Business Research

2016, Deutsche Bank Prediksi PDB Per Kapita US$ 6.000

Oleh Admin
2016, Deutsche Bank Prediksi PDB Per Kapita US$ 6.000

Pandangan positif terhadap ekonomi Indonesia untuk beberapa tahun ke depan terus bergulir. Salah satunya adalah prediksi Deutsche Bank bahwa potensi produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia dapat mencapai US$ 6.000 pada tahun 2016.

Heriyanto Irawan, Chief Equity Strategist Deutsche Bank, memiliki pandangan yang positif atas pasar Indonesia. Hal ini didasari oleh pengamatannya atas siklus yang sedang berlangsung dengan baik di sektor ekonomi riil. Konsumsi dalam negeri yang meningkat berpotensi untuk menggerakkan investasi yang lebih besar, dan dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah lapangan kerja. Tren tersebut bila digabung dengan ketersediaan kredit yang meningkat, pertumbuhan penghasilan yang kuat, dan lingkungan investasi yang aman secara berkelanjutan, akan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga dua kali lipat selama lima tahun ke depan.

“Kami melihat terjadinya sebuah evolusi di mana ekonomi yang pada awalnya digerakkan oleh konsumsi dalam negeri, kini digerakkan oleh investasi. Lonjakan investasi ini terjadi secara merata, mulai dari kebutuhan rumah tangga, barang mewah, hingga jasa perantara serta pada industri berat yang bermodal besar,” ucap Heriyanto.

Tumbuhnya investasi telah menyebabkan menguatnya tingkat lapangan kerja sekitar 8-9 persen pada kuartal III-2012 di daerah perkotaan tanpa preseden. Keuntungannya sudah jelas, sebab untuk pertama kalinya, rata rata orang Indonesia menghabiskan lebih banyak pengeluaran pada barang-barang non-makanan di bandingkan dengan makanan di setahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa para konsumen tidak mengejar produk-produk yang sama, tetapi membelanjakan penghasilan pada konsumsi produk-produk baru atau yang lebih mewah seiring dengan semakin besarnya penghasilan mereka.

Berkembangnya penduduk berpenghasilan menengah yang berpotensi untuk meningkat hingga 200 juta di tahun 2016 merupakan sebuah dinamika penting lainnya. Hal ini dapat membantu memastikan momentum yang kuat di balik perubahan perilaku konsumsi. “Perubahan demikian mengundang lebih banyak pengembangan bisnis dan investasi baru, yang kemudian akan membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatnya daya beli konsumen. Inilah yang kami lihat sebagai siklus yang positif,” tambahnya.

“Industri perbankan dalam hal ini juga dapat membantu mendorong pertumbuhan dengan tingkat gearing yang rendah dan persaingan antar bank yang semakin ketat berarti kredit akan semakin mudah dan murah. Dua dari tiga kredit yang diberikan bank adalah pinjaman yang diberikan kepada para pelaku bisnis, bukan pada para konsumen. Hal ini memastikan perluasan dari sisi pasokan tidak ketinggalan oleh lonjakan kebutuhan konsumen yang kuat,” papar Heriyanto.

Dia juga juga menuturkan bahwa peningkatan upah minimum yang signifikan di tahun depan dapat menjadi bumerang. Namun, untuk saat ini, kelihatannya hal ini tidak akan terjadi. Ia menekankan bahwa faktor kunci untuk menjaga keberlangsungan bisnis adalah para pelaku bisnis harus bekerja dengan baik.

“Pada umumnya, kami memperkirakan perlu ada peningkatan penjualan sebesar 2-3 persen untuk menetralisir peningkatan upah buruh yang tajam. Hal ini kelihatannya tidak terlalu berlebihan dalam ekonomi yang berkembang. Terlebih lagi, sekitar separuh dari tenaga kerja Indonesia diperkirakan berpenghasilan upah minimum. Populasi ini mempunyai kecenderungan untuk belanja. Karena kebanyakan tidak menghasilkan cukup uang untuk menabung, kami percaya bahwa akan ada banyak efek tinggi dapat timbul dari peningkatan upah mendatang, mengingat pembelanjaan rumah tangga merupakan sekitar dua per tiga PDB,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, siklus ekonomi yang baik didorong oleh simbiosis antara konsumsi dan investasi, dan didukung oleh berkembangnya pendapatan kelas menengah dan perluasan kredit, berarti pertumbuhan penghasilan yang kuat dapat berkelanjutan walaupun di tengah kondisi ekonomi global yang melemah secara berkepanjangan dan harga-harga komoditas yang tertekan. Deutsche Bank pun yakin bahwa potensi PDB per kapita Indonesia dapat mencapai US$ 6.000 di tahun 2016.

Heriyanto pun menyimpulkan, “Kami tetap optimistis dengan pertumbuhan pendapatan. Sementara pada tingkat investasi saham, kami mengharapkan adanya perubahan dalam kinerja saham, yang membuat pilihan saham bottom-up menjadi sangat krusial. Indonesia sangat mungkin menjadi pasar pemain saham dengan meningkatnya persaingan di tengah-tengah potensi pertumbuhan ekonomi selama lima tahun mendatang.” (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved