Book Review Review zkumparan

Strategi Digital untuk Transformasi Bisnis

Oleh Editor
Strategi Digital untuk Transformasi Bisnis

Strategi digital merupakan topik yang sangat hangat. Kehadiran bisnis online marketplace, ride hailing, online travel agent, dan fintech memaksa semua bisnis memikirkan dampak digital terhadap keberlangsungan hidupnya.

Judul : Driving Digital Strategy

Penulis : Sunil Gupta

Penerbit : Harvard Business Press, 2018

Tebal : 288 halaman

Buku ini membahas strategi digital dengan menganalisis digitalisasi dari empat sudut pandang: bisnis, rantai pasok, konsumen, dan organisasi.

Siapakah kompetitor Amazon? Dari awalnya bersaing dengan toko buku, kini Amazon telah bersaing dengan eBay, Best Buy, Walmart, bahkan IBM, Microsoft, Google, dan Netflix! John Deere, perusahaan pembuat peralatan pertanian, memakai sensor dan software untuk menjalankan peralatannya. Mereka telah memiliki data dari 300.000 acre tanah untuk membantu petani. John Deere bukan lagi sekadar perusahaan pembuat peralatan pertanian, melainkan perusahaan manajemen ladang pertanian yang memberikan layanan predictive maintenance, informasi cuaca, dan optimalisasi benih. Kedua studi kasus tersebut memberikan pelajaran bahwa bisnis harus didefinisikan berdasarkan konsumen, bukan produk atau kompetitor.

Kompetisi tidak lagi dibatasi oleh batasan industri tradisional.

Keunggulan bersaing di era digital tidak lagi sekadar “harga lebih rendah atau diferensiasi produk”, tetapi produk komplementer dan efek jaringan (network effect). PayTM, yang awalnya untuk mengisi ulang pulsa, kini telah menjelma menjadi dompet elektronik pembayaran untuk semua hal karena merupakan produk komplementer yang punya efek jaringan. Aset perusahaan saat ini adalah data dan basis konsumen. Teori ini juga memberikan penjelasan mengapa Go-Jek dan Grab dapat menjadi raksasa digital dalam waktu dekat. Ride hailing, payment, dan pengiriman makanan merupakan produk komplementer yang memiliki efek jaringan di mana Go-Jek ataupun Grab punya basis konsumen yang sangat besar dengan data yang sangat kuat.

Dalam hal model bisnis, banyak bisnis telah berubah bentuk. New York Times telah berubah dari bisnis koran kertas menjadi koran digital. Dimulai dengan 0 pelanggan digital di Maret 2011, NYT kini telah memiliki 2,2 juta pelanngan digital. Best Buy merupakan ritel raksasa terakhir yang masih hidup di Amerika Serikat di tengah tekanan dari raksasa online. CEO-nya, Hubert Joly, dengan cerdas mengubah model bisnisnya, dari meminta konsumen membayar menjadi produk yang membayar. Sama seperti toko ritel, merek yang ingin berjualan di Best Buy, misalnya Samsung Experience Shops, yang membayar Best Buy. Dengan demikian, Best Buy tidak khawatir lagi apabila calon konsumen datang melihat barang di Best Buy tetapi membelinya online.

Menyadari bisnis supermarket-nya di bawah ancaman, Eataly mengubah model bisnisnya dari menjual produk menjadi menjual pengalaman. Caranya, menambahkan restoran dan sekolah kuliner pada supermarket-nya agar konsumen tetap tertarik untuk datang. Menyadari naiknya bisnis car sharing, Mercedes meluncurkan Car2Go dan BMW menawarkan DriveNow. Pasar akan berubah menjadi product-as-a-service dengan cepat.

Teknologi digital telah mengurangi biaya transaksi untuk mencari serta menemukan barang dan jasa secara signifikan. Dengan menggunakan eBay atau Alibaba (ataupun Tokopedia dan Shopee di Indonesia), kita akan mampu mencari apa pun yang kita mau dengan sangat efisien. Model bisnis ini menjadi model bisnis platform dan ekosistem, juga melahirkan bisnis baru dalam bentuk platform dan ekosistem.

Pada saat membeli Nest, Google bukan sekadar membeli produk, tetapi visi tentang platform smart home di mana produk rumah tangga lainnya, seperti bola lampu smart Philips dan mesin cuci Whirlpool, akan terhubungkan ke Nest. GE membangun platform Predix yang terbuka untuk semua produk industri. CEO GE Digital, Bill Ruh, menyadari masa depan bukanlah siapa yang memiliki aset, tetapi siapa yang mampu membuat aset menjadi lebih efisien. GE Digital khawatir bagaimana bila Microsoft, IBM, atau siapa pun membuat software yang membuat mesin GE menjadi lebih bernilai, yaitu menjadi Uber versi industri dan mengambil semua nilai tambah.

Dalam hal rantai pasok, digital juga memungkinkan bisnis melakukan open sourcing. Data menunjukkan, open sourcing selalu memberikan hasil yang positif. NASA bersama Harvard meluncurkan tantangan Open Source untuk permasalahan ISS (International Space Station) dengan hadiah US$ 30.000 pada 2013. Hasilnya, 459 badan memasukkan 2.185 masukan. Setelah dipelajari, lebih dari setengah masukan tersebut memberikan hasil yang lebih baik daripada studi internal NASA. Hadiah yang diberikan hanyalah sebagian kecil dari biaya yang akan dikeluarkan apabila NASA melakukannya sendiri.

Harvard Medical School melakukan tantangan untuk menyelesaikan masalah komputasi genomic selama dua minggu dengan hadiah US$ 6.000. Hasilnya, 122 orang dari 89 negara memberikan masukan, 30 di antaranya memberikan hasil yang lebih baik daripada internal Harvard serta masukan terbaik memberikan hasil lebih dari 1.000 kali.

Dalam hal produksi, digitalisasi melalui Industri 4.0 akan memberikan hasil yang sangat berbeda. McKinsey Global Institute memperkirakan Industri 4.0 akan memberikan nilai tambahan tahunan sebesar US$ 1,2 triliun-3,7 triliun setiap tahun pada 2025. 3D printing, Augmented Reality and Virtual Reality, serta rantai pasok digital dan kecerdasan buatan akan meningkatkan efisiensi produksi barang dan jasa dengan signifikan.

Omnichannel merupakan topik distribusi yang sangat hangat saat ini. Buku ini menyarankan perusahaan menjalankan strategi dengan pembedaan kanal offline dan online sehingga tidak terjadi kanibalisasi dan konflik kanal. Perusahan asuransi, misalnya, menjual produk yang sederhana melalui kanal online dan menjual produk yang kompleks melalui agen. QNB Finansbank di Turki meluncurkan produk baru yang dinamai Enpara yang semuanya melalui kanal digital sehingga memiliki biaya operasional yang lebih rendah sehingga dapat memberikan suku bunga yang lebih tinggi.

Masuknya Amazon ke kanal offline menunjukkan sudah waktunya perusahaan memikirkan ulang sinergi antara kanal fisik dan kanal online sehingga memberikan pengalaman omnichannel yang luar biasa untuk konsumen.

Digital juga akan mengubah cara kita dalam mengakuisisi, meng-engage, dan mengukur konsumen. Google memperkenalkan istilah Zero Moment of Truth (ZMOT) di mana perjalanan konsumen dalam membeli dimulai dengan pencarian online. Teknologi digital serta data memungkinkan perusahaan membuat iklan yang disesuaikan dengan karakter konsumen.

MIT mampu membuat iklan yang disesuaikan dengan gaya kognitif konsumen: konsumen yang lebih menyukai teks akan diberi iklan teks dan konsumen yang lebih menyukai gambar akan diberi gambar.

Pada saat masuk ke pasar Korea yang sangat kompetitif (Carrefour dan Walmart sebelumnya telah memutuskan keluar), Tesco memakai toko virtual di subway di mana konsumen dapat memesan barang yang ingin dibeli dengan aplikasi HomePlus di subway. Model pemasaran saat ini juga telah berubah dari storytelling menjadi storymaking. MasterCard yang terkenal dengan slogan citra “Priceless”-nya membuat iklan: konsumen yang membuat video “priceless” yang paling menyentuh akan diterbangkan untuk menemui mentor, teman, atau keluarga yang paling berharga di mana pun mereka berada di malam tahun baru.

Buku ini juga memaparkan hasil riset penulisnya yang membuktikan bahwa “like” di Facebook tidak mengubah perilaku pembelian si pemberi “like” maupun teman online mereka.

Transisi digital membutuhkan manajemen bisnis masa kini dan membangun bisnis masa depan di saat bersamaan. Hal ini dapat diibaratkan mengganti mesin pesawat di saat pesawat sedang terbang. Di tahun 2013, CEO Adobe memutuskan mengganti model bisnis Adobe, dari menjual US$ 2.500 per lisensi menjadi software-as-a-service dengan harga US$ 50 per bulan untuk mempermudah pengguna lainnya berlangganan. Hasilnya, pendapatannya terjun bebas di tahun tersebut dan di tahun berikutnya. Walaupun demikian, pendapatannya mulai mendaki pada 2015 dan pendapatan tahun 2017 mencapai dua kali lipat pendapatan tahun 2012.

Goldman Sachs memulai perjalanan tranformasi digitalnya dengan tiga fase. Fase pertama, membangun platform teknologi untuk seluruh perusahaan dan menghilangkan duplikasi. Fase kedua, membuka platform mereka untuk klien. Fase ketiga, membangun bisnis baru, yaitu platform untuk structured notes dan unit peminjaman konsumen online.

Dalam hal manajemen talenta, digital juga dapat dipakai untuk proses hiring. Sejumlah perusahaan saat ini telah memakai Knack untuk proses hiring. Bukan hanya itu, Knack juga dipakai untuk proses pengembangan diri karyawan. GE kini telah memakai aplikasi PD@GE agar karyawannya bisa mendapatkan umpan balik secara real-time.

Penulis buku ini merupakan profesor di Harvard Business School yang mengajarkan program eksekutif “Driving Digital Strategy”. Buku ini begitu menarik karena kerangka yang digunakan sangat terstruktur dengan sejumlah studi kasus untuk menyampaikan poinnya. Semoga buku ini bermanfaat dalam perjalanan transformasi digital Anda. (⁕)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved