Book Review zkumparan

Teori Inovasi untuk Penuntasan Kemiskinan

Oleh Editor
Teori Inovasi untuk Penuntasan Kemiskinan

Kelaparan, permukiman kumuh, krisis air bersih, ketiadaan lapangan pekerjaan. Kondisi inilah yang sekarang dialami oleh 750 juta orang di dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Miliaran dolar telah disalurkan selama bertahun-tahun, tetapi hasilnya tidak sesukses yang kita harapkan.

Judul : Prosperity Paradox

Penulis : Clay Christensen

Penerbit : HarperBusiness, 2019

Tebal : 368 hlm.

Bagaimana kalau kita melihat dan menyelesaikan permasalahan ini dengan lensa yang lain? Bagaimana bila kita fokus pada penciptaan kemakmuran daripada fokus pada penuntasan kemiskinan? Mungkin kelihatannya counterintuitive, tetapi lensa ini akan membantu kita melihat kesempatan yang baru.

Clay Christensen, seorang profesor Harvard Business School yang sangat terkenal karena buku Innovators’ Dilemma serta pencetus teori disruptive innovation, kini memakai lensa inovasi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan global.

Buku ini memperkenalkan konsep “market-creating innovation”. Market-creating innovation yang sukses memberikan tiga hasil yang dahsyat: menciptakan lapangan pekerjaan, menciptakan profit, dan melahirkan kebudayaan baru.

Mesin jahit Singer, kamera Eastman Kodak, dan Ford Model T merupakan contoh yang paling gampang. Inovasi ini lahir di abad ke-18 ketika Amerika Serikat masih merupakan salah satu negara termiskin di dunia.

Isaac Singer lahir dari imigran Jerman yang menetap di AS. Terobosan mesin jahit yang diciptakan oleh Singer memungkinkan orang awam untuk menghasilkan sembilan ratus jahitan per menit sehingga rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menjahit kemeja turun dari sekitar empat belas jam menjadi hanya satu jam. Inovasi pasar yang dilakukan Isaac tidak berhenti di sini. Dia berkerjasama dengan pengacara Edward Clark mendirikan perusahaan I.M. Singer untuk tetap bertahan dalam lingkungan bisnis yang menantang.

Di tahun 1863, Singer menjadi merek paling terkenal di AS, membuka pabrik di Amerika dan Eropa, menciptakan 400 ribu lapangan pekerjaan baru setiap tahun. Selain itu, mesin jahit Singer merevolusi industri pakaian yang tumbuh dua kali lipat dan merupakan anugerah tak terduga bagi industri baja, kayu, kapas, lemari pakaian, dan infrastruktur yang ikut tumbuh seiring meluasnya inovasi mesin jahit.

Inovasi George Eastman, yang dilandaskan pada paham pentingnya mengabadikan momen penting dalam hidup, menjadi tombak utama lahirnya Eastman Kodak Company. Henry Ford menciptakan mobil yang memudahkan transportasi darat, dan memberikan dampak signifikan di bidang ekonomi dan sosial. Dimulai dari pembangunan jalan di AS, pembentukan akses ke sekolah-sekolah di pedesaan berkembang pesat setelah lahirnya inovasi transportasi.

Ketiga contoh di atas memaparkan bahwa market-creating innovation yang sukses menciptakan transformasi: nonkonsumer diubah menjadi konsumer karena manfaat yang diberikan oleh inovasi tersebut. Dengan kata lain, inovasi pasar tersebut ikut menumbuhkan industri lain yang berkaitan sehingga menciptakan virtous cycle yang menguntungkan.

Buku ini juga membahas peran inovasi dalam membantu Jepang dan Korea Selatan dalam mencapai kemakmuran. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Jepang berada dalam kesulitan ekonomi yang mengerikan: terjadi kekurangan makanan, jutaan orang kelaparan, serta hancurnya infrastruktur setelah perang melanda. Sama seperti AS di tahun 1800-an, Jepang merupakan negara yang berpenghasilan rendah pada saat itu, dengan pendapatan per kapita di bawah Meksiko dan Kolumbia.

Apakah rahasia utama bangkitnya ekonomi Jepang dan Kor-Sel? Pelajaran apa yang dapat dipetik?

Sony merupakah salah satu contoh pencipta inovasi pasar yang berhasil. Setelah beberapa inovasi yang dilakukannya, Akio Morita dan Masaru Ibuka mendirikan bengkel radio di sebuah departmentstore yang beranggotakan dua puluh karyawan. Sony Corporation lahir dari hasil kerja keras Morita dan rekan-rekannya tanpa dukungan Pemerintah Jepang karena kondisi ekonomi yang sangat terpuruk di masa itu.

Saat ini, perusahaan pelopor lahirnya selimut listrik dan Walkman itu bernilai sekitar US$ 49 miliar dan memperkerjakan lebih dari 128 ribu orang di seluruh dunia. Melalui proses ini, Sony menyimpulkan bahwa pasar tidak hanya muncul atau terjadi, tetapi harus diciptakan.

Ketika itu, dunia mulai mendengar tentang Toyota, Nissan, dan Honda. Inovasi yang dikontribusikan oleh perusahaan-perusahaan ini membantu pemulihan ekonomi Jepang setelah PD II sampai menjadi tuan rumah Olimpiade 1964. Hari ini, Jepang merupakan negara dengan ekonomi ketiga terbesar di dunia, memegang 6% dari semua kegiatan ekonomi global.

Ada sejumlah pelajaran utama yang dapat kita petik dari buku ini. Pertama, berinvestasi untuk menciptaan inovasi merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh setiap negara dalam kondisi apa pun. Pasar yang diciptakan oleh inovasi ini dapat menarik (pull strategy) sumber daya lain tanpa disadari. Kota Toyota tercipta karena perusahaan Toyota mendirikan banyak pabrik dan kantor di sana. Hari ini, Toyota menciptakan 344 ribu lapangan pekerjaan di dunia.

Kedua, market-creating innovation harus memperhatikan kebutuhan lokal yang merupakan akar terciptanya permintaan pasar. Eiji Toyoda memberikan contoh nyata dalam mendirikan sekolah otomotif di Nagoya. Sekolah tersebut membantu Toyota mempromosikan dan menjual lebih banyak kendaraan Toyota di Jepang. Pada 1958, sekolah ini menampung perguruan tinggi yang fokus pada pelatihan karyawan baru tentang metode penjualan Toyota yang sekarang dikenal dengan Nisshin Education and Training Center.

Ketiga, pentingnya integrasi pada tahap pengembangan inovasi, terutama bagi negara miskin. Negara yang memiliki keterbatasan infrastruktur dan pendidikan harus berintegrasi, baik dengan pihak swasta maupun asing, untuk menarik sumber daya dan dukungan finansial sehingga dapat menghasilkan inovasi yang produktif.

Selain itu, segmen nonkonsumer ikut mendorong industri lain dalam ekonomi. Mesin Singer yang meningkat penjualannya pada saat itu ikut mengembangkan sektor logistik dan transportasi secara tidak langsung. Karena banyaknya mobil yang diproduksi Toyota, Jepang mampu menekan biaya transportasi dan membuka akses ke kota lain.

Market-creating innovation lebih dari sekadar produk atau servis. Keseluruhan sistem akan menarik infrastruktur yang baru. Bharti Airtel di Afrika membuka kesempatan terhadap ekonomi digital dan menciptakan 4 juta lapangan pekerjaan! Bukan hanya sekadar pasar ponsel yang akan tumbuh, tetapi juga industri pembangunan dan perawatan menara, toko-toko yang menjual vocer isi ulang, industri periklanan, dan sebagainya.

Begitu pasar tersebut menguntungkan bagi semua pemangku kepentingan (konsumen, investor, pengusaha, dan pemerintah), semua pemangku kepentingan ini akan berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya yang sudah diaktifkan, misalnya infrastruktur, pendidikan, dan kebijakan. Tingkat inilah yang akan memberikan kesejahteraan jangka panjang yang berkelanjutan.

Buku ini sangat menarik karena mengajarkan solusi yang nyata untuk pemberantasan kemiskinan dengan inovasi. Kita setiap hari dibombardir dengan foto-foto yang menyedihkan tentang kemiskinan. Foto-foto ini sangat menyentuh sisi kemanusiaan kita dan kini saatnya kita mengubah emosi yang kuat ini menjadi aksi inteligensi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Buku ini ditutup dengan kesimpulan “investing in market-creating innovation, even when the circumstances seems challenging, provides one of the best chance for us to create prosperity in

many of today’s poor countries.” (*)

manymany of today’s poor countries”.

Margaret Stevany (Alumni MBA di Massachusetts Institute of Technology)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved