Business Research Property Trends zkumparan

Bagaimana Bisnis Real Estate di Asia Pasifik Tahun 2018?

Di tahun 2017, sejumlah transaksi besar real estate menjadi berita utama, antara lain Hong Kong tercatat sebagai negara dengan transaksi tertinggi di dunia untuk penjualan satu blok kantor The Center seharga US $ 5,2 miliar; konglomerat hotel Accor juga mengakuisisi apartemen service milik Australian Mantra Group senilai US $ 1,2 miliar; serta CapitaLand Investment Trust membeli Singapore Asia Square Tower 2 dengan harga US $ 1,5 miliar.

JLL Research memprediksikan volume transaksi Asia Pasifik akan bertumbuh 5% sampai di angka US $ 135 – US $ 140 miliar di tahun 2018, didorong oleh momentum di pasar utama dan meningkatnya ketertarikan di pasar yang berkembang. JLL mengungkapkan beberapa tren pada tahun 2018 yang perlu diperhatikan investor dan penghuni real estate.

Pertama, real estate India akan menjadi sasaran utama bagi para investor global. Para perusahaan pemain besar menargetkan investasi real estate high-profile di India di tahun 2017, seperti GIC Singapura membeli 33% saham di sebuah unit DLF Cyber ​​City seharga US $ 1,4 miliar. Anak perusahaan dari perusahaan asuransi global Allianz yang bergerak di sektor real estate juga mengumumkan kerjasamanya dengan perusahaan India.

Dr Megan Walters, Head of Research JLL Asia Pacifik, mengatakan, perkantoran level pertama dan sektor ritel India diproyeksi akan menghasilkan keuntungan tertinggi pada tahun 2018. “Kami telah melihat akhir dari gangguan jangka pendek di India akibat reformasi seperti demonetisasi dan penerapan pajak barang & jasa. 2018 mungkin merupakan tahun bagi para investor untuk mempertimbangkan langkah strategis masuk ke pasar India, dengan adanya fundamental jangka panjang dan pertumbuhan ekonomi yang positif,” ujarnya.

Sementara itu, investor Asia akan terus melakukan investasi di luar Asia pada tahun 2018 karena memiliki modal besar yang tidak dapat diserap oleh pasar lokal. Secara keseluruhan, investor dari Asia menghabiskan lebih dari US $ 26 miliar untuk properti di Amerika Serikat dan Eropa dalam tiga kuartal pertama tahun 2017.

Kedua, sektor alternatif akan menjadi pilihan bagi investor real estate. Investor akan mencari peluang alternatif pada sektor real estate seperti perawatan lanjut usia/rumah jompo, perumahan siswa, pendidikan, pusat data, dan fasilitas penyimpanan/gudang pribadi, hal ini bertujuan untuk variasi dalam portofolio mereka, serta untuk pertumbuhan jangka panjang.

“Permintaan pada sektor-sektor ini telah melebihi dari ketersediaan pasokan yang ada, dan permintaan dari segi demografis di wilayah tersebut telah berkembang dengan cepat. Hasil investasi dari fasilitas penyimpanan/gudang pribadi lebih menarik dibandingkan dengan kelas aset tradisional lainnya, berkisar dari lima sampai tujuh persen di Tokyo dan Singapura, lima sampai delapan persen untuk Australia, dan sekitar delapan persen di China dan India,” lanjut Dr Walters.

Ketiga, teknologi akan semakin berdampak pada cara kita menggunakan real estate. Proptech (Property and Technology) adalah disruptor terbaru dalam real estate yang kemungkinan akan memiliki perkembangan cepat pada tahun 2018. Perusahaan-perusahaan startup proptech Asia Pasifik telah menerima 60% (US $ 4,8 miliar) dari US $ 7,8 miliar yang dihimpun oleh perusahaan-perusahaan start-up proptech global dari tahun 2013 sampai 2017.

Jeremy Sheldon, Managing Director Markets and Integrated Portfolio Services JLL Asia Pacific, mengatakan, dalam jangka panjang, digitalisasi layanan, adopsi dan otomatisasi dari Internet of Things (IOT) akan berdampak signifikan terhadap strategi perusahaan real estate, struktur tim serta proses-proses yang dilakukan. Pengenalan sistem dan perangkat IoT akan mendorong pemanfaatan dan kinerja portofolio real estate secara transparan.”Bangunan-bangunan pintar akan membantu pemilik bangunan dan penghuni untuk memperbaiki kinerja dan menghemat biaya,” jelasnya.

Keempat, perusahaan-perusahaan akan mendesain kantor yang keren untuk bertujuan mencari karyawan yang berbakat. Meskipun pengaturan biaya merupakan prioritas dalam pengelolaan bisnis, namun kini pencarian terhadap karyawan yang berbakat tidak kalah pentingnya. Banyak organisasi yang menggunakan tempat kerja untuk meningkatkan keterlibatan karyawan, menarik serta mempertahankan bakat, dan di tahun 2018 perusahaan-perusahaan yang menggunakan co-working space akan terus berkembang.

Sheldon menambahkan, perusahaan yang menawarkan ruang dengan fasilitas berteknologi tinggi, personal dan inovatif – seperti ruang kerja kolaboratif, makanan dan minuman, area gym dan ruang kesehatan – akan menciptakan pengalaman human-centric yang menonjol dan menarik karyawan dengan bakat-bakat terbaik untuk bekerja di perusahaan tersebut. “Perubahan untuk menciptakan pengalaman holistik adalah awal perubahan dari konsep ruang kantor. Ruang kerja masa depan harus dapat memenuhi kebutuhan karyawan, sekaligus mendorong efektivitas dan tingkat keterlibatan,” dia menambahkan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved