Personal Finance Trends

8 Mindset yang Harus Dimiliki Investor

Oleh Editor
8 Mindset yang Harus Dimiliki Investor

Pernahkan Anda mendengar nasihat ‘segala sesuatu bisa dicapai dengan mindset yang tepat’? Bukannya tanpa sebab, pikiran yang positif diketahui dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan. Pikiran yang positif akan membangun kepercayaan diri dan mood yang bagus untuk diri kita.

Dilansir dari Finansialku, kesuksesan saat berinvestasi khususnya saham 80% berasal dari mindset yang tepat dan 20% sisanya adalah kemampuan teknikal. Adapun berikut 8 mindset yang harus dimiliki oleh investor.

Alih – alih kaya, keinginan untuk cepat kaya justru akan menjauhkan kekayaan dari kita. Hal ini dikarenakan semakin kuat keinginan untuk kaya secara instan, semakin dekat pula dengan keserakahan. Ketika mata sudah dibutakan dengan keserakahan, maka Anda akan menjadi gelap mata, dan akan menuntun Anda pada kejatuhan. Warren Buffet dan Lo Kheng Hong menunjukkan bahwa investasi membutuhkan waktu, proses, dan konsistensi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sebagai investor, kita tuan rumah terhadap uang yang kita miliki. Oleh karena itu sudah selayaknya kita juga bertanggung jawab terhadap investasi kita sendiri. Jangan mempercayakan investasi Anda kepada siapapun selain Anda sendiri. Meminta informasi, pendapat, atau pandangan boleh-boleh saja. Tapi Anda lah yang harus mengambil keputusan.

Tamak disini berarti keberanian untuk mengambil risiko lebih di saat orang lain memilih mundur. Memang terdengar arogan dan menakutkan, namun dengan mindset ini Anda akan terbantu untuk mendapatkan keuntungan lebih. Saat harga saham naik, orang lain akan berbondong – bondong membeli saham tersebut dengan beranggapan saat nilai saham naik pasti akan menguntungkan. Sebaliknya, jika saham tersebut terlihat mengalami penurunan, investor lain akan mengalami panic selling karena takut mengalami kerugian. Mereka berani menjual di harga berapapun asal laku. Saat – saat seperti inilah yang dimaksud dengan menjadi tamak saat orang lain ketakutan.

Senada dengan mindset sebelumnya, Anda harus melihat penurunan harga saham sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Tetapi, dengan catatan kondisi fundamental perusahaan tersebut memang baik. Anggap saja Anda membeli barang bagus saat diskon.

Bukankah diversifikasi diperlukan saat berinvestasi untuk mengurangi risiko? Ya, memang betul. Namun, yang perlu diperhatikan adalah berapa banyak Anda mendiversifikasikan investasi Anda. Semakin banyak diversifikasi, maka semakin banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mengawasi semua pergerakan saham tersebut. Maka dari itu, Anda harus memperhitungkan berapa banyak yang perlu didiversifikasi.

Naik turunnya harga saham dalam jangka pendek adalah sebuah hal yang biasa. Harga saham tidak bisa terus – menerus naik. Adakalanya harga saham turun agar tidak mengalami overheat. Sebagai seorang investor, Anda sebaiknya menyikapi kenaikan dan penurunan dalam jangka pendek ini dengan bijak. Ingatlah bahwa selama fundamental saham tersebut bagus, percayalah bahwa dalam jangka panjang, saham tersebut akan selalu naik.

Membeli nilai perusahaan artinya Anda melakukan value investing atau investasi pada nilai – nilai perusahaan. Anda tidak sekadar membandingkan harga saham dari satu emiten terhadap emiten lainnya. namun, Anda juga menganalisis harga saham dengan nilai perusahaannya. alue Investing mengajarkan kepada kita cara melihat nilai perusahaan / intrinsic value dari sebuah perusahaan. Analisa fundamental dibutuhkan untuk mengetahui seperti apa nilai sebuah perusahaan.

Jika memang kita sudah memutuskan untuk membeli saham dengan fundamental bagus di saat harganya masih undervalued, mungkin pada awalnya saham tersebut tidak langsung naik. Ini hal yang biasa terjadi saat kita value investing. Selama fundamental perusahaan masih bagus dan belum overvalued, maka saham tersebut sebaiknya dipertahankan terus.

(Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh tim finansialku.com untuk swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved