Minimnya informasi dan edukasi tentang pendidikan seks terhadap anak-anak sangat disayangkan. Padahal, evaluasi dari World Health Organization menyatakan bahwa sebagian besar studi pendidikan seks dan HIV/AIDS dapat menunda aktivitas seksual, mengurangi tingkat kejadian infeksi menular seksual, dan kehamilan yang tak direncanakan.

Robyn Soetikno (tengah) dalam acara talkshow buku seri “I Am Me” di Kinokuniya Book Store, Plaza Senayan, (14/1).

Karenanya, peran orangtua terutama ibu harus menjadi pembuka komunikasi tentang pendidikan seks kepada anak-anaknya yang bisa dimulai sedini mungkin dalam aktivitas di keluarga. Lalu bagaimana cara orangtua menjadi pembuka komunikasi tentang pendidikan seks kepada anak-anaknya? Empat buku terbitan pertama dalam buku berseri “l Am Me” yang ditulis oleh pengarang muda Indonesia, Robyn Soetikno, bisa menjadi cara orangtua memberikan informasi pendidikan seks kepada anak-anaknya dengan metode yang santai dan menyenangkan.

Buku seri cerita anak-anak Indonesia yang menggambarkan kisah nyata seorang anak perempuan dalam proses menjadi remaja dan menuju dewasa ini, sukses diluncurkan pada 18 Desember 2016 dan berhasil mendapat perhatian publik melalui penjualan buku yang mencapai 400 eksemplar dalam kurun waktu tiga minggu. Buku “I Am Me” Series menyuguhkan konten persuasif dan dalam bahasa yang cukup sederhana. Karena dipenuhi oleh ilustrasi dan warna, fakta dan informasi dalam cerita buku “l Am Me” mudah ditangkap oleh anak-anak.

Mewujudkan kisah nyata menjadi sebuah cerita menarik yang disampaikan secara polos dalam buku berseri “I Am Me”, Robyn Soetikno, penulis muda lulusan Public Health dari United States dan Master of Sciences di international Health Management dari Inggris ini, mengungkapkan bahwa buku ini bisa membantu anak-anak yang akan melewati masa puber. Buku ini memberi gambaran bagaimana anak remaja wanita yang akan atau mengalami masa puber, harus bertindak, bersikap, dan berpikir tanpa harus kehilangan diri sendiri.

“Ini bukan pilihan kami. Mengalami masa yang membingungkan karena perubahan fisik dan psikis, yang berdampak pada perilaku dan penampilan, membuat kami harus belajar menghadapi “tantangan” dan menjadikan pengalaman ini sesuatu yang menyenangkan tanpa harus kehilangan diri kita sendiri,” ujar gadis yang akrab dipanggil Robyn ini.

Menurut psikolog sekaligus founder & CEO Personal Growth, Concelling, & Development Center Ratih Andjayani lbrahim perubahan pada bentuk tubuh, suara, mood yang naik-turun, juga menstruasi pada anak perempuan, dapat menjadi pengalaman yang membingungkan, bahkan menakutkan untuk sebagian anak. Terkadang, karena kaget, takut, atau malu, anak jadi tidak terbuka kepada orangtua mengenai perubahan yang ia rasakan.

Seri “I Am Me” ini dapat menjadi media yang informatif bagi anak, khususnya yang akan mengalami masa pubertas, agar ia tahu bahwa yang ia alami bukanlah sesuatu yang menyeramkan atau memalukan. Dengan memberi informasi mengenai pubertas pada anak, anak bisa menjadi lebih terbuka pada orangtua mengenai perubahan yang ia rasakan, dan orangtua dapat memberi bimbingan yang diperlukan.

Orangtua juga dapat terbantu dengan buku ini karena di dalamnya terdapat dialog antara tokoh orang tua dan anak mengenai pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan dengan pubertas, berdasarkan peristiwa yang terjadi secara nyata. Ini bisa membantu orangtua agar siap menjawab pertanyaan-pertanyaan serupa yang mungkin dilontarkan anak.

Buku seri “I Am Me” yang terdiri dari empat judul tersebut, mengisahkan anak perempuan yang mengalami dan mengamati perubahan fisik yang dikisahkan dalam “I’m Changing”, pengalaman haid pertamanya dalam judul ”I’m a Little Lady”, salah satu pengalaman perubahan perilaku dan berusaha untuk tampil menarik dalam judul “I’m Perfect”, serta perubahan fisik lainnya yang pada umumnya dialami anak perempuan-dikisahkan dalam judul “I’m Growing Up”. Rencananya, hingga Maret 2017 nanti, Robyn akan meluncurkan buku tentang pubertas yang dialami oleh anak dan remaja laki-laki.