Paul Webster, Product Marketing Manager, Instagram Asia-Pacific saat memberikan penjelasan.

Mengutip data yang dirilis oleh Instagram, tercatat ada lebih dari 25 juta akun bisnis di Instagram dan 2 jutanya menggunakan fitur iklan setiap bulan.

Salah satu brand yang mencoba peruntungan dengan beriklan di platform Instagram adalah Samsung Indonesia. Hasilnya, Samsung berhasil menarik konsumen millenial dengan menggunakan fitur Instagram Stories untuk produk Galaxy A tahun 2017 lalu. Teracatat perusahaan mampu menjangkau lebih dari 22 juta orang dan meningkatkan ad recall hingga 9 poin dan 7 poin untuk niat pembelian. Namun, belum tentu semua bisnis yang menggunakan fitur tersebut bisa mencapai kesuksesan seperti Samsung.

Paul Webster, Product Marketing Manager Instagram Asia-Pacific berbagi tips kepada pebisnis untuk menjalin hubungan secara lebih efektif dengan audiens mereka di Instagram. “Untuk memulai, Anda bisa menggunakan konten kreatif yang sudah dimiliki dengan fokus pada karakter Stories dan audiens yang akan disasar,” ujar Paul. Pasalnya, kata dia, Instagram Stories dikonsumsi 32% lebih cepat dibandingkan Feed.a Namun, Stories dapat dengan mudah menarik perhatian audiens karena formatnya yang vertikal dan memenuhi seluruh layar.

Untuk mengakomodir hal tersebut, Instagram menyediakan fitur otomatis yang dapat mengubah iklan menjadi format layar penuh untuk bisa ditayangkan di Stories. “Anda tinggal mengunggah konten kreatif Anda ke laman pengelola iklan di Instagram, dan konten anda siap ditayangkan dalam format Stories,” ujar Paul menambahkan.

Yang kedua, Instagram Stories menjadi populer karena inovasi fitur yang identik dengan kaum milenial, seperti stiker, filter, GIF, superzoom, text mode, polling, dan yang terbaru adalah mode bokeh. Fitur-fitur ini dianggap menjadi bagian penting dari Instagram Stories untuk dapat menarik anak-anak muda kekinian. “Sebagai pemilik bisnis, tugas Anda adalah memastikan kalau konten anda masuk secara natural ke dalam Instagram Stories. Anda harus memperhatikan bagaimana visual dan narasi anda dilihat oleh audiens saat mereka tengah menjelajahi Stories,” kata dia.

Untuk meng-highlight brand atau produk di tiga detik pertama juga tak kalah penting, karena Instagram Stories dikonsumsi dengan sangat cepat. Sehingga brand harus bisa memaksimalkan 3 detik pertama. “Memunculkan brand dan produk di konten Anda akan menghasilkan respon yang lebih kuat, membuat audiens cepat mengerti, dan meningkatkan relevansi, brand fit, dan niat membeli yang lebih tinggi,” ujarnya.

Ketiga, Paul menilai, kecepatan dalam Instagram Stories harus dilihat sebagai keuntungan, bukan tantangan. Fitur ini merupakan sesuatu yang baru dan masih dianggap menakutkan bagi pebisnis karena hanya menyediakan 5-10 detik penayangan iklan.

Namun kenyataanya, Paul mengatakan, revolusi ponsel telah lama mengubah cara audiens dalam mengonsumsi konten di dunia maya. “Semua semakin cepat. Anda harus memikirkan kecepatan di dalam narasi iklan anda dan harus memikirkannya secara visual,” kata dia. Lainnya, pebisnis bisa memanfaatkan suara atau musik untuk memperkaya narasi. Pasalnya 60% orang menonton Instagram Stories dengan suara yang dinyalakan.

Keempa, menggunakan format Carousel yang dapat menampilkan 3 konten secara berurutan dalam satu iklan. Untuk konten yang lebih kompleks, gabungan beberapa chapter ini diklaim menghasilkan iklan yang lebih efektif. “Fitur ini juga dapat menggabungkan format foto dan video dalam satu konten. Format Carousel juga memiliki perilaku yang sama dengan konten Stories pada umumnya seperti mengetuk untuk lanjut, swipe back atau forward, dan menahan,” kata dia.

Dengan dua chapter tambahan, Paul mengatakan akan dapat lebih memperdalam cerita. “Instagram Stories memberikan fleksibilitas dan ruang untuk memaksimalkan kreativitas, namun pastikan Anda melakukannya dengan cara yang dilakukan oleh pengguna,” ujarnya menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id