Trends Economic Issues

Berkat Pariwisata dan China Dibuka, Pendapatan SCG Raup Rp 55,90 Triliun

SCG melaporkan hasil operasi untuk periode Kuartal I tahun 2023, yang terjadi pemulihan di semua unit bisnis, peningkatan penjualan dan keuntungan yang didorong oleh kebangkitan pariwisata dan pembukaan kembali perbatasan China. Untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang, SCG mempercepat fokusnya pada SCG Cleanergy, bisnis energi bersih end-to-end yang terus tumbuh sebagai respons terhadap tren global dalam perlindungan lingkungan.

Pengurangan biaya juga berhasil dicapai melalui peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif dan energi surya. Selain itu, proyek kompleks petrokimia, LSP (Long Son Petrochemicals) di Vietnam telah mulai memasuki fase uji coba untuk memproduksi resin plastik.

Roongrote Rangsiyopash, Presiden dan CEO SCG mengungkapkan bahwa hasil operasi Kuartal I tahun 2023 SCG (belum diaudit) menunjukkan pendapatan dari penjualan sebesar Rp 55,90 triliun atau US$3,80 miliar meningkat 5% QoQ. Sementara laba SCG sebesar Rp 7,18 triliun (US$487 juta), ini termasuk keuntungan satu kali dari penyesuaian nilai wajar (fair value adjustment) dari investasi di SCG Logistics, setelah transaksi merger SCG JWD Logistics dalam bisnis Bahan Bangunan Semen sebesar Rp5,19 triliun (US$ 353 juta).

“Angka ini meningkat dari kuartal sebelumnya, dengan peningkatan sebesar Rp 1,50 triliun. Peningkatan terjadi karena ada kenaikan penjualan di semua unit bisnis, penyebaran bahan kimia yang lebih tinggi, pemulihan pasar konstruksi, dan bangkitnya pariwisata. Hal tersebut mendorong permintaan untuk semen, bahan bangunan, dan kemasan di Thailand menjadi lebih tinggi. Juga ditambah dengan penurunan harga batu bara dan pengurangan biaya melalui penggunaan bahan bakar alternatif dan energi matahari yang lebih besar dalam operasi bisnis,” ujar Roongrote dalam keterangan resmi, Rabu (03/05/2023).

Sementara itu, laba tidak termasuk item tambahan akan menjadi Rp 1,96 triliun (US$133 juta), meningkat Rp1,50 triliun QoQ, karena penyebaran bahan kimia yang lebih tinggi dan volume penjualan, serta biaya energi yang lebih rendah. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan dari penjualan turun 16%, terutama dari bisnis bahan kimia.

Laba tidak termasuk item tambahan turun 42% YoY, sebagian besar disebabkan oleh volume penjualan dan pendapatan ekuitas yang lebih rendah di bisnis bahan kimia, serta biaya energi yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan dari penjualan produk dan layanan bernilai tambah tinggi (HVA) mencapai Rp 17,84 triliun (US$1,2 miliar), menyumbang 33% dari total pendapatan dari penjualan.

Tanawong Areeratchakul, CEO dan Presiden SCG Chemicals Public Company Limited (SCGC) yang merupakan anak usaha SCG mengatakan total penjualan SCGC meningkat karena kesiapan dan kemampuan untuk beradaptasi secara efektif dengan kondisi pasar. Selain itu, permintaan produk kimia meningkat setelah China dibuka kembali.

Sementara itu Presiden SCG Cement-Building Materials Business Nithi Patarachoke mengatakan bahwa kinerja bisnis bahan bangunan semen meningkat karena pemulihan ekonomi secara bertahap. Selain itu juga adanya pengurangan biaya dengan meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif, dari 34% tahun lalu menjadi 38%, dan meningkatkan penggunaan energi matahari dari 177 megawatt tahun lalu menjadi 179 megawatt pada Kuartal I tahun 2023.

“Seiring dengan berkembangnya inovasi hijau, penggunaan SCG Hybrid Structural Cement untuk membantu mengurangi pemanasan global telah meningkat sebesar 50%. Ini sangat membantu mengurangi emisi karbon dioksida dalam proses produksi hingga lebih dari 80.000 ton di Kuartal I tahun 2023 setara dengan menanam 8 juta pohon,” katanya.

Wichan Jitpukdee , CEO SCG Packaging Public Company Limited atau SCGP mengatakan hasil operasi SCGP telah meningkat karena kemampuannya memenuhi permintaan domestik untuk kemasan dan pemulihan industri pariwisata. Selain itu, SCGP bersiap untuk berinvestasi di Star Print Vietnam Joint Stock Company (SPV), salah satu produsen karton lipat offset, kotak kaku (rigid box), dan kemasan di Vietnam.

SCG di ASEAN

Mengenai pasar ASEAN, Roongrote mengatakan pemulihan tampaknya membutuhkan lebih banyak waktu. Suku bunga tinggi dan tingkat inflasi terus berdampak pada sektor real estate di beberapa negara. “Sementara itu, perekonomian global masih rentan, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, dengan risiko perlambatan ekonomi akibat krisis inflasi, tingginya suku bunga, dan fluktuasi harga energi,” katanya.

Pendapatan SCG dari operasi di luar Thailand, termasuk penjualan ekspor dari Thailand, tercatat sebesar Rp 22,62 triliun (US$1,53 miliar) pada Kuartal I tahun 2023 atau 42% dari total pendapatan dari penjualan.

Untuk operasi SCG di ASEAN (ex-Thailand), pendapatan dari penjualan pada Q1/2023 mencatat penurunan 20% YoY, sebesar Rp 9,62 triliun (US$653 juta), dan 17% dari total Pendapatan dari Penjualan SCG. Ini termasuk penjualan dari operasi lokal di setiap pasar ASEAN dan impor dari operasi Thailand. Per 31 Maret 2023, total aset SCG adalah sebesar Rp 405,80 triliun (US$27,09 miliar), sedangkan total aset SCG di ASEAN (ex-Thailand) adalah Rp180,93 triliun (US$12,08 miliar), 45% dari total aset konsolidasi SCG.

Khusus untuk SCG di Indonesia, perusahaan melaporkan pendapatan dari penjualan Q1/2023 sebesar Rp 4,16 triliun (US$283 juta), turun 33% YoY terutama dari bisnis Kertas Kemasan (Fajar Paper) dan ekspor yang lebih rendah dari Thailand. Anak perusahaan SCG di Indonesia, Siam-Indo dan SCG CBM Indonesia memperkuat kemitraan dengan berpartisipasi di pameran Asosiasi Arsitek Indonesia, ARCH:ID.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved