Trends Economic Issues zkumparan

5 BUMN Garap Proyek di Afrika Senilai US$11 miliar

Lima BUMN beserta TSG Group, investor yang berpusat di Amerika, melanjutkan kesepakatan dengan Democratic Republic of the Congo (DRC) melalui program Master Framework Join Development Agreement (MFJDA). Ke lima BUMN tersebut adalah PT Inka, PT Barata Indonesia, PT Len, PT Merpati Nusantara Airlines, dan PT Dirgantara Indonesia.

Tindak lanjut tersebut diwujudkan dalam 2 kesepakatan yakni antara TSG Group dengan 5 BUMN berupa Master Implementation Join Development Agreement (MIJDA) dan antara TSG Group dengan pemerintah DRC melalui program Build Own Operate Transfer (BOOT).

“PT Inka akan memproduksi kebutuhan transportasi di DRC dengan memproduksi berbagai jenis kereta, termasuk infrastruktur perkeretaapiannya,” kata Budi Noviantoro, Direktur PT Inka.

Lebih jauh dia mengatakan, perseroan akan menjadi project developer untuk perkeretaapian dan intermoda di DRC. Selain itu, Inka juga akan menyuplai lokomotif, gerbong barang, KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik), dan KRL (Kereta Rel Listrik).

Pada fase pertama, proyek senilai US$11 miliar tersebut akan mulai dikerjakan pada tahun 2021 dan ditargetkan akan selesai selama 4 tahun masa pengerjaan. Adapun proyek yang akan dikerjakan meliputi proyek kereta api Kinsasha Urban Loop Line, yakni transportasi di daerah perkotaan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jalur Kinsasha menuju Matadi Port dan Banana Port.

Panjang jalur kereta diperkirakan akan mencapai 580 kilometer dengan target Kinsasha Urban Loop Line dan jalur kereta menuju Matadi Port dan Banana Port. Setelah Fase I selesai, proyek akan masuk ke fase berikutnya, yakni membangun jalur kereta api yang mencakup wilayah utara dan selatan DRC. Jika ditotal, jalur kereta api yang akan dibangun sepanjang 4100 kilometer.

Proyek lain yang akan dikerjakan di wilayah DRC adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 200 Mega Watt peak (MWp) di wilayah Kinshasa. Dalam pembangunan proyek ini, PT Len Industri, PT Barata Indonesia, dan PT Inka akan menjadi konsorsium untuk mengerjakan proyek tersebut.

“Selain memasok kebutuhan listrik, PLTS tersebut juga akan dimanfaatkan dalam pasokan listrik di sektor transportasi, yakni untuk mendukung operasional sarana kereta salah satunya KRL (Kereta Rel Listrik),” kata Budi menambahkan.

Selain menggarap pasar Afrika, saat ini, PT Inka juga tengah menjalankan proyek pembuatan 3 Lokomotif dan 15 Kereta Commuter ke Filipina senilai Rp363 miliar dan pembuatan 31 Trainset LRT untuk PT Kai senilai Rp3,9 triliun. Ekspansi ke DRC menambah daftar pasar luar negeri perseroan, setelah sebelumnya PT Inka melakukan pengiriman kereta sebanyak 250 unit ke Bangladesh pada bulan Oktober 2020 lalu.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved