Book Review

Refleksi Mengapa Anda Ingin Menjadi Pemimpin

Oleh Editor

Judul : The Motive

Penulis : Patrick Lencioni

Penerbit : Jossey-Bass, 2020

Tebal : 192 halaman

Buku ini dibuka dengan cerita tentang seorang CEO yang baru saja dilantik. Shay Davis, CEO tersebut, sudah menjadi CEO Golden Gate Security selama enam bulan.

Menyadari kekurangmampuannya menjalankan perusahaan, dia segera meminta bantuan konsultan Lighthouse Partners. Dalam perjalanannya, Shay kemudian bertemu dengan Liam Alcott, CEO perusahaan kompetitor, dan berguru padanya.

Liam membagikan pelajaran yang didapatkannya dari Lighthouse Partners: semua dimulai dari diri Liam sebagai CEO dan kepanjangan CEO bukanlah chief executive officer, melainkan chief executing officer. Executive adalah kata benda, sedangkan executing adalah kata kerja. Tugas seorang CEO bukanlah menjadi eksekutif, tetapi mengeksekusi.

Setelah melalui berbagai diskusi, Liam menyimpulkan di papan tulis bahwa kesalahan masa lalunya sebagai CEO yang buruk adalah tidak mengelola tim eksekutifnya, tidak mengelola eksekutifnya sebagai individu, tidak menjalankan meeting yang baik, tidak mengadakan difficult conversation dengan orang lain, serta tidak mengomunikasikan dan mengulangi pesan inti kepada pegawainya.

Beberapa waktu kemudian, Shay mengakuisisi perusahaan Liam. Setelah akuisisi tersebut, dia memutuskan mendemosi dirinya dan menjadikan Liam sebagai CEO. Pada saat ditanya istrinya apakah dirinya ingin menjadi CEO lagi, Shay menjawab dengan bijak. “Tidak. Saya mulai memikirkan dalam beberapa tahun saya mungkin akan siap melakukan apa yang dilakukan oleh seorang CEO.”

Hampir semua kita ingin menjadi seorang pemimpin. Hampir semua buku kepemimpinan adalah mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Jarang sekali ada buku yang membahas mengapa kita ingin menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang sedang memimpin juga jarang sekali berhenti sejenak untuk memikirkan mengapa dirinya mau menjadi pemimpin.

Kebanyakan orang ingin menjadi pemimpin untuk menikmati reward sebagai seorang pemimpin. Reward tersebut bisa saja berupa ketenaran, status, kekuasaan, ataupun finansial. Pemimpin yang seperti ini biasanya menghabiskan waktu dan energinya berdasarkan apa yang akan dia dapatkan, bukan apa yang bisa dia berikan untuk orang yang dia pimpin. Pemimpin tipe ini menganggap posisinya harus nyaman sehingga mereka akan mendelegasikan atau mengabaikan peran yang hanya bisa dilakukan oleh seorang pemimpin.

Motif yang lain dari seorang pemimpin adalah keinginan untuk melayani orang lain. Pemimpin tipe ini mengerti bahwa pengorbanan dan penderitaan merupakan hal yang tidak terelakkan dan melayani orang lain adalah satu-satunya motivasi untuk kepemimpinan.

Peran utama pemimpin adalah membangun tim eksekutifnya. Kesalahan utama seorang pemimpin adalah mendelegasikan pekerjaan ini kepada HR. Sebagai refleksinya, sudah waktunya Anda mengambil waktu sejenak dan tanyakan, apakah (1) Anda merasa bahwa mengembangkan dinamika interpersonal tim Anda adalah hal yang menghabiskan waktu dan (2) Anda mengabaikan diskusi yang tidak menyenangkan mengenai kelakuan kolektif tim?

Peran kedua adalah mengelola anak buah dan memastikan anak buah tersebut mengelola anak buahnya juga. Banyak pemimpin yang tidak mau mengelola anak buahnya dengan alasan anak buahnya merupakan eksekutif yang sangat kuat. Mengelola anak buah bukan berarti tidak percaya pada mereka.

Mengelola anak buah berarti menyelaraskan aksi, kelakuan, dan sikap anggota tim dengan kebutuhan organisasi dan memastikan masalah kecil tidak berubah menjadi masalah besar. Untuk memastikan hal ini, Anda dapat menanyakan, apakah Anda (1) percaya bahwa memberikan coaching tidak layak untuk waktu Anda, (2) merasa bahwa Anda percaya sepenuhnya bahwa tim Anda dapat mengelola diri mereka, dan (3) membenarkan bahwa Anda tidak perlu mengerti apa yang dilakukan anak buah Anda karena Anda tidak ingin menjadi micromanager?

Peran krusial yang lain dari seorang pemimpin adalah difficult conversation. Hampir semua orang tidak akan merasa nyaman melakukannya karena akan terlihat memalukan dan kikuk. Namun, inilah tugas pemimpin. Kalau seorang pemimpin tidak berani melakukannya, tidak akan ada orang lain yang berani melakukannya.

Kunci keberhasilan Allan Mullaly dalam memimpin dua perusahaan raksasa Ford dan Boeing adalah “joyful accountability”. Dia selalu berterus terang kepada anak buahnya yang membutuhkan koreksi, dan menyampaikan kepada mereka apakah mereka akan mengubah perilaku/sikap mereka atau memilih untuk pergi.

Pikirkan sejenak, apakah Anda (1) lebih memilih mengakomodasi perilaku yang menyakitkan daripada mengadakan difficult conversation dan (2) mengeluhkan perilaku anak buah daripada membicarakannya langsung dengan mereka?

Walaupun merupakan waktu ketika keputusan besar diambil, meeting merupakan salah satu aktivitas yang paling tidak populer dalam bisnis. Meeting yang jelek akan bermuara pada pengambilan keputusan yang jelek. Bila meeting di level pemimpin jelek, hal ini akan menetes ke bawah sehingga meeting di level bawahan juga akan menjadi jelek.

Tanyakan kepada diri Anda, apakah Anda (1) mengeluhkan meeting Anda sendiri membosankan dan (2) mengizinkan partisipan keluar dari meeting atau tidak hadir karena hal yang lebih penting?

Peran pemimpin yang terakhir adalah melakukan komunikasi secara konstan dan berulang kepada karyawan. Pemimpin acapkali underestimate terhadap jumlah komunikasi yang dibutuhkan. Studi menemukan bahwa karyawan harus mendengar pesan yang sama tujuh kali agar pesan tersebut dianggap serius. Walaupun demikian, banyak pemimpin yang jarang mengulangi pesannya karena merasa bosan ataupun tidak mau dianggap “menghina” timnya.

Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Allan Mullaly menjelaskan strategi perusahaannya. Setahun kemudian, dia masih menyampaikan strategi yang sama! Gary Kelly, CEO Southwest, juga selalu menyampaikan hal yang sama mengenai strategi dan budaya perusahaan lebih dari satu dekade dalam aneka format surat bulanan untuk karyawan ataupun majalah dalam pesawat.

Pertanyaan refleksi untuk komunikasi ini adalah apakah Anda (1) mengeluhkan harus mengulangi pernyataan Anda dan (2) selalu mencari pesan yang baru untuk disampaikan karena merasa bosan dengan pesan yang lama?

Buku ini sangat singkat dan dapat diselesaikan dengan cepat. Walaupun demikian, buku ini sangat membuka wawasan kita mengenai arti dan tugas kepemimpinan.

Buku ini merupakan buku ke-11 yang ditulis oleh Patrick Lencioni. Seluruh bukunya telah laku lebih dari 6 juta eksemplar dan diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.

Tujuan buku ini adalah memberikan kesadaran bagi pembacanya mengapa kita ingin menjadi seorang pemimpin. Buku ini ditulis dalam format yang sangat menarik; berisikan cerita fabel, kesimpulan, dan pertanyaan untuk refleksi. Bukan mustahil, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa kita tidak ingin menjadi pemimpin dan dapat menggunakan talenta kita dengan lebih maksimal di peran yang lain. (*)

Edison Lestari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved