Technology Trends

AI Turut Akselerasi Dunia Pendidikan

AI Turut Akselerasi Dunia Pendidikan
Kuliah umum UICI bertema “Artificial Intelligence and Machine Learning for Higher Education”.

Adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari kini semakin meningkat. Tren ini telah mendorong akselerasi di berbagai industri, termasuk pendidikan.

Perekayasa Ahli Utama, Organisasi Riset Pengkajian Penerapan Teknonologi-Badan Riset Inovasi Nasional (OR PPT BRIN) Hammam Riza mengatakan masa depan dunia akan ditentukan oleh AI. “Siapa yang memimpin bidang AI pada tahun 2030, akan memimpin dunia hingga pada 2100,” kata Hammam dalam acara kuliah umum yang diselenggarakan oleh Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), (13/01) secara virtual.

Selain Hammam, hadir sebagai narasumber adalah Dosen Ilmu Komputer & Keamanan Siber University of South Carolina Aiken Houssain Kettani; Wakil Rektor Bidang Akademik, Penelitian & Pengembangan, serta Kemajuan Digital UICI Jaswar Koto; dan Dekan Malaysia-Japan International Institute, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Ali Selamat.

Pada kesempatan itu, Hammam menyampaikan banyak negara saat ini telah membangun rencana strategis implementasi AI. Pengembangan AI sendiri saat ini masih dikuasai oleh Amerika Serikat. Namun, perlahan hal itu akan disusul oleh China yang menjadikan AI sebagai prioritas negara pada tahun 2030.

Untuk Indonesia sendiri, Hammam menjelaskan BRIN-BPPT pada 2020 telah meluncurkan strategi nasional AI bersama 11 institusi litbang dan pemerintah, 11 perguruan tinggi, 6 komunitas, dan 9 industri. “Kita fokus kepada 4 wilayah, yaitu etika dan kajian kebijakan AI, Infastruktur dan Data AI, Pengembangan talenta AI, dan Riset dan Inovasi industry AI. Ini adalah fondasi dasar pemanfaatan AI menuju terwujudnya visi Indonesia Emas 2045,” kata Hammam.

Houssain Kettani yang menjadi narasumber pertama dalam kesempatan itu terlebih dahulu memaparkan tantangan dunia modern untuk pendidikan. Ia menjelaskan proses belajar mengajar di pendidikan tinggi terus berevolusi, dari penyampaian secara oral oleh seorang dosen hingga dimulainya pendidikan secara online.

“Pendidikan online ini menemui tantangannya, yaitu diantaranya soal kerahasiaan; integritas, bagaimana anda mengetahui seorang mahasiswa benar-benar mengikuti pembelajaran; ketersediaan jaringan internet; dan kualitas pendidikan,” kata Houssain.

Houssain menyampaikan pandemi Covid-19 turut mendorong masyarakat untuk menggunakan infrastruktur siber. Hal itu kemudian meninggalkan masalah terkait dengan keamanan data. Oleh karena itu, kesadaran siber menjadi hal penting untuk dapat melindungi masyarakat dari kejahatan siber.

Sementara itu Jaswar Koto menjelaskan implementasi AI dalam proses pembelajaran di UICI. Ia mengungkapkan UICI mengembangkan platform AI DSTLS (digital simulator teaching learning system).

“Mungkin orang akan bertanya apa perbedaan UICI dengan kampus yang lain? Yang membedakan UICI dengan kampus lain adalah learning system. Apa itu? Di UICI menggunakan artificial intelligence digital simulator teaching learning system,” kata Jaswar.

Jaswar mengungkapkan platform AI DSTLS akan memudahkan mahasiswa dan dosen melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu kemudahan yang ia sampaikan adalah saat login ke sistem. Para mahasiswa dan dosen tidak harus login dengan password, tetapi bisa dengan pengenalan suara atau gambar.

Kemudahan lain dari platform tersebut adalah proses pembelajaran di UICI bisa diakses dari mana saja dan kapan saja. Platform AI DSTLS juga lebih hemat kuota internet daripada sistem lain. Jaswar membandingkan penggunaan Zoom per semester bisa mencapai 700 GB, sedangkan menggunakan AI DSTLS hanya 9 GB.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved