Business Research

8 dari 10 Perusahaan Keluarga di Indonesia sudah Memiliki Rencana Suksesi

8 dari 10 Perusahaan Keluarga di Indonesia sudah Memiliki Rencana Suksesi

Labuan International Business and Financial Centre (Labuan IBFC) meluncurkan laporan riset baru yang menunjukkan bahwa usaha berbasis keluarga di Indonesia menempati posisi terdepan di Asia Tenggara dalam perencanaan dan persiapan alih kepemimpinan atau suksesi kepemimpinan setelah pemimpin sebelum mereka pensiun atau mundur (29/1). Laporan hasil riset ini diolah berdasarkan survei terhadap 250 usaha berbasis keluarga di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.

IMG_20150129_160219

“Bahwa memang Indonesia menempati posisi teratas dengan 78%. Hampir 8 dari 10 perusahaan keluarga sudah memiliki rencana suksesi. Dari rencana suksesi tersebut telah diterima dan disetujui oleh dewan direksi. Hanya 16% dari perusahaan Indonesia yang tidak memiliki rencana suksesi usaha,” ungkap Kevin Plumberg, editor laporan dari hasil riset tersebut.

Laporan riset yang berjudul “Bulding Legacies: Family Business Succession in Southeast Asia” by the Economist Intelligence Unit (EIU), juga menghasilkan temuan bahwa 57% dari usaha keluarga di Indonesia telah menyiapkan struktur pengelolaan kekayaan seperti yayasan dan 53% menyiapkan perwalian untuk mengelola suksesi dan pengalihan kekayaan antar generasi kepemimpinan usaha keluarga.

“Dua pertiga dari usaha keluarga sudah merencanakan usaha suksesi dan untuk mempertahankan kendali atas sebuah usaha sangat penting. Hanya 2% dari responden yang berkata bahwa mereka dapat memilih pemimpin dari luar keluarga,” ungkapnya.

Indonesia unggul jauh saat dibandingkan dengan Singapura, yang menempati urutan terendah dalam perencanaan suksesi secara formal. Hasil riset menemukan bahwa hanya 58% dari usaha berbasis keluarga di Singapura yang memiliki rencana suksesi formal, sementara 35% pimpinan usaha di Singapura menyiapkan struktur yayasan untuk mengelola rencana suksesi dan menjaga pelestarian kekayaan mereka.

“Yang agak mengejutkan adalah hasil riset ternyata menunjukkan Singapura, yang merupakan pusat keuangan di Asia Tenggara, justru paling tidak siap dalam menyiapkan dan menggunakan yayasan, perwalian, serta penasihat eksternal dalam menangani suksesi usaha mereka,” jelas Kevin.

Ia juga mengatakan tentang kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan keluarga, yaitu mereka lamban beradaptasi dengan trend usaha dan lamban dalam melakukan inovasi. “Studi ini menemukan persamaan dari kelemahan perusahaan keluarga di negara berkembang dan negara maju, yaitu sama-sama kekurangan generasi kepemimpinan,” tuturnya.

Sebagai informasi, laporan ini didasarkan pada survei dan wawancara yang dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2014.

Berikut adalah daftar 5 besar daftar kekayaan pucuk pimpinan perusahaan keluarga di Indonesia. (EVA)

1. Michael Hartono, US$ 9,7 miliar – Djarum 2. Robert Hartono US$ 9,7 miliar – Djarum 3. Anthoni salim US$ 5,9 miliar – First Pasific 4. Eka Tjipta Widjaja US$ 5,4 miliar – Sinar Mas 5. Susilo Winowidjojo – US$ 4,6 miliar – Gudang Garam


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved