Business Research zkumparan

Brands of Choice in Pandemic Era

Budiman Goh, Chief Operating Officer Grup Enesis
Budiman Goh, Chief Operating Officer Grup Enesis

Sejumlah produk dan merek mengalami lonjakan permintaan selama pandemi Covid-19. Kategori produk apa yang permintaannya melejit dan apa saja merek pilihan konsumen? Berikut ini hasil survei Business Digest yang dilakukan ketika wabah corona sedang menanjak di Indonesia.

Dari survei online yang dilakukan Business Digest selama April 2020, yaitu ketika pandemi Covid-19 sedang menanjak di Indonesia, terdapat 10 jenis produk yang diburu konsumen dengan volume pembelian yang makin meningkat. Ke-10 jenis produk itu meliputi: masker, hand sanitizer, air mineral, vitamin C, paket data, sabun cuci tangan, disinfektan, suplemen, dan madu.

Dari 396 responden yang terjaring dalam survei dengan aplikasi Monkey Survey itu, 27%-nya menyatakan membeli masker lebih banyak dibandingkan pada kondisi normal, 20% membeli hand sanitizer lebih banyak, 19% membeli air mineral dan vitamin C lebih banyak, dan 17% membeli paket data lebih banyak.

Paket data merupakan satu-satunya produk di luar kesehatan, kebersihan, dan makanan yang jadi incaran masyarakat selama pandemi. Ini tentu sejalan dengan seruan kepada masyarakat agar “Di Rumah Saja”, baik untuk belajar, bekerja, maupun melakukan aktivitas lainnya, yang secara otomatis akan meningkatkan kebutuhan paket data.

Di luar ke-10 jenis produk yang telah disebutkan, masih ada deretan produk lain, seperti mi instan, sabun antikuman, pembersih lantai, dan deterjen, yang juga diburu konsumen dengan volume pembelian yang meningkat dibandingkan sebelum ada Covid-19. Data selengkapnya bisa dilihat pada Bagan.

Yang di luar dugaan, ternyata selama masa pandemi, hingga April, kebiasaan cara berbelanja masyarakat masih belum banyak berubah. Sebesar 52,1% responden mengaku masih berbelanja dengan datang langsung ke tempat penjualan. Dari jumlah itu, 98%-nya mengaku berbelanja di warung/toko dekat rumah. Adapun responden yang berbelanja secara online hanya 6,9%.

Lalu, apa harapan responden terhadap perusahaan atau merek? Lima harapan terbesar mereka yaitu produsen menjaga harga stabil (90%), menambah stok produk (74%), menyelenggarakan promo/diskon produk khusus (69%), menambah saluran distribusi produk (59%), dan membatasi jumlah pembelian produk (46%).

Merek-Merek Pilihan Konsumen

Jonathan Sudharta, CEO & co-founder Halodoc.

Temuan menarik lain dari survei ini adalah terjaringnya merek-merek pilihan konsumen dari 27 kategori produk. Bagaimana survei ini menjaring merek-merek pilihan konsumen, silakan lihat penjelasan di boks Metodologi. Yang pasti, setiap merek pilihan setidaknya dihimpun dari penilaian yang dilakukan oleh minimal 15 responden.

Untuk kategori masker (produk yang paling diburu konsumen selama pandemi), terdapat tiga merek pilihan konsumen dengan urutan OneMed, Sensi, lalu Skrineer. Untuk kategori hand sanitizer, terdapat empat merek pilihan konsumen, yaitu Antis, OneMed, Nuvo, dan Dettol. Untuk kelompok obat panas dalam, dua merek jadi pilihan, yaitu Ademsari dan Larutan Cap kaki Tiga. Untuk supermarket, konsumen memilih Alfamidi dan Superindo. Dan seterusnya, merek-merek pilihan konsumen selama era pandemi dari 27 kategori produk bisa dilihat pada Tabel.

Budiman Goh, Chief Operating Officer Grup Enesis sebagai pemilik merek Antis, mengatakan bahwa Antis sudah ada di pasar sejak 1999, yaitu ketika sebagian masyarakat belum aware terhadap kebersihan. “Dengan telaten selama 21 tahun kami mengedukasi masyarakat akan pentingnya membawa hand sanitizer ke mana pun kita pergi,” katanya tandas. Dengan perjalanan yang panjang, Budiman tidak heran, di era pandemi Covid-19 ini Antis menjadi top of mind dan dipilih masyarakat.

Menurut dia, Enesis bukan sekadar menghadirkan produk hand sanitizer. Namun, juga melakukan riset terkait formulasi, aroma, keampuhan, dan keamanan produk saat digunakan. “Jadi, secara produk kami siapkan benar kualitasnya dengan penelitian. Lalu, dalam hal awareness kami bangun branding dengan berbagai strategi,” katanya.

Budiman mengatakan, Enesis ingin melayani semua segmen. Untuk segmen bawah, pihaknya menyediakan kemasan ekonomi sachet dengan harga Rp 1.000-an. Untuk kelas menengah, disediakan kemasan botol kecil dan besar serta kemasan reffil pouch berisi 350 ml. Enesis juga menghadirkan layanan B2B dengan dirigen ukuran 5 liter dan 10 liter.

Sebelum pandemi, Budiman memperkirakan hanya sekitar 5% masyarakat yang menggunakan hand sanitizer, tetapi sekarang siapa pun menggunakannya. Dia mengakui penjualan Antis meningkat hingga 1.000 kali lipat dalam era pandemi ini.

Salah satu jasa/layanan yang menjadi pilihan konsumen di era pandemi adalah aplikasi konsultasi dokter, Halodoc. “Jika dibandingkan 5-6 bulan lalu, transaksi kami mengalami peningkatan 600%. Sementara user monthly aktif kami mengalami pertumbuhan 300%, dari 7 juta menjadi sekitar 22 juta,” kata Jonathan Sudharta, CEO & co-founder Halodoc.

Menurut Jonathan, langkah pertama Halodoc menghadapi era pandemi adalah mengedukasi dokter. “Banyak dokter di Indonesia yang tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi Covid-19,” ungkapnya. Untuk itu, Halodoc melakukan webinar selama dua hari yang diikuti 6 ribu dokter dengan menghadirkan pembicara dokter dari China, Inggris, dan beberapa negara yang telah mengalami Covid-19.

Inovasi Halodoc lainnya adalah meluncurkan layanan Rapid Test Drive Thru yang sekarang sudah berada di 10 lokasi di Jabodetabek dan Surabaya serta menjangkau Pekanbaru. Sebelumnya, Halodoc meluncurkan fitur chatbot untuk menjawab pertanyaan pelanggan. “Dalam tiga minggu terdapat 7,2 juta orang yang dilayani oleh chatbot,” ujar Jonathan. Dan menghadapi era new normal, Jonathan menargetkan membuka lagi Rapid Test Drive Thru di 10 kota yang membutuhkan. (*)

Metodologi Survei

Survei dilakukan secara online pada April 2020 dengan menggunakan aplikasi Monkey Survey. Kuesioner telah disusun sebelumnya, kemudian didistribusikan kepada masyarakat melalui link website yang langsung bisa dijawab oleh responden, baik melalui ponsel maupun desktop. Target responden adalah masyarakat umum, warga negara Indonesia usia 21 tahun ke atas, dengan pendidikan minimal SMP.

Selain diajukan pertanyaan terkait persepsi terhadap Covid-19, kekhawatiran terhadap Covid-19, dan harapan terhadap peran merek/perusahaan terkait Covid-19, kepada responden juga diajukan pertanyaan untuk menilai merek-merek yang mereka gunakan selama pandemi.

Untuk menilai merek, responden diminta memberikan skala penilaian 1-10 terhadap empat parameter survei yang meliputi: Kepuasan (kepuasan secara keseluruhan menggunakan produk selama era pandemi corona), Kesukaan (kesukaan menggunakan produk selama pandemi corona), Kemudahan (tingkat kemudahan untuk membeli/mendapatkan produk selama pandemi corona), dan Rekomendasi (keinginan untuk merekomendasikan kepada teman/kerabat).

Adapun Brand of Choice Index dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari empat parameter tersebut. Merek yang dimasukkan sebagai brand of choice in pandemic era setidaknya (minimal) mendapat penilaian dari 15 responden.

Secara keseluruhan, survei ini berhasil menjaring 396 responden. Lebih dari 50% responden punya pengeluaran bulanan di atas Rp 3 juta, 63% dengan tingkat pendidikan diploma hingga sarjana, dan mayoritas responden bekerja di perusahaan swasta. (*)

Reportase: Herning Banirestu, Anastasia Anggoro S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved