Business Research

Catatan Bank Indonesia terhadap Inflasi dan Perdagangan di Awal 2014

Oleh Admin
Catatan Bank Indonesia terhadap Inflasi dan Perdagangan di Awal 2014

Bank Indonesia menilai bahwa kenaikan inflasi bulan Januari 2014 belum mengganggu prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan. Hal ini tergambar pada inflasi secara tahunan yang masih berada dalam tren menurun.

Bank Indonesia“Sesuai dengan pola musimannya, inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) bulan Januari 2014 tercatat meningkat, yaitu 1,07 persen (month to month), atau sama dengan rata-rata historis dari tahun 2008 sampai dengan 2013,” terang Peter Jacobs, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Senin (3/2/2014).

Kenaikan inflasi terutama dipengaruhi dampak kenaikan inflasi volatile food yang mencapai 2,89 persen (mtm), akibat bencana alam dan banjir yang kemudian mengganggu produksi dan distribusi pangan di berbagai daerah terutama Jawa dan Sumatera. Sementara itu, inflasi administered prices meningkat dari 0,52 persen pada Desember 2013 menjadi 1 persen (mtm), akibat dampak kenaikan harga LPG 12 kg. Dan, inflasi inti mencapai 0,56 persen (mtm), antara lain didorong kenaikan harga kendaraan bermotor dan alat elektronik yang sejalan dengan dampak pelemahan rupiah.

Dengan demikian, inflasi IHK bulan Januari lalu secara tahunan tercatat 8,22 persen (yoy). Menurun dari 8,38 persen (yoy) pada Desember 2013. Demikian pula inflasi inti yang juga menurun dari 4,98 persen (yoy) pada Desember tahun lalu menjadi 4,53 persen (yoy) pada Januari 2014. Namun demikian, BI akan terus mencermati perkembangan inflasi ke depan sehingga tetap dapat dikelola sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Selain itu, BI pun menyambut baik penggunaan perhitungan tahun dasar baru inflasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yakni dari tahun dasar sebelumnya 2007 menjadi tahun dasar 2012. Perubahan tahun dasar tersebut merupakan langkah positif untuk terus memperkuat perhitungan inflasi yang selaras dengan perubahan pola konsumsi masyarakat dan perkembangan ekonomi, yang pada gilirannya dapat mendukung proses formulasi bauran kebijakan di BI.

Neraca perdagangan membaik mendukung transaksi berjalan

Selain inflasi, BPS pada hari Senin juga mengumumkan keadaan neraca perdagangan per Desember 2013. Neraca perdagangan Indonesia memperlihatkan kondisi yang terus membaik. Surplus neraca perdagangan meningkat cukup besar dari US$ 0,79 miliar pada November 2013 menjadi US$ 1,52 miliar pada Desember 2013. “Surplus tersebut juga tercatat lebih tinggi dari perkiraan awal Bank Indonesia sekitar US$ 0,79 miliar,” kata Peter.

BI menilai, terus membaiknya neraca perdagangan Indonesia akan mendukung upaya penguatan transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Realisasi neraca perdagangan Desember lalu diperkirakan berkontribusi pada menurunnya defisit transaksi berjalan di triwulan IV 2013. Hal ini diharapkan berlanjut pada 2014 sebagai dampak dari kebijakan yang telah diambil oleh BI dan pemerintah.

Sebagai informasi, peningkatan surplus neraca perdagangan pada Desember 2013 ditopang oleh peningkatan surplus neraca perdagangan non-migas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan non-migas meningkat dari US$ 1,96 miliar pada November menjadi US$ 2,34 miliar pada Desember 2013. Perkembangan ini dipengaruhi ekspor non-migas yang pada bulan Desember lalu tumbuh 3,1 persen (mtm), yang ditopang oleh ekspor produk manufaktur, seperti TPT, peralatan listrik, dan barang dari logam, serta ekspor pertambangan seperti tembaga dan bauksit.

Sementara itu, pertumbuhan impor non-migas tidak terlalu kuat, yakni 0,23 persen (mtm), terutama dipengaruhi pertumbuhan negatif pada sepuluh golongan barang utama impor (antara lain mesin & peralatan mekanik dan mesin & peralatan listrik), yakni sebesar 0,14 persen (mtm). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved