Technology Trends

5 Kunci Utama Perusahaan Menuju Tangga Kesuksesan

5 Kunci Utama Perusahaan Menuju Tangga Kesuksesan
Pergeseran ke komputasi awan atau cloud, termasuk teknologi otonom itu sangat penting

Konsultan manajemen Peter Drucker pernah berkata bahwa cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah menciptakannya. Lantas, untuk perusahaan yang ingin menciptakan masa depan organisasi berbasis teknologi pada tahun 2022 dan seterusnya, prioritas utama bisnis apa saja yang perlu mereka pertimbangkan? Menurut Drucker ada 5 kunci utama untuk meraih kesuksesan.

Pertama, pemimpin perusahaan akan menuntut transformasi dari investasi cloud mereka. Menurut statistik, organisasi di seluruh dunia akan menghabiskan US$1,78 triliun untuk cloud dan inisiatif transformasi digital lainnya di tahun 2022.

Pergeseran ke komputasi awan atau cloud, termasuk teknologi otonom itu sangat penting. Di sektor swasta, sudah ada satu atau lebih digital cloud-centric di setiap industri, baik itu ritel, media, hiburan, perjalanan, pendidikan, logistik, layanan keuangan, perawatan kesehatan, elektronik konsumen, atau transportasi. Contohnya, Singtel bermitra dengan unicorn Grab untuk menawarkan layanan perbankan kepada pelanggan ritel dan korporat di Singapura. Ke depannya kita akan lebih sering melihat lebih banyak kemitraan digital yang tidak konvensional di berbagai sektor.

“Saat memasuki tahun 2022, kita akan mendengar lebih banyak para petinggi perusahaan meminta tim eksekutifnya memberikan bukti lebih banyak bahwa investasi cloud mereka memosisikan perusahaannya dalam mendapatkan keunggulan kompetitif jangka panjang,” ujar Davian Omas, Managing Director Oracle Indonesia secara virtual (22/1/2022).

Kedua, Machine Learning (ML) dan Artifical Inteligence (AI) akan menjadi kompetensi inti bagi perusahaan digital. Dengan besarnya data yang ada saat ini, perusahaan terus tenggelam dalam data, algoritme ML dan AI di lain sisi menjadi penyelamat, membantu perusahaan menganalisa dan terus mengambil pelajaran dari data tersebut untuk meningkatkan pengambilan keputusan serta menginformasikan berbagai tindakan selanjutnya. Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan masih bereksperimen dengan ML dan AI. Yang menjadi masalahnya adalah menemukan keterampilan yang diperlukan.

Ketiga, pelanggan dan pihak lain akan mengevaluasi perusahaan melalui lensa keberlanjutan (sustainability). Saat pelanggan membeli barang dan jasa, mengukur calon pemberi kerja, bahkan berinvestasi di saham, orang-orang dari segala usia akan semakin mengevaluasi rekam jejak dan komitmen keberlanjutan perusahaan kita. Maka banyak perusahaan mulai melakukan hal yang sama dengan pemasok dan mitra mereka, meminta mereka—dan diri mereka sendiri—bertanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon mereka, beralih ke sumber energi terbarukan, mengalihkan limbah dari tempat pembuangan sampah, dan mengadopsi praktik terbaik lingkungan lainnya.

Tahun 2022, akan menjadi kewajiban setiap perusahaan untuk menyusun dan menjalankan strategi keberlanjutan yang komprehensif, dimana suatu tatanan tinggi akan membutuhkan kepemimpinan yang lebih terfokus, terutama di Asia Pasifik.

Keempat, pengusaha yang tidak menyesuaikan pengembangan karier dan praktik perekrutan mereka dengan dunia pascapandemi akan tertinggal. Mempekerjakan dan mempertahankan orang-orang yang terampil dan berbakat terus menjadi prioritas hampir setiap perusahaan,

Laporan AI@Work 2021 oleh Oracle dan Workplace Intelligence menemukan bahwa sebagian besar responden mengatakan pandemi telah menyebabkan mereka merasa terjebak dan mendorong mereka untuk memikirkan kembali masa depan. Di Asia Pasifik, 84% pekerja ingin membuat perubahan karir di tahun depan; 86% pekerja tidak puas dengan dukungan karier atasan mereka, dan 91% dari mereka mengatakan atasan mereka harus berbuat lebih banyak untuk mendengarkan kebutuhan mereka.

Selain itu, 93% responden mengatakan pandemi telah membuat keseimbangan kehidupan kerja, kesehatan mental, dan fleksibilitas pekerjaan menjadi prioritas yang lebih besar bagi mereka. Berdasarkan laporna AI@Work, pekerja memiliki prioritas yang jauh berbeda sekarang dibandingkan sebelum pandemi.

Kelima, disrupsi rantai pasokan akan menjadi tidak pernah normal. Pandemi terus memaksa perencana rantai pasokan untuk menilai kembali prioritas mereka dan bagaimana mereka menerapkan teknologi manajemen rantai pasokan (SCM) terbaru, karena menurut pakar rantai pasokan Oracle Eric Domski dan Ryan Sumrak, tidak pernah normal menjadi normal baru.

“Sebagai contoh, dulu sistem inventaris yang tepat waktu adalah praktik terbaik pra-pandemi bagi sebagian besar perusahaan, saat ini inventaris dengan persediaan yang aman – atau apa yang dikenal sebagai manajemen inventaris berjaga-jaga – dianggap sebagai hal praktik yang normal saat ini,” jelas Davian.

Meskipun teknologi rantai pasokan yang tercanggih sekalipun tidak akan sepenuhnya mengantisipasi tingkat guncangan pasar seperti pandemi global, teknologi tersebut dapat membantu perusahaan mengetahui keseimbangan stok pengaman yang tepat.

Ketika perilaku pembelian orang bergeser—terutama dari saluran fisik ke saluran online—perusahaan perlu mengidentifikasi dan bereaksi terhadap perubahan tersebut dan merencanakan efek domino di seluruh pabrik, pusat data, dan rantai pasokan yang diperluas. “Sekaranglah waktunya untuk sepenuhnya memanfaatkan solusi perencanaan rantai pasokan Anda untuk mensimulasikan semua kemungkinan skenario dan menghasilkan perkiraan yang lebih baik dalam memprediksi pola permintaan global yang selalu berubah,”ungkapnya.

Dengan mempertimbangkan prioritas utama ini dalam konteks dampak bisnis, peluang dan tantangan, maka bisnis di Indonesia akan lebih mampu meningkatkan produktivitas mereka dan membantu menggiatkan kembali perkoniman nasional yang baru.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved