Business Research

Ekonomi Belum Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga

Ekonomi Belum Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk kembali menahan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) di 7,50%. Level tersebut bertahan sejak awal tahun ini.

Suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility berada di level 8,00%. Langkah ini demi menjaga target inflasi di kisaran 4% plus-minus 1% di 2015 dan 2016. Demikian rilis resmi BI.

Dalam jangka pendek, fokus kebijakan BI masih diarahkan untuk stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global, dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di pasar uang Rupiah maupun pasar valas.

Kantor Bank Indonesia (Foto: IST)

Kantor Bank Indonesia (Foto: IST)

Ekonomi global masih akan melambat di tengah risiko di pasar keuangan global yang masih tinggi. Perlambatan terutama disebabkan prediksi pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sesuai perkiraan dan ekonomi Tiongkok yang masih melambat.

Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan II 2015, namun diperkirakan akan membaik pada triwulan III dan IV 2015.

Kinerja transaksi berjalan semakin membaik, tercermin dari menurunnya defisit. Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 4,5 miliar (2,1% PDB) pada triwulan II-2015, lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar US$ 9,6 miliar (4,3% PDB).

Glenn Maguire, Chief Economist, South Asia, ASEAN & Pacific ANZ mengatakan, kebijakan BI tersebut sesuai ekspektasi pasar. Bank Sentral berada di persimpangan seiring banyaknya permintaan untuk melonggarkan suku bunga, namun di sisi lain nilai tukar Rupiah juga masih dalam tekanan.

“Memangkas suku bunga BI rate hanya akan memicu volatilitas dan depresiasi nilai tukar Rupiah. Mereka mesti memerhatikan dampak setiap kebijakan yang diambil terhadap kurs Rupiah,” kata dia dalam rilisnya.

Jika situasi di pasar finansial semakin kondusif, lanjut dia, BI baru punya ruang untuk menurunkan BI rate untuk menggerakkan roda perekonomian. Dengan masih bertumpu pada konsumsi domestik, penurunan BI rate akan berdampak positif pada laju ekonomi RI dalam jangka menengah.

Badan Pusat Statistik (BPS) ‎melaporkan neraca perdagangan RI surplus US$ 1,33 miliar pada Juli 2015. Realisasi itu memecahkan rekor selama 19 bulan sejak Januari 2014. Rinciannya, nilai ekspor sebesar US$11,41 miliar dan impor sebesar US$10,08 miliar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved