Management Trends

BNI Syariah Dukung Pengembangan Ekosistem Halal

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto

BNI Syariah bersama Kelompok Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomika dan Bisnis (KSEI FEB) Universitas Diponegoro bersinergi menyelenggarakan National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020. Webinar dengan tema ”Reconstruction of The Halal Industry Towards Indonesia as The Center For Global Islamic Economy” ini bertujuan untuk mendorong peningkatan awareness industri halal di kalangan masyarakat dan akademisi.

Dalam webinar yang dihadiri lebih dari 250 peserta ini Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto berharap, National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020 ini bisa meningkatkan pemahaman dan literasi masyarakat mengenai keuangan syariah. “Berdasarkan data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih cukup rendah yaitu masing-masing 8,9% dan 9,1%,” kata Wahyu.

Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan potensi halal ekonomi di Indonesia masih cukup besar. “Indonesia mempunyai populasi muslim terbesar di dunia dan pengimpor produk halal keempat terbesar di dunia,” katanya.

Sandiaga menjelaskan, ekonomi halal, UMKM dan sektor konsumsi adalah salah satu solusi kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan melakukan rekonstruksi di industri halal, diharapkan Indonesia bisa menjadi pusat episentrum dari global islamic economic.

Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Dwi Cahyo Utomo berharap webinar ini bisa memberikan kontribusi selain pada universitas tetapi juga masyarakat secara umum. “Pengembangan ekonomi Islam menjadi salah satu semangat Universitas Diponegoro dalam mengembangkan endowment fund dalam konsep wakaf,” kata Dwi Cahyo Utomo.

Perbankan syariah memiliki peluang yang besar didukung oleh besarnya potensi bisnis industri halal. Berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, potensi bisnis industri halal sebesar US$ 2,2 triliun, terdiri dari halal food, fashion, media, tourism, pharmacy, cosmetics, dan umrah.

Namun demikian, bisnis industri halal, ke depannya menurut Wahyumasih akan menghadapi beberapa tantangan diantaranya adalah banyaknya terjadi perubahan yang tidak terduga (turbulent) sehingga membuat lingkungan bisnis, sosial, dan industri berubah sangat cepat.

Selain itu, faktor ketidakpastian (uncertainty), menyebabkan banyak hal baru yang sifatnya tidak terduga (novelty), serta ketidakjelasan akibat terlalu banyak informasi (ambiguous). “Semua faktor tersebut menjadi tantangan kita dalam mengembangkan ekosistem halal,”ujar Wahyu.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan inovasi dan kolaborasi. Inovasi digital saat ini meningkatkan peran bank syariah, tidak hanya dari sisi permodalan tapi juga untuk mempermudah sistem pembayaran.

Selain digitalisasi, untuk meningkatkan industri halal juga harus dilakukan melalui kolaborasi. Kolaborasi ini dilakukan BNI Syariah salah satunya dengan mengembangkan Platform Sekolah Pintar. Dengan kolaborasi, menurut Wahyu Avianto, peran bank sebagai kolaborator dengan ekosistem terkait (open banking).

BNI Syariah saat ini fokus untuk mengembangkan produk-produk digital diantaranya melalui uang elektronik HasanahKu dan fasilitas pembukaan rekening melalui Hasanah Online.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved