Technology Trends

Agar Pelaku Bisnis Ritel Bisa Pangkas Ongkos Operasional

Aktivitas perdagangan tradisional memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Euromonitor International pada tahun 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Dari nilai pasar ritel senilai Rp7,5juta triliun, sebanyak Rp6,85 juta triliun atau sekitar 92% merupakan transaksi di toko kelontong.

Salah satu start up yang jeli melihat peluang ini adalah Gudangada. Start up yang sudah beroperasi sejak 2019 awal ini bergerak di bidang jual beli online untuk pedagang grosir dan eceran. Stevensang, Founder of GudangAda, mengatakan bahwa pihaknya membantu rantai pasok industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang kadangkala terhambat akibat infrastruktur dan tidak efisien, sehingga menyebabkan instabilitas harga.

“Gudangada hadir untuk membantu menjaga ketersediaan produk FMCG untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu pedagang yang mengalami keterbatasan suplai,” kata dia.

Lebih jauh, dia mengatakan, biaya operasional memakan 24% dari total biaya produksi. Biaya operasional yang tidak efisien menyebabkan harga konsumen jauh lebih mahal. Oleh karena itu, platform ini hadir untuk membantu pedagang eceran dan grosir memangkas ongkos operasional tersebut.

Platform juga mengkombinasikan penggunaan human touch dalam melakukan edukasi dan pendampingan di masa awal pengenalan untuk mengatisipasi adanya gap teknologi yang dimiliki. “Untuk menjalankan fungsi tersebut, kami memiliki lebih dari 600 orang di tim Business Development yang tersebar di 500 kota di Indonesia,” kata Imelda Scherers, VP Marketing & Commercial GudangAda.

Para pedagang akan dibekali pengetahuan tentang digitalisasi bisnis pada saat pertama kali menjadi member. Pengenalan ini akan membantu mereka memastikan ketersedian stok toko, dan melakukan transaksi untuk mendapatkan harga terbaik.

Saat ini, sudah ada 150 ribu pedagang grosir dan eceran yang telah menjadi member yang tersebar di seluruh Indonesia. Pedagang tradisional yang berbelanja melalui aplikasi Gudangada juga dapat menggunakan opsi GudangAda Logistik untuk mendukung kebutuhan operasional. Di sisi lain, Researcher at Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus, mengungkapkan, para pedagang tradisonal harus mengambil peluang di era digitalisasi ini. Apalagi, ditambah kondisi Pandemi Covid-19 yang menjadi katalisator bagi percepatan adopsi teknologi.

“Peran B2B e-commerce maupun marketplace menjadi penting dalam membantu para pedagang tradisional untuk dapat memanfaatkan teknologi,” kata dia. Lebih jauh dia mengaggap, konversi sistem tradisonal ke digital akan mampu mengatasi hambatan pada sisi supply chain pelaku usaha ritel konvensional.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved