Business Research Trends zkumparan

Google: 45% Perempuan Indonesia Ingin Berwirausaha

Google merilis penilitian terbarunya yang bertajuk Advancing Women in Entrepreneurship. Penelitian tersebut menunjukan bahwa 49% perempuan menyatakan diri sebagai pewirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri saat ini, sedangkan 45% berkata baru ingin berwirausaha. Sementara itu, 61% laki-laki berkata sudah menjadi pewirausaha dan 34% menyatakan ingin berwirausaha.

Delapan dari sepuluh perempuan yang sudah dan ingin berwirausaha di Indonesia ingin meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis misalnya, keterampilan berbisnis, pengelolaan uang, keterampilan digital, dll.

Sejalan dengan fakta tersebut, 83% perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online, dan ini adalah angka tertinggi yang tercatat di Asia Tenggara. Di kawasan ini, pengguna internet perempuan menyebutkan bahwa mereka menghabiskan rata-rata 5,5 jam sehari untuk online, dengan 85%-nya menggunakan ponsel untuk mengakses internet.

“Ada peluang untuk menggunakan pelatihan online sebagai cara memenuhi keinginan belajar keterampilan tambahan dan mendukung kesuksesan pewirausaha perempuan,” kata Veronica Utami, Marketing Director Google Indonesia. Keinginan ini, menurutnya, menjadi kesempatan yang bagus untuk memanfaatkan sikap terbuka mereka terhadap pelatihan online.

Walaupun angka partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, perempuan masih dianggap seharusnya berfokus untuk mengurus rumah tangga. 52% perempuan percaya bahwa perempuan seharusnya boleh bekerja purna waktu setelah menjadi ibu, sementara laki-laki yang setuju hanyalah 41%.

Tanggung jawab untuk mengasuh anak masih diberikan kepada perempuan tetapi jumlah perempuan yang merasa bahwa tugas itu hanya tanggung jawab mereka saja telah turun menjadi 60%, dari 80% pada 2017. Laki-laki telah menunjukkan perkembangan, dengan 21% dari mereka memikul tanggung jawab pengasuhan anak, dibanding 6% pada 2017.

Masih dalam penelitian yang sama, para perempuan sepakat bahwa hambatan mereka adalah kurangnya jaringan bisnis dan keterampilan pemasaran, sedangkan mereka yang baru ingin memulai menyebutkan kurangnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, dan kurangnya pemahaman tentang cara memulai sebagai tantangan terbesar.

Sekitar 59% pewirausaha perempuan saat ini mengatakan bahwa akses ke kelompok sosial yang suportif perlu diperbaiki. “Menciptakan dan mendukung kesempatan berjejaring untuk menghubungkan perempuan dengan orang-orang lain yang sepemikiran akan membantu mengurangi kebingungan mengenai cara memulai bisnis sendiri,” kata Veronica menambahkan.

Melihat data-data tersebut, dia mengatakan bahwa minat perempuan untuk belajar online harus dimanfaatkan. Selain itu, perlu adanya lebih banyak pembukaan kesempatan berjejaring secara online. “Melalui Women Will, kami ingin membangun komunitas perempuan yang merasa cukup percaya diri dalam berwirausaha untuk membantu menopang dan mencukupi kebutuhan keluarga, yang kita tahu sangatlah penting bagi perempuan Indonesia,” kata dia menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved