Management Trends zkumparan

Alasan Garudafood Akuisisi dan Kolaborasi di Tengah Pandemi

Hardianto Atmadja Direktur Utama Garudafood pada acara public expose secara virtual

Di tengah tren perlambatan penjualan akibat pandemi COVID-19, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) melakukan langkah strategi yang sangat berani: open collaboration dan akuisisi.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup signifikan pada seluruh sektor industri, salah satunya industri makanan dan minuman sehingga saat ini bisnis pun belum dapat pulih seperti sedia kala. Hal ini tercermin pada kinerja Garudafood, di mana penjualan Semester 1-2020 mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya.

“Namun, kami berharap perekonomian di 2021 dapat berangsur membaik sehingga bisnis Garudafood dapat bertumbuh di tahun 2021. Kami tetap optimis dan cermat untuk menangkap setiap peluang dalam mengembangkan bisnis Garudafood salah satunya melalui open collaboration strategy,” jelas Hardianto Atmadja, Direktur Utama Garudafood pada acara public expose secara virtual (27/10/2020).

Paulus Tedjosutikno, Direktur Garudafood dalam paparannya menyampaikan hal senada dengan Hardianto, bahwa kinerja Garudafood semester 1-2020 menunjukkan adanya tren perlambatan penjualan sebagai dampak pandemi. Dalam laporan keuangan Garudafood periode Juni 2020, tercatat bahwa perusahaan mengalami penurunan penjualan bersih sebesar 8,38\% menjadi Rp 3.914 miliar dari periode sama di tahun sebelumnya Rp 4.270 miliar. Sedangkan laba bersih terkoreksi 49,77\% menjadi Rp 115 miliar dari periode Juni tahun lalu Rp229 miliar. Total aset tumbuh sebesar 8\% atau sebesar Rp5.468 miliar yang terdiri atas total liabilitas sebesar Rp2.874 miliar dan total ekuitas sebesar Rp2.594 miliar.

Seperti diketahui sebelumnya, Garudafood telah mengambil alih 55\% saham PT Mulia Boga Raya Tbk (MBR) pada 14 Oktober lalu dengan total transaksi senilai Rp 953,7 miliar, nilai dari 825 juta saham. Hardianto menjelaskan langkah perusahaan mengambil alih produsen keju merek Prochiz ini tentu memiliki alasan strategis jangka panjang. “Tujuannya sinergi bisnis dan strategi komplementer untuk pengembangan bisnis Garudafood ke depan,” ujarnya.

Menurutnya, Garudafood menerapkan holistic strategic model dalam setiap langkah pengembangan bisnisnya. Sebelumnya Garudafood mengembangkan open collaborations dengan Barry Callebaut, General Mills, Hormel, Suntory bahkan dengan Falcon. “Saat ini Prochiz merupakan merek keju nomor dua di Indonesia. Bagi kami dalam holistic strategic model yang kami jalankan merek yang kami gandeng memiliki 3 kekuatan: Best Brand, Best Network dan Best Value,” paparnya.

Best Brand artinya, Prochiz sebagai merek keju nomor dua di Indonesia akan menambah kekuatan merek-merek di bawah perusahaan dengan kode saham GOOD ini. Best Network, artinya langkah ini akan menambah kekuatan jaringan distribusi baik domestik maupun ekspor. Sedangkan Best Value, maksudnya, langkah ini akan memperkuat portfolio dairy Garudafood, yang telah memiliki varian produk biskuit berbasis keju.

Paulus menegaskan bahwa perusahaan akan tetap melanjutkan MBR sebagai perusahaan terbuka dan dikelola secara independen dengan mendukung pengembangan bisnis MBR ke depan. Ia menyebut ada beberapa potensi sinergi dari akuisisi ini, selain sinergi pengembangan produk dan marketing, distribusi produk (domestik dan ekspor) juga dalam bidang end to end supply chain.

Selain itu, melalui akuisisi ini laporan keuangan Garudafood akan dikonsolidasikan dengan MBR yang akan berdampak pada peningkatan laba dan penjualan Garudafood. Ke depannya, Garudafood akan mensinergikan bisnis keduanya dalam hal kegiatan operasional seperti pengembangan produk, aktivitas marketing hingga end-to-end supply chain. Serta menerapkan strategi komplementer untuk pengembangan dan perluasan jaringan usaha baik di domestik maupun internasional.

Sebelumnya, strategi open collaboration juga dilakukan Garudafood dengan menggandeng partner global yang telah sukses mengembangkan merek Bugles melalui produk Garuda O’Corn yang merupakan produk inovatif sebagai salah satu cara me-leverage brand Garuda ke kategori non-peanut. Sepanjang 2020, Garudafood tercatat telah merilis produk baru pada 2 kategori berbeda yaitu Chocolatos Milk Drink dalam kemasan Tetra Pak untuk kategori dairy serta Garuda Potato dan Garuda O’Corn di kategori snack. (Lebih detil tentang strategi Garudafood ke depan, bisa dibaca wawancara eksklusifnya di Majalah SWA edisi awal November).

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved