SEO dibayar sangat mahal dan hanya orang-orang Australia yang bisa menawarkan jasa itu ke pariwisata. Kebetulan waktu itu saya orang lokal yang berani menawarkan jasa itu di Bali. Saya belajar SEO ketika saya menjadi penjaga warnet secara otodidak. Melalui Marketbiz itu kami memberi layanan SEO untuk hotel-hotel dan vila di Bali. Banyak sekali permintaan saat itu. misalnya, siang sampai sore saya meeting, malamnya saya kerjakan sendiri di kos-kosan. Memang tidak ada uang sama sekali. Ketika saya menjalankan bisnis SEO itu selama lima tahun, selama itu pula saya tidak bisa membeli komputer sendiri. Saya mengerjakan di warnet. Baru bisa neli komputer pada 2005-an.

Saya juga mencari klien sendiri. Melalui getok tular, klien saya yang pernah saya layani merekomendasikan saya ke koleganya. Klien-klien saya saat itu adalah hotel-hotel internasional.

Pada 2008, saya baru masuk Jakarta. Khusus di Jakarta, Marketbiz melayani klien korporat seperti Mercedez, Honda, BNI, dan lainnya, dalam hal SEO, baik website, media sosial, dan semuanya. Posisi Marketbiz sebagai konsultan untuk internet marketing para perusahaan. Kalau di Jakarta, nama brand-nya Marketbiz Media. Kalau yang di Bali namanya Marketbiz.net karena kami menerima jasa layanan yang segmen kliennya berbeda. Layanan kami untuk di Jakarta cukup mahal karena klien korporat menginginkan service yang memuaskan. Berbeda dengan Marketbiz di Bali yang hanya menerima order hanya melalui internet.

Dalam membesarkan Marketbiz Media di Jakarta, Alhamdulillah tidak sesulit yang saya bayangkan. Bayangan saya sebelumnya, sangat sulit prosesnya untuk mendapatkan klien di Jakarta. Harus bertemu ini dan itu. Tapi nyatanya tidak sesulit itu karena kami memiliki sesuatu yang berbeda, yaitu kami kuat di SEO. Walaupun banyak perusahaan atau agensi serupa yang memberi layanan dijital serupa (media sosial, website, dan lainnya), namun mereka tidak memiliki core kompetnsi yang kuat. Sedangkan kami memiliki core kompetensi yang kuat di SEO. Itu yang membuat kami berbeda, dengan strategi yang berbeda dari agensi dijital lainnya. Akhirnya banyak brands yang memilih kami. Pendekatan search engine yang kami gunakan mengadopsi model pemasaran media sosial. Strateginya cukup berbeda secara signifikan.

Bedanya, kalau media sosial hanya mengoptimalisasi Twitter dan Facebook dengan berbagai strategi dan kampanyenya. Namun Marketbiz, menggunakan SEO. Webnya dibuat bisa terkoneksi dengan sistem itu secara otomatis dan setiap mention bisa masuk ke Goolge semua. Itu yang susah. Aplikasi seperti ini susah. Nah, karena kami banyak main di SEO, maka kami tahu memperlakukannya. Jadi pendekatan kami menyeluruh.

Setelah saya memastikan Marketbiz Jakarta dan Bali bisa berjalan sendiri, pada akhir 2010 saya bersama anak-anak Bali mulai merancang Ipaymu. Awalnya membuat Ipaymu adalah sebuah keisengan. Namun, seiring berjalannya waktu, keisengan yang tidak diharapkan hasilnya itu cukup mengejutkan perkembangannya. Respons terhadap Ipaymu di Facebook cukup bagus. Banyak masukan-masukan kepada Ipaymu versi Beta saat itu di forum-forum maya. Itu yang membuat kami semangat.

Alhamdulillah, pada 2011, sistem kami sudah terintegrasi dengan bank dan sudah ada transaksi walaupun sedikit. Hal ini mengindikasikan adanya trust ke kami, padahal kami belum pernah meluncurkan Ipaymu ini.

Bagaimana proses hingga dapat bekerja sama dengan bank? Bukannya sulit untuk mendapatkan trust dari bank?

Saya mendapat trust dari Bank Niaga. Bank di Indonesia ada banyak. Namun belum tentu semua bank melek internet. Dari sekian banyak bank, hanya Niaga yang percaya dengan kami. Untuk mendapatkan trust dari bank tergantung pihak yang kami hadapi, orangnya cukup melek internet atau tidak. Ada faktor keberuntungan juga. Walaupun, misalnya di salah satu bank swasta (Permata), teknologinya bagus untuk e-commerce, namun orang yang saya temui di sana tidak melek e-commerce.

Suatu hari saya menemui orang yang tepat di Niaga. Saya langsung dibantu oleh Niaga dan orang itu mau membantu. Mereka mengintegrasikan ke backbone mereka dan semua bank. Jadi dari situ semuanya bermula sebenarnya.

Sebenarnya juga, sebelumnya kami juga pernah bekerja sama dengan salah satu bank. Namun kami kurang sreg karena server bank itu sering mati karena jika ada transaksi, tidak bisa dideteksi. Saya jadi kelabakan.

Kalau di Niaga, saya memiliki permintaan khusus di mana sistem kami bisa mendeteksi semua transaksi dari mana saja. Jadi, jika ada rekonsiliasi yang miss, kami pasti tahu. Dengan bank sebelumnya, jika ada missed transfer, kami tidak pernah tahu. Kami concern dengan hal-hal seperti itu, maka kami akhirnya pindah channel (bank).

Bisnis lainnya selain Ipaymu dan Market biz?

Ada lakubgt yang belum satu tahun berjalan. Awal 2012 baru dijalankan. Platform lakubgt adalah facebook commerce, yaitu social commerce, memiliki toko tapi di dalam fan page. Mengapa saya membuat itu? Kami memiliki latar belakang SEO. Kami ingin mendorong kegiatan ekonomi bisa berjalan lewat Google. Ternyata harus kita akui bahwa pertumbuhan mobile lebih cepat dibanding PC dan semua HP di Indonesia ter-install Facebook. Nah, saya berpikir bahwa cukup sulit untuk mengajarkan SEO kepada UKM. Saya sudah merasakan sulitnya mengajarkan UKM untuk mengerti SEO. Hal ini butuh proses yang terlalu panjang, yaitu satu tahun baru bisa jualan.

Kemudian saya berpikir untuk mencari solusinya hingga akhirnya saya membaca sebuah artikel mengenai Facebook Commerce. Setelah kami pelajari, kami putuskan untuk mengembangkan aplikasi melalui Facebook Commerce ini. Saat ini user-nya sudah mencapai 2350 dan jumlah ini bertambah terus tiap saat. Layanan ini saya berikan secara gratis kepada user pada tahun pertama dan Rp 100 ribu pada tahun selanjutnya. Pembayaran toko-toko online ini menggunakan Ipaymu semua. Jadi user atau merchant sudah tidak perlu berpikir masalah platform payment lagi. Untuk shipping saya menggunakan kalkulator shipping Tiki/JNE. Hanya NJE yang baru support untuk ini.

Mengenai payment, saya didik e-commerce di Indonesia bahwa mereka tidak harus memiliki saluran banyak bank. Harusnya mereka hanya punya satu rekening, tapi bisa menerima uang dari mana saja, banyak bank. Kalau mereka memiliki banyak rekening di berbagai bank, maka merchants itu akan kesulitan untuk memeriksa kiriman uang pelanggan yang masuk ke banyak rekening tersebut. Itu akan menyulitkan ketika rekonsiliasi, yaitu, misalnya mengecek uang dari A yang sudah konfirmasi barangnya terkirim. Dalam bisnis online, banyak kemungkinan terjadinya gagal terima barang karena barang yang hilang ketika pengiriman atau barang belum dikirim.

Karena kami adalah orang yang suka “turun ke bawah”, kami berasal dari UKM, maka mengerti mengenai fenomena UKM yang ada di seluruh Indonesia, seperti berjualan dengan tidak ada NPWP, maka kami beri solusi seperti ini. Ini akan membuat lebih efektif. Sementara perbankan mengajarkan dengan cara transfer bank dan transfer bank ini bukan suatu e-commerce payment. Itu cuma sekedar e-banking. Memang saat ini masih terbiasa dengan e-banking saja. Namun secara perlahan kami memaksa untuk pindah oleh Ipaymu menuju sistem transaksi e-commerce yang benar.

Jujur, tugas terberat kami adalah mengubah kebiasaan. Namun setidaknya saya yakin, para pebisnis online, karena diedukasi oleh pihak perbankan untuk melakukan transfer banking, akan tidak masalah untuk kemudian pindah ke sistem kami. Melalui aplikasi Ipaymu, para UKM (penjual pecel, sandal, dan lainnya) bisa melakukan jual beli online di mana transaksi bisa dilakukan melalui Ipaymu. Jadi, pelaku UKM banyak yang tidak mampu memiliki mesin EDC. Aplikasi Ipaymu ini diibaratkan mesin EDC yang ada di dalam HP, namun bisa menerima transfer atau transaksi dari banyak bank, mulai dari bank daerah seperti Bank DKI hingga bank nasional. Terkait hal ini, bank juga diuntungkan. Bank yang tidak memiliki layanan e-banking akan memiliki layanan seperti e-banking karena terkoneksi dengan Ipaymu.

Bisa dijelaskan mekanisme kerja Ipaymu sebagai payment gateway yang terhubung denga banyak bank tersebut? Apakah menjalin kerjasama dengan masing-masing bank?

Kami mengoptimalisasi jalur ATM Bersama, Prima, Meps (Malaysia), Link. Jadi, kami bisa terkoneksi dengan banyak bank karena jaringan ATM ini. Ke depan, BI akan memprogram tidak ada eksklusivitas jaringan-jaringan ATM itu. Kami sudah melakukan (menggabungkan itu) sejak awal. Ke depannya, ATM di Indonesia tidak ada eksklusifitas jaringan ATM. Dan hal ini sudah dimulai oleh Ipaymu. Saat ini pada beberapa bank masih terdapat biaya transfer, nah di Ipaymu hal ini sudah tidak ada.

Berarti kerjasama tidak dilakukan dengan masing-masing bank?

Tidak. Melalui jaringan ATM saja karena tidak semua bank memiliki jaringan ke 137 bank. Contoh, apakah BCA bisa nyambung ke ATM Bersama? Banyak orang menanyakan mengapa saya tidak menjalin kerjasama dengan BCA. Saya menjawab bahwa jika hanya dengan BCA, maka customer yang bisa transaksi melalui Ipaymu hanya dengan BCA saja atau jaringan ATM Prima saja. BRI tidak konek dengan BCA. Jadi, jika kami hanya bekerjasama dengan BCA atau jaringan ATM Prima, merchant pengguna BRI di Sumatera tidak bisa menggunakan onlinepayment. Padahal jaringan BRI sangat luas hingga ke pelosok.

Jadi, kami menjajaki kerjasama dengan 3 jaringan ATM, yaitu ATM Bersama, Prima, Link, Meps (Malaysia). Nantinya kami bisa melayani pelanggan di ASEAN. Saat ini, Ipaymu bisa melayani pengambilan uang melalui Kantor Pos. Jadi, pengiriman uang TKI, tidak perlu lagi via Western Union. Bisa melalui Ipaymu. Jadi, TKI yang sebelum berangkat ke Malaysia memiliki akun BRI di desanya, ia juga harus memiliki akun Ipaymu jika ingin menggunakan layanan Ipaymu. Ketika ia sudah bekerja di Malaysia dan telah memiliki akun Ipaymu, ia bisa melakukan setor tunai, transfer e-banking, dan lainnya melalui akun Ipaymu yang terkoneksi di Meps dan uangnya bisa diambil bank yang terkoneksi dengan MEPS dan Kantor Pos.

Untuk bank, kita cukup berkerja sama dengan satu bank saja, yaitu Bank Niaga, di mana bank ini merupakan tempat menaruh uang kiriman para pembeli produk merchants.

Jadi ada 3 bisnis, di mana Lakubgt merupakan salah satu channel bagi Ipaymu. Lakubgt sebenarnya bukan untuk Ipaymu, tapi implementasi dari gerakan 1 juta netpreneur atau UKM Goes Online di mana kami memberikan seminar pelatihan SEO. Masalahnya muncul ketika Google berubah dan SEO-nya susah. UKM banyak yang menanyakan ke saya. Saya juga repot. Kalau yang nanya satu orang, tak masalah. Kalau sehari yang bertanya sampai seratus orang, repot saya. Oleh karena itu, saya bilang ke tim saya untuk membuat platform di mana semua orang bisa lakukan via mobile. Maka itu saya gunakan platform Facebook Commerce karena memang banyak pengguna Facebook. Ternyata apa yang saya buat berjalan dan make money.

Berapa persen yang dikenakan oleh Ipaymu dari satu transaksi?

1 persen. Kalau beli sarung Rp 100.000, maka Rp 1.000 nya untuk Ipaymu. Ini sudah cukup murah dibandingkan merchant harus buka ini itu.

Bagaimana kerjasama dengan Paypal?

Kerjasama dengan Paypal dibuat satu API, yaitu bisa terima pembayaran multi currency, namun hanya satu shopping chart. Misalnya, pembeli membeli baju dan keluar payment Ipaymu. Namun kalau pembeli itu tidak mau bertransaksi via Ipaymu, maka akan otomatis masuk melalui Paypal. Jadi tidak perlu lagi membuat akun lagi di Paypal. Jadi integrated.

Siapa mitra-mitra dalam mengembangkan bisnis-bisnis anda?

Jujur, mitra saya itu tidak tahu dari mana. Tiba-tiba ada. Katanya mitra kami surga ha…ha…ha. Karena kami orang daerah, maka kami dipandang sebelah mata ketika menghadapi perusahaan sekuritas, misalnya. Pengalaman itu sudah sering di Jakarta.

Awalnya, saya jalan sendiri. Kami hanya bisa berdoa, semoga uang kami tetap ada untuk menjalankan bisnis ini. Kami lakukan subsidi silang antar unit bisnis. Alhamdulillah tetap bisa hidup dan secara perlahan peluangnya makin terbuka serta banyak perusahaan yang tertarik dengan kami. Perusahaan yang dulu tidak percaya kepada kami, mencoba kembali bekerja sama dengan kami. Prinsip saya dalam menjalin kemitraan bisnis adalah orang itu harus percaya mengenai bisnis yang akan dijalankan. Kalau calon mitra itu dari awal sudah ragu, lebih baik jangan bermitra. Namun kalau calon mitra itu sudah yakin dari awal mengenai bisnis yang akan dijalankan, maka orang itu yang akan saya pilih ketimbang para investor yang datang dengan uang banyak ketika bisnis saya sudah mulai terlihat prospeknya. Jadi bukan masalah uang, melainkan trust.

Bagaimana liku-likunya?

Liku-likunya. Tampang kami yang orang daerah membuat calon klien tidak yakin dengan ide bisnis yang spektakuler. Misalnya saya ke salah satu bank BUMN untuk menawarkan kerjasama bisnis, namun akhirnya saya disuruh pulang karena saya kurang kaya dan kurang lainnya. Awalnya kami mau ajak bank itu bekerja sama untuk menampung dana-dana merchants. Namun bank itu sudah underestimate bahwa kami tidak bisa melakukan itu. Tapi ternyata bank itu sendiri, juga belum bisa.

Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan lain. Misalnya ketika kami tengan mencari tambahan modal. Contohnya ke para venture capital (VC). Banyak VC yang tidak percaya ke kami, khususnya VC di dalam negeri. Berbeda dengan VC dari luar negeri di mana banyak yang tertarik berinvestasi pada kami. Jujur saja, saat ini banyak VC dari luar negeri yang mendekati kami dan kami tinggal memilihnya. Tepatnya terdapat 5 VC dari luar negeri yang tengah mendekati kami. Beberapa dari VC ini ada yang berasal dari Jepang, Silicon Valley, dan Singapura. Jadi kami tinggal memilih mereka dan jumlah investasinya pun saya yang menentukan. Saya menolak jika nilai investasi mereka di kami di bawah US$ 5 juta. Saya hanya mau investasi di atas US$ 20 juta.

Justru VC dari dalam negeri kurang meyakini bahwa kami bisa melakukan bisnis kami. Mereka mengira kami tidak kapabel menjalankan bisnis ini dan hanya orang asing yang bisa menjalankan bisnis ini. Namun setelah kami bisa melayani transaksi online dengan kartu kredit, metode pembayaran lainnya, dan sudah banyak media yang mengulas tentang kami, akhirnya mereka sadar sendiri bahwa kami bisa melakukannya. Ketika mereka datang kembali ke kami, saya katakan kepada mereka “matur nuwun”.

Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa saya lebih memilih mitra yang sejak awal yakin dengan bisnis yang akan kami jalankan dibanding dengan VC yang datang belakangan ketika bisnis saya sudah mulai terlihat prospeknya. Sekali lagi bukan masalah uang, melainkan trust. Banyak VC yang hanya saya lihat proposalnya saja. Ini masalah yang hakiki. Terserah mereka memiliki uang berapa, namun kalau cara pendekatannya instan dan mau enaknya saja, tidak bagus. Saya membangun ini dengan darah. Jadi dalam membangun bisnis dijital ini, trust saya pegang teguh karena saya benar-benar membangun dari nol.

Bagaimana kinerja masing-masing unit bisnis Anda?

Saat ini Marketbiz khusus menangani SEO, media sosial, dan pengembangan web. Beberapa waktu lalu, klien-klien Marketbiz juga mendapatkan penghargaan dari Marketeers, kalau tidak salah. Total klien Marketbiz sejak awal berdiri hingga sekarang, jika klien UKM juga dihitung, sudah puluhan ribu. Rata-rata, sekitar 70%, klien kami juga loyal. Klien dari segmen korporasi ada sekitar 50-an, yang terdiri dari merek nasional dan internasional. Pertumbuhan pendapatan tiap tahunnya lebih dari 1.000% dalam 5 tahun terakhir. Harga layanan kami di segmen UKM mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 100 juta. Untuk segmen korporat, harga layanan kami mulai dari Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar. Nah, pendapatan dari Marketbiz dialokasikan untuk membuat Ipaymu. Pertumbuhan klien tiap tahunnya sekitar 150-200 klien baru dari segmen UKM dan korporat. Sekedar informasi, kepemilikkan Marketbiz Bali berada di tangan saya. Kalau Marketbiz Jakarta, dimiliki oleh 4 orang termasuk saya.

Untuk Ipaymu, bisa melayani transaksi hingga ke 137 bank. Jumlah merchants hingga detik ini 6.264 merchants. Jika Anda bertanya siapa merchant yang paling besar di Ipaymu, bukan toko atau mall online, tapi Norton Symantec. Saat ini tengah integrasi. Mengapa Norton memilih kami? Karena kami terkoneksi dengan 137 bank sehingga memperbesar kemungkinan banyak orang bisa memperpanjang langganan anti virusnya. Masa orang yang bisa memperpanjang langganan antivirus hanya orang yang memiliki kartu kredit?

Konsep Ipaymu ini, saya mengikuti perkataan Bung Karno bahwa kita akan aman jika kita membela kaum tertindas. Itu konsep Ipaymu. Kalau perbankan membela yang punya uang, maka kalau Ipaymu membela mereka yang tertindas, mereka yang sulit memiliki akses ke perbankan.

Ipaymu dimulai pertengahan 2011. Transaksi masih belum banyak dibanding kompetitor. Kalau jumlah spesifiknya masih off the record. Jika diungkap, jujur, saya tidak enak dengan bank yang lain karena kompetitor kami sebenarnya nanti adalah bank. Bukan Doku, Finnet, atau sejenisnya. Saat ini saya mengumpulkan uang dari banyak orang yang disimpan di Bank Niaga. Nah, nanti yang dimusuhi adalah Bank Niaga. Isu ini rentan sekali karena terkait nasionalisme. Kepemilikkan Bank Niaga sebagaian besar milik Malaysia. Jika saya bicara nilai transaksi Ipaymu hingga triliunan dan BCA mengetahuinya, maka dampaknya bisa macam-macam. Maka jika saya ditanya omset, perputaran, dan sejenisnya, maka lebih suka untuk menjawab bahwa yang penting sistem ini jalan untuk membantu orang Indonesia. Itu saja. Prinsip saya, tidak peduli bank itu punya Malaysia atau Indonesia, namun yang penting bisa membantu menggerakkan perekonomian Indonesia. Berbeda dengan perlakuan salah satu bank BUMN yang menyuruh saya pulang karena saya dianggap tidak mampu.

Untuk lakubgt, fungsinya untuk mewujudkan 1 juta netpreneur melalui Facebook. Saya fasilitasi orang untuk berjualan di Facebook, menyediakan layanan pembayaran, dan shipping. Fasilitas diberikan secara gratis pada tahun pertama dan Rp 100 ribu pada tahun selanjutnya. Belum satu tahun, merchant yang ada di lakubgt sudah mencapai 2.000-an. Pada 2014 ditargetkan dapat memiliki merchants sebanyak 100 ribu. Dari 100 ribu merchants tersebut, jika dikalikan Rp 100 ribu sebagai biaya tahunan, maka jumlahnya menjadi Rp 10 miliar. Padahal modal kami hanya server yang biayanya tidak sampai segitu dalam setahun.

Apa target dan rencana ke depan?

Saya mau memfokuskan untuk mengembangkan Ipaymu. Mengapa Ipaymu? Karena setelah membaca banyak artikel dan tesis, ternyata hambatan e-commerce di Indonesia yaitu masalah habit, online payment, shipping, dan regulasi. Regulasi adalah urusan pemerintah. Shipping merupakan urusan perusahaan logistik. Untuk habit masyarakat dalam bertranskasi online, nantinya akan berubah mengikuti perkembangan. Nah, untuk online payment, saya ingin menjadi solusi masalah ini melalui Ipaymu. Hal yang dibuat oleh perbankan saat ini, bukan membuat transaksi e-commerce.

Lebih jauh, target saya adalah membantu mewujudkan digital economy di Indonesia. Dengan apa yang kami punya dan kemampuan kami, bisa membuat perekonomian Indonesia dijalankan dengan sistem dijital. Saat ini sudah banyak aplikasi dijital, nah kami ingin mendorong adopsi aplikasi ini. Misalnya, banyak orang yang menggunakan aplikasi di Android, iOS, atau Blackberry. Namun bayarnya tidak bisa karena mensyaratkan kartu kredit. Dengan Ipaymu, dibuat menjadi diginomics.

Selain itu, Ipaymu ingin memfasilitasi dan mendorong orang-orang atau pelaku ekonomi kecil yang tidak bankable, seperti pedagang kaki lima, menjadi bankable. Jadi kami bisa menjembatani pelaku ekonomi menengah ke bawah.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved