Entrepreneur zkumparan

Ukie Mahendra & Cynthia Mahendra: Kibarkan Jawhara Syari Hingga Manca Negara

Cynthia Mahendra, founder & owner Jawhara Syari (JS).
Cynthia Mahendra, founder & owner Jawhara Syari (JS).

Menjamurnya jenama (merek) fashion busana muslimah memberikan inspirasi usaha untuk para pasangan suami-istri, antara lain Ukie Mahendra & Cynthia Mahendra, yang kini sukses mengelola bisnis Jawhara Syari (JS). Merek yang terkenal dengan aksen kristal Swarovski itu menjadi incaran para muslimah. JS menggarap pasar busana muslimah syar’i di Indonesia dan internasional, terutama negara-negara Eropa. Hal ini terbukti dengan banyaknya fashion show internasional yang diikutinya. Sebut saja, Amsterdam Modest Fashion Week 2019.

Partisipasi JS di acara fashion show ini merupakan bagian dari strategi pemasaran dan demi meningkatkan citra mereknya. Kala itu, Cynthia membawa 10 koleksi busana JS di Amsterdam Modest Fashion Week, Desember 2019. “Kami mendapatkan applause yang cukup lama dan mendapatkan feedback yang baik dari audiens. Bahkan setelah acara, koleksi yang kami pamerkan tersebut sold out di seluruh reseller,” kata Cynthia bangga.

Strategi pemasaran JS lainnya adalah menjual busana hanya melalui butik dan 72 reseller di Indonesia dan beberapa di luar negeri, seperti di Jepang, Taiwan, atau Malaysia. Jumlah reseller di tahun lalu itu tidak banyak agar tetap terorganisasi dan mempertahankan nuansa eksklusif.

Jurus pemasaran dan branding JS adalah mengoptipmalkan loyalitas komunitas penggemar busana JS. JS Lovers, demikian nama komunitas ini, merupakan ujung tombak pemasaran yang diandalkan. “Kami punya komunitas bernama JS Lovers. Market terbesar kami di Indonesia adalah Jawa Timur. Top spender kami ada di Surabaya. Yang kedua ada di Jakarta, yang ketiga di Lampung,” ungkap Cynthia.

Komunitas ini turut memantik ide bisnis kosmetik yang ditindaklanjuti Cynthia. “Awalnya, karena saya suka dandan. Lalu, kami melihat potensi komunitas JS Lovers yang hampir semuanya wanita. Awalnya tidak dijual, tapi untuk diberikan kepada anggota komunitas. Lalu, saya berpikir, kenapa tidak dijual saja? “ kata Cynthia yang saat ini masih memproduksi lipstik dan pensil alis.

Kembali ke busana muslimah JS, Cynthia menghadirkan busana yang mengubah persepsi masyarakat bahwa busana syar’i adalah pakaian yang berlapis-lapis dan berat. “Nah, saya ingin mengubah persepsi tersebut dengan menghadirkan style JS yang ready to wear, sederhana, namun tetap elegan,” pengusaha milenial ini menerangkan.

Istri Ukie Mahendra ini menyebutkan, motif JS terinspirasi desain yang sedang tren di Eropa. “Kami membedakan desain koleksi busana untuk fashion show dan daily wear (yang dijual sehari-hari),” Cynthia menegaskan.

Untuk daily wear, menurutnya, “Kami mengeluarkan 2-3 desain setiap bulan.” Konsumen kesengsem walau harga busana berkisar Rp 1,4 juta-2,5 juta per potong, “Harga tidak bisa bohong, karena kami membeli bahan baku dari luar pun tidak murah,” katanya. Cynthia dan sang suami mengapresiasi loyalitas konsumen JS sehingga penjualannya kian melejit dari sebelumnya jutaan rupiah per bulan menjadi Rp 2 miliar-5 miliar per bulan.

Cynthia merasa sangat bersyukur JS begitu populer dan dicari pembeli. Penjiplak desain JS pun bermunculan. Ia tidak ambil pusing karena citra merek JS sudah kuat dan fokus menggarap konsumen internasional.

Awalnya, ia memulai bisnis ini dari hobi mengombinasikan busana. Lalu, ia mengambil sekolah fashion pada 2017 sambil menggeluti bisnis fashion. “Namun, saya sempat mengambil cuti pendidikan tersebut karena JS sedang butuh perhatian luar biasa. Di awal 2019, saya masuk kembali dan meng-upgrade pendidikan saya dengan mengambil program di Milan,” ungkapnya.

Setelah berdiri tahun 2015 dan membentuk PT Jawhara Syari Indonesia (JSI) di 2016, Cynthia mengembangkan merek dan usaha barunya. Misalnya, JS dikembangkan dengan dua sister brand dalam segmen berbeda, yakni Orlin Syari dan Jyoti Syari. Selain itu, ia juga mengembangkan bisnis kosmetik, Cynthia Mahendra Cosmetics. Waktu awal-awal mendirikan JSI, Cynthia hanya mempekerjakan satu fashion designer, yang penting semangat untuk mau belajar.

Baginya, untuk menjalankan bisnis fashion dan kosmetik, tak harus memiliki dasar-dasar desain ataupun fashion. Menurut lulusan Fakultas Ekonomi Unisbank Semarang ini, yang terpenting adalah semangat dan passion tinggi untuk menjalankan bisnis. “Saya hanyalah orang yang senang mix and match baju dan pernah bercita-cita jadi fashion designer,” ujarnya bersemangat.

Menurut Cynthia, seluruh aktivitas bisnis perusahaannya terpusat di gedung berlantai lima. “Kami tidak mau dipegang oleh vendor luar karena ingin mempertahankan kualitas. Pengawasan kualitas pun harus sesuai dengan standar kami,” Cynthia menegaskan.

Ia menambahkan, JS mempunyai penjahit sendiri dan semua produksi dilakukan secara in house. Produksi dikerjakan oleh 50 penjahit dan empat perancang busana. Total karyawan JS pada 2020 hampir 100 orang untuk produksi minimal 1.500 potong. JS tidak lagi fokus membidik pasar Indonesia. Ke depan, JS membidik negara lain, terutama negara-negara Eropa. (*)

Andi Hana Mufidah Elmirasari & Vicky Rachman; Riset : Armiadi Murdiansah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved