Trends Economic Issues zkumparan

BI Pertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate Sebesar 3,50%

BI Pertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate Sebesar 3,50%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia mempertahankan BI 7-Day Rverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat.

Sementara itu, perbaikan ekonomi nasional akan terus berlanjut di tahun 2022. Pada Triwulan IV 2021, BI mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% YoY, atau meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,51% YoY. Perbaikan tersebut terjadi di hampir seluruh komponen PDB sisi pengeluaran maupun lapangan usaha, sejalan dengan proses pemulihan aktivitas ekonomi domestik pasca merebaknya Covid-19 varian Delta pada triwulan III 2021.

“Secara keseluruhan tahun 2021, ekonomi tumbuh 3,69%, jauh meningkat dari kinerja tahun sebelumnya yang terkontraksi 2,07% (yoy),” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers yang dilakukan secara virtual siang tadi (10/02/2022). Pertumbuhan ekonomi tahun 2021, menurut Perry, terjadi di seluruh wilayah, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Sementara itu, pemulihan ekonomi nasional diprediksi akan terus terjadi dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,7-5,5% pada 2022. Angka tersebut didukung oleh percepatan vaksinasi, pembukaan ekonomi yang semakin meluas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah. “Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik. NPI pada 2021 diprakirakan mengalami peningkatan surplus dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata dia menambahkan.

Hal itu ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus sekitar 0,3% dari PDB dan surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat. Kinerja terkini menunjukkan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik terus berlanjut, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar US$1,1 miliar sampai dengan 8 Februari 2022.

Sedangkan, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2022 tetap tinggi, yakni US$141,3 miliar, atau setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. “Kinerja NPI pada 2022 diprakirakan tetap terjaga dengan defisit transaksi berjalan yang diprakirakan tetap rendah dalam kisaran 1,1% – 1,9% dari PDB,” kata dia. Selain itu, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap surplus, terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA), sejalan dengan semakin membaiknya iklim investasi di dalam negeri.

Per Februari 2022, nilai tukar rupiah juga menguat di level 0,17% secara point to point meski melemah 0,27% secara rerata dibandingkan dengan level Januari 2022. Perkembangan nilai tukar Rupiah tersebut ditopang oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing dan pasokan valas domestik, persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, dan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar Bank Indonesia. Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 9 Februari 2022 mencatat depresiasi sekitar 0,73% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.

Sementara, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2022 tercatat sebesar 0,56% (mtm) atau 2,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,87% (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.

“Inflasi kelompok volatile food meningkat didorong oleh tertahannya pasokan seiring dengan berlangsungnya periode tanam dan kenaikan harga CPO di pasar global.” Sedangkan, inflasi kelompok administered prices meningkat dipengaruhi oleh penyesuaian harga LPG nonsubsidi dan dampak kenaikan cukai tembakau. Inflasi pada tahun 2022 diprakirakan terkendali dalam sasaran 3,0%±1% sejalan dengan masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi permintaan, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah.

“Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran sasarannya,” kata Perry. Di sisi lain, dia mengatakan, BI juga telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp10,34 triliun pada tahun 2022 dan melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp3,56 triliun melalui mekanisme lelang utama.

Kondisi likuiditas perbankan bulan Desember 2021 tetap longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 35,12% serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,21% (yoy). Likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) pada Desember 2021 yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 17,9% (yoy) dan 13,9% (yoy).

Suku bunga perbankan juga tercatat menurun. Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 25 bps dan 131 bps sejak Desember 2020 menjadi 2,79% dan 2,96% pada Desember 2021. Di pasar kredit, suku bunga kredit baru melanjutkan tren penurunan sejalan dengan penurunan Harga Pokok Dana untuk Kredit dan perbaikan persepsi risiko perbankan, di tengah aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang meningkat. “Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional.”

Sementara itu dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar khususnya untuk kredit investasi dan modal kerja. Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan. Untuk mendorong pemulihan ekonomi, BI juga akan melanjutkan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran. Pada Januari 2022, nilai transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 66,65% (yoy) mencapai Rp34,6 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 62,82% (yoy) menjadi Rp4.314,3 triliun.

Sementara, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga mengalami pertumbuhan 14,39% (yoy) menjadi Rp711,2 triliun. Selanjutnya transaksi QRIS terus meningkat sejalan dengan akseptasi masyarakat, baik nominal maupun volume, masing-masing meningkat sebesar 290% (yoy) dan 326% (yoy). “BI terus mendorong inovasi sistem pembayaran serta menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran. Bank Indonesia mendorong kepada peserta BI-FAST untuk melakukan perluasan layanan BI-FAST dan melanjutkan pengembangan BI-FAST fase 1 tahap 2,” kata dia menambahkan.

Bank sentral juga kini telah melanjutkan uji coba QRIS antar negara dengan Thailand dan Malaysia serta menjajaki perluasan kerja sama QRIS antar negara di kawasan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved