Marketing Trends

Belvita Breakfast Lengkapi Gaya Sarapan Baru

Belvita Breakfast Lengkapi Gaya Sarapan Baru

Masih banyak orang yang lebih memilih melewatkan sarapan (makan pagi) dan menggunakan waktunya untuk kegiatan lain. Padahal, pentingnya sarapan pagi sebenarnya tidak bisa dimungkiri.

Menurut para ahli kesehatan, manfaat sarapan tidak bisa digantikan dengan makan siang atau makan malam. Makan pagi membantu mencukupi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan menurunkan kadar kolesterol. Sarapan juga dapat memelihara ketahanan, menjaga stamina tubuh, membantu konsentrasi, membuat koordinasi antara pancaindera lebih baik, serta mengurangi rasa lelah saat beraktivitas. Sarapan juga membantu kita mengontrol berat badan. Sebuah penelitian menunjukkan: orang yang sarapan mempunyai tubuh yang lebih langsing dibandingkan mereka yang tidak sarapan.

Mondalez

Ita Karo Karo Fernandez, Biscuits Head Mondalez Indonesia

Tren sarapan dan gaya hidup sehat yang berkembang sekarang membuat semakin banyak perusahaan makanan & minuman yang terjun ke sana. Sebutlah, Mayora, Nestle, Simba dan Kalbe Nutritionals, yang merilis produk kategori makanan sehat. Umumnya, yang beredar di pasaran adalah sereal & oatmeal. Mayora menguasai pasar produk sarapan di Tanah Air melalui Energen. Selain Mayora, ada Nestle dengan Fitnesse, Koko Krunch, Cornflakes dan Cookies Crisp; Simba dengan Choco Chips, Choco Rillas, Rainbow Hoops dan Tuffs; dan Kalbe dengan Entrasol Quickstart.

Yang terbaru, Mondelez Indonesia memperkenalkan Belvita Breakfast, biskuit yang dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produk ini resmi meluncur 19 April lalu. Belvita diklaim sebagai biskuit sarapan pertama di Indonesia.

Presiden Biskuit Asia Pasifik, Mondelēz International, Antoine Collete, menegaskan ambisinya memiliki 50% dari portofolio di kategori makanan kesehatan pada 2020, naik sepertiga dari total pendapatan tahun ini. “Biskuit Belvita Breakfast adalah salah satu inovasi produk yang kami banggakan untuk meraih ambisi pada 2020,” ungkap Antoine. Direktur Pemasaran Biskuit, Mondelēz International, Yogesh Anand, menambahkan, target tersebut bisa tercapai karena pasar makanan kesehatan, khususnya di Indonesia, sangat besar bila merujuk pada hasil Mondelez Indonesia Qualitative Survey tahun 2015.

Ita Karo Karo Fernandez, Manajer Senior Pemasaran Biskuit Indonesia, PT Mondelez Indonesia, meyakini, biskuit Belvita sesuai dengan perubahan gaya hidup dan kebiasaan sarapan yang sedang terjadi pada masyarakat Indonesia. Masyarakat urban di Indonesia bangun sangat pagi karena harus melalui kemacetan serta jarak tempuh yang panjang ke kantor. Hal ini memengaruhi kebiasaan sarapan mereka, di mana kebanyakan tidak memiliki pilihan selain melewatkan atau mengorbankan sarapan.

Mondalez

Ita Karo Karo Fernandez, Biscuits Head Mondalez Indonesia

Saat ini, di Indonesia, biskuit juga merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi saat sarapan, tetapi belum ada biskuit yang secara khusus dibuat untuk kesempatan ini. Belvita Breakfast menawarkan keuntungan yang menjanjikan, baik nutrisi, rasa (lezat) maupun kepraktisannya. Biskuit ini bergizi, memiliki rasa yang enak, serta praktis untuk dimakan di mana saja, sekalipun saat berada di perjalanan – sesuai dengan masyarakat perkotaan di Indonesia.

Mengapa harus meluncurkan makanan sehat dalam bentuk biskuit? Justru itulah diferensiasi yang dimiliki Belvita. Ketika yang lain menawarkan berbagai macam jenis sarapan, seperti sereal dan nasi goreng, justru ini peluang karena belum ada solusi yang menawarkan biskuit sebagai solusi untuk sarapan. “Makanya, kami menyebutnya sebagai biskuit breaksfast pertama di Indonesia,” katanya tandas.

Menurut Ita, biskuit Belvita telah dikenal sebagai ikon sarapan global yang berhasil mengubah menu sarapan melalui biskuit. Hingga saat ini, biskuit Belvita telah dipasarkan di lebih 50 negara: dari Eropa dan Amerika Utara ke Asia Pasifik dan Amerika Latin. Belvita juga memiliki performa pasar yang luar biasa secara global. Contohnya, di Mondelez Inggris, dalam waktu hanya dua tahun setelah peluncurannya, Belvita menjadi merek biskuit terbesar. Di Mondelez Amerika Serikat, pertumbuhan pendapatan untuk Belvita pada 2014 lebih dari 60%. Di mana saja di seluruh dunia, konsumen telah terbukti menjadikan biskuit Belvita Breakfast sebagai menu sarapan yang mereka digemari. Secara global Mondelez tumbuh hampir 28%.

Ita menegaskan, Belvita bukan sekadar biskuit. Ia mempunyai nutrisi komplet: vitamin A, B1 , B2, B3 dan vitamin D, kalsium dan besi. Belvita juga memiliki banyak jenis —crunchy, soft baked dan bites-– dengan banyak rasa. “Kami meluncurkan Belvita di Indonesia dalam dua portofolio favorit Belvita, yaitu milk and cereal serta honey and chocolate. Keduanya dalam ukuran 80 gram,” kata Ita.

Biskuit Belvita dirancang sebagai alternatif sarapan yang baru, yang sesuai dengan masyarakat Indonesia usia 25-35 tahun. Sesuai dengan target pasar, strategi pemasaran yang dipilih tentu lebih banyak ke edukasi melalui kampanye sarapan yang seimbang. “Kami mengerahkan seluruh upaya yang ada sepanjang tahun untuk meningkatkan kesadaran, cara serta kebiasaan bagi konsumen Indonesia untuk terbiasa mengonsumsi sarapan yang seimbang,” ungkapnya. Juga, menggunakan alat komunikasi terpadu, mulai dari televisi untuk membangun kebiasaan; kampanye digital nonstop pada media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube; serta sampel nonstop office-to-office dan di dalam toko. “Kegiatan terbaru kami adalah memperkenalkan Belvita di beberapa stasiun komuter di mana kami dapat mencapai kelompok sasaran kami, orang-orang dengan aktivitas serba cepat di pagi hari,” lanjutnya.

Saat ini bisnis makanan sarapan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 31,6 triliun. Dari nilai sebesar itu, diyakini Ita, belum ada merek yang menguasai pasar pada kategori menu biskuit di sarapan. Nestle, yang lebih dulu ada, mengembanglkan dalam bentuk sereal, yakni Nestlé Breakfast Cereal tahun 2009.

Dikatakan Maggie Effendy, Manajer Pemasaran Cereal Partners Worldwide Nestle Indonesia, kecenderungan gaya hidup masyarakat yang semakin mengutamakan kenyamanan (convenience) membuat sereal sarapan berkembang positif. Sebagai perusahaan terkemuka di bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, Nestle menyadari kesempatan yang dimiliki untuk menawarkan produk yang tepat dan membantu konsumen membuat pilihan gizi yang tepat bagi mereka. “Kami ingin konsumen dapat mengonsumsi makanan yang juga bisa memenuhi kebutuhan mereka akan makanan bergizi baik dengan mudah dan praktis,” ujarnya.

Terkait kompetisi di pasar, Nestlé Breakfast Cereal percaya bahwa setiap produk yang ada di pasaran memiliki peran masing-masing. “Kami mempunyai misi untuk membuat sarapan menjadi lebih baik melalui makanan yang mudah dikonsumsi, lezat serta bergizi yang membantu masyarakat memulai hari mereka dengan cara yang terbaik,” kata Maggie menegaskan. Karena itu, produk-produk Nestlé Breakfast Cereal berbahan utama gandum utuh yang memiliki kandungan gizi lebih lengkap daripada gandum yang disosoh. Tim NBC juga didukung para pakar yang selama 12 tahun senantiasa berinovasi guna membantu pencapaian misi tersebut, misalnya melalui pengembangan resep untuk memastikan produk-produk kami bergizi dan tetap lezat untuk dikonsumsi.

Handito Joewono, CEO & Chief Strategy Consultant Arrbey, melihat fenomena bisnis makanan sarapan masih akan terus berkembang. Terutama di kota-kota besar, ia yakin, akan terus meningkat itensitasnya. “Ke depan pertumbuhan bisnis ini akan tetap meningkat dengan potensi semakin menyebar ke kota-kota besar dan padat lalu lintas lainnya,” ujarnya.

Maka, ia menyarankan para pemasar harus mulai waspada terhadap serbuan pemain baru. Dalam hal ini dibutuhkan keteguhan, konsistensi, sekaligus kreativitas agar bisa menerobos steady market dari para penguasa pasar kawakan. Sebagai pendatang baru, Belvita harus bisa menggarap pasar Indonesia dengan lebih seksama. “Bermodal merek-merek makanan yang sudah hadir di pasar Indonesia seperti Cadbury, Toblerone, Oreo atau Ritz, seharusnya Belvita mampu melakukannya,” lanjut Handito.

Ia mengatakan, tantangan terbesar pemasar datang dari konsumen mereka sendiri. Artinya, bagaimana pemasar mampu meyakinkan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi produknya. Satu-satunya jalan tentunya dengan inovasi produk dan proses branding berkelanjutan.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved