Management Trends

Agar Petani Bisa Salurkan Hasil Panen Lebih Baik

Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, akses pasar menjadi tantangan tersendiri, terlebih saat pergerakan manusia tidak seleluasa sebelumnya. Petani dan UKM merupakan elemen yang sangat terdampak pandemi ini. Sinergi dua korporasi besar bisa menjadi solusi, bagi para petani dan UKM agar bisa keluar dari krisis ini.

Komoditas jahe merah di masa pandemi, menjadi komoditas pertanian yang melonjak tajam permintaannya. Memiliki potensi pasar yang terbuka baik di pasar nasional maupun di pasar global. Apalagi beberapa kajian pakar pandemi, memprediksi pandemi bakal belum usai bahak dalam 3 tahun ke depan. Kalau pun sudah usai, perilaku masyarakat tetap akan sama seperti saat pandemi, kebutuhan untuk menjaga daya tahan tubuh sangat tinggi. Seiring dengan makin berkembangnya industri jamu dalam negeri, jahe merah menjadi komoditas penting yang dibutuhkan sebagai bahan dasar pembuatan makanan, jamu maupun obat herbal lainnya.

Sigit P. Kumala Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)-yayasan yang dikelola Grup Astra mengatakan petani-petani di Desa Hariang, Petani di Desa Harian, Kabupaten Lebak, Banten memiliki mindset dan kemampuan berwirausaha yang berkelanjutan, serta mempunyai keinginan untuk berubah. “Kami sudah mendekati petani-petani Desa Hariang sejak 2018, mereka memiliki keinginan belajar yang kuat untuk budidaya jahe merah,” katanya saat meresmikan program Pembinaan Komoditas Jahe Merah yang melibatkan 30 petani binaan YDBA di Desa Hariang, Kabupaten Lebak, Banten.

Ia mengungkapkan, menariknya petani-petani di Desa Hariang juga sudah mempunyai sertifikasi budidaya jahe merah, tentu saja kelebihan ini memudahkan hasil panen bisa masuk ke industri. “Pekerjaan rumah selama ini adalah memasarkan produknya. Dengan kami sudah bisa menggandeng PT Bintang Toedjoeh (BT) akan memudahkan petani memasarkan hasil padennya. Bukan hanya itu, mereka akan terus dikembangkan agar sesuai dengan QCD (Quality Control Delivery) -nya oleh Bintang Toedjoe,” papar Sigit.

Menurutnya tantangannya saat ini adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas jahe merah sesuai dengan permintaan BT. “Kami sendiri, dari YDBA akan terus melakukan pelatihan basic mentality, pembukuan sederhana dan pelatihan teknis budidaya jahe merah agar bisa meningkatkan hasil produksi petani Desa Hariang,” terang Sigit.

Sari Pramadiyanti Head of BINA PT Bintang Toedjoe mengungkapkan, melihat kondisi awal cara para petani Desa Hariang bercocok tanam, memang ada proses yang harus diperbaiki, seperti proses penyemaian, penanaman dan pemupukan. “Kalau sebelumnya satu petani hanya bisa menghasilkan panen jahe merah 1-10 ton saja sekali panen, dengan adanya pelatihan saya bisa menargetkan akan jadi dua kali lipatnya dari sebelumnya, dengan pemilihan benih lalu disemai dengan benar, monitoring selama proses penanaman,” jelasnya.

Menurut Sari, pihaknya juga harus menyiapkan infrastruktur selain memperbaiki pola tanam agar, tidak menumpuk di satu musim tertentu saja. “Selama ini mereka kan daerah tadah hujan, yang baru mulai nanam pada semester kedua, dengan membangun infrastruktur perairannya, diharapkan petani akan menanam tidak pada waktu tertentu saja,” tambahnya.

Setelah pembinaan Desa Harian, Sigit berharap bisa meluas ke petani-petani desa lain yang disentuh kolaborasi seperti ini. Tidak harus dengan BT, bisa dengan korporasi lain. “Kami sedang mengembangkan ke daerah lain, mendukung pemerintah dalam upaya ketahanan pangan, dengan menggandeng pemerintah daerah,” tutur Sigit.

Ia menyebut hasil panen pertama petani Desa Hariang yang merupakan hasil binaan YDBA dengan BINA BT akan terjadi pada Oktober 2021. Sigit berharap bisa tercapai seperti disampaikan Sari bahwa hasil panen bisa dicapai dua kali lipat dibanding sebelum pembinaan. Untuk tahap awal ada 7-8 hektar lahan pertanian yang menjadi perhatian utama pembinaan ini. “Targetnya 30 ha, jika hasilnya cukup bagus sesuai dengan QCD Bintang Toedjoe, saya optimis akan tercapai target tersebut. Training harus diberikan konsisten dan bertahap, jika ingin hasil positif serta harus ada ketekunan para petani juga,” terangnya.

Sigit berharap program pembinaan yang merupakan komitmen YDBA dalam berkontribusi menjadikan petani jahe merah mandiri, bisa memdorong para petani naik kelas hingga siap memasarkan produknya ke kancah internasional.

Peresmian program pembinaan ini juga diselenggarakan untuk menjaga dan meningkatkan semangat UMKM agar terus konsisten menjalankan program-program yang mendukung peningkatan wawasan maupun keterampilan dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar quality, cost dan delivery (QCD). Ke depan Sigit berharap, program pembinaan ini dapat lebih banyak melibatkan petani lainnya, sehingga akan lebih banyak petani yang dapat mandiri dan naik kelas.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved