Marketing Trends zkumparan

Berbisnis Sambil Peduli Lingkungan

Wilson Teoh, Direktur PT Juara Bike, produsen sepeda listrik

Juara Bike, yang didirikan pada 2011, merupakan perusahaan keluarga. “Pemiliknya bapak mertua saya. Beliau sudah menekuni industri sepeda angin selama 20 tahun, tapi pasarnya belum cukup bagus dan kuat di Indonesia. Bahkan, kami mengekspor ke negara-negara Eropa dan Amerika,” ungkap Wilson. Sang ayah lantas melihat peluang baru: sepeda berbahan bakar listrik. “Waktu itu, produk ini memang belum banyak diuangkan oleh pemain-pemain sepeda yang sudah bagus di Indonesia,” tutur sang menantu kepada SWA di pabriknya, Jl. Raya Serang 88, Pasir Gadung, Cikupa, Tangerang, Banten.

Juara Bike pun mulai belajar dari negara lain, terutama negara-negara berkembang yang sukses mengembangkan industri sepeda ,listrik seperti Vietnam, China, dan Filipina.

Wilson mengakui, sebelumnya sudah cukup banyak pemain yang terjun di bisnis sepeda listrik, terutama dengan menjual produk dari China. Namun, menurut dia, Selis-lah yang paling lama bertahan, bahkan menang di pasar. Ini karena Selis melakukan setidaknya tiga diferensiasi.

Pertama, berinovasi. “Model kami paling banyak, ada 40 varian kendaraan listrik – roda satu, dua, tiga maupun empat, bahkan kursi roda listrik – untuk menyasar berbagai segmen usia, mulai dari remaja hingga lansia,” katanya. Demikian pula dari sisi gender; ada yang berbodi maskulin untuk pria, ada yang feminin untuk ibu-ibu. Malah, Selis sudah membuat produk seperti sepeda motor dengan kecepatan 60-70 km/jam, tetapi belum berani memasarkan sekarang. “Kami tidak bisa mengambil varian yang sudah sukses di luar, lalu diduplikasi di sini, belum tentu bisa jalan. Jadi, kami selalu kembangkan produk yang sesuai dengan di sini.”

Masih terkait inovasi, setiap mengikuti pameran, Selis selalu melakukan survei pelanggan untuk mengetahui apa saja yang mereka butuhkan, jarak tempuh, kecepatan, gaya kendaraan, dan sebagainya. Dari survei ini dikembangkan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Namun, ada beberapa poduk yang sukses di luar dan dinilai cocok di Indonesia, lalu diluncurkan di sini. “September ini kami berencana meluncurkan kendaraan roda tiga yang bisa tilting atau fleksibel, bisa miring ke kiri atau ke kanan. Harga jualnya di atas Rp 20 juta,” papar Wilson.

Kedua, memperkuat layanan pascajual. Karena, seperti halnya motor atau mobil, ada beberapa suku cadang yang consumable, misalnya aki yang harus diganti secara berkala. Layanan lain, home service yang siap datang ke rumah pelanggan untuk melakukan servis atau penggantian suku cadang.

Ketiga, mudah dijangkau dan informatif. Selis memiliki 400-an titik distribusi di seluruh Indonesia, yang mencakup distributor, retailer, point of sales, dan ruang pajang (showroom). Ruang pajang Selis telah hadir di 12 kota, antara lain Palembang, Jakarta, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Denpasar. Ruang pajang langsung di bawah kendali PT Juara Bike, tetapi berupa distributor kemitraan.

Tipe ruang pajang berbeda-beda. Ada yang hanya penjualan dan servis. Ada yang penjualan, servis dan menyediakan suku cadang. Ada pula yang dibagi berdasarkan tipe produk; contohnya, toko yang berukuran 3×3 m2 atau 3×5 m2 tidak bisa menampilkan semua produk Selis, tetapi hanya bisa memajang produk fast moving. “Kami menjamin, pelanggan yang sudah membeli produk kami merasa nyaman bahwa di sekitarnya ada yang bisa melakukan servis atau penjualan suku cadang,” kata Wilson.

Pengelolaan ruang pajang dan distributor berbeda. Distributor lebih mengutamakan profit, sedangkan ruang pajang mementingkan branding. “Showroom tidak hanya untuk menjual, tapi juga meningkatkan brand image, misalnya dengan mengadakan event Fun Run atau Car Free Day, sementara distributor belum tentu bersedia melakukan hal itu,” kata mantan konsultan manajemen ini. “Kami juga memasarkan secara online di marketplace, di samping punya platform e-commerce sendiri.”

Selis diproduksi di Indonesia selain agar harga lebih murah, juga untuk meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri demi pengembangan industri. Bahan baku yang tersedia di Indonesia, seperti pipa dan besi, diambil dari pemasok lokal. Motornya masih dari luar, tetapi core technology-nya dipegang Selis. “Artinya, kami bekerjasama dengan pabrik di China untuk memproduksi khusus untuk merek kami,” kata Wilson. Saat ini, imbuhnya, komponen lokal Selis mencapai 35%.

Karena produk ini relatif baru di Indonesia, Selis rajin mengedukasi pasar perihal kegunaan dan cara merawatnya. Mulai dari roadshow, pameran (IIMS, Pekan Raya Jakarta, GIIAS, dll.), kerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, hingga melalui media sosial. “Melalui situs web kami, kami melakukan tutorial supaya konsumen bisa belajar secara otodidak, misalnya bagaimana merawat aki yang benar,” ujarnya.

Selis juga bekerjasama dengan Mandalika, kawasan ekonomi khusus yang semua berbasis listrik. “Hanya saja, kami membutuhkan bantuan pemerintah untuk mengatur industri kendaraan listrik. Di negara lain, Hong Kong misalnya, pembeli mobil listrik disubsidi pajak oleh pemerintah,” katanya.

Sejauh ini, menurut Wilson, respons pasar sangat bagus. Di setiap pameran, keinginan konsumen untuk mencoba produknya sangat tinggi. “Mereka datang ke booth kami dengan sangat antusias. Bahkan, Pak Jokowi pun sempat mampir ke booth kami. Beliau juga sangat terkesan,” tutur Wilson bangga.

Selain penjualan B2C, Selis melakukan penjualan secara B2B, walaupun masih di bawah 10%. Antara lain, dijual ke Google Indonesia yang menggunakan produknya untuk street view mapping. Ada juga kerjasama dengan bank untuk melakukan promo corporate atau kartu kredit kepada konsumen. Untuk B2B, Selis menerima customization untuk meningkatkan corporate branding, misalnya perusahaan yang ingin go-green seperti Lazada Express.

Didukung sekitar 240 karyawan, Juara Bike mampu memproduksi 20 ribu unit per bulan untuk semua tipe, dengan pertumbuhan penjualan –menurut Wilson– mencapai 40% per tahun. Kendala utama di industri ini adalah energinya. Sebetulnya, saat ini di Indonesia sudah ada 5.000 titik Stasiun Pengisi Listrik Umum (SPLU) milik PLN, tetapi belum banyak diketahui masyarakat umum. Di Jakarta saja ada sekitar 500-an titik. “Kami mengedukasi bahwa sekarang ada tempat charge. Dulu durasi charge bisa sampai delapan jam; sekarang, seiring perkembangan teknologi, dalam waktu tiga jam aki bisa terisi mencapai 60%,” ungkap Wilson.

Ke depan, selain akan terus inovatif dan menjamin kepuasan pelanggan, Selis berencana menjangkau pasar lebih luas, dengan masuk kecamatan dan desa. Dalam lima tahun ke depan, penjualan ditargetkan meningkat tiga kali lipat. “Saya melihat, tahun ini pemerintah mulai meregulasi kendaraan listrik. Momentum ini sangat penting bagi perkembangan industri ini,” kata Wilson optimistis. (*)

Nisrina Salma & Harmanto Edy Djatmiko


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved