Business Research

Millennials Indonesia Tak Suka Berhutang

Oleh Admin
Millennials Indonesia Tak Suka Berhutang

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Visa mengenai “Connecting with the Millennials” pada Juni-Juli 2011 lalu, ditemukan fakta bahwa perilaku millennials Indonesia memiliki disiplin yang kuat dalam keuangannya. Salah satunya adalah mereka cenderung menabung sebagian dari pendapatannya.

Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia

Dalam paparannya dengan media, di Jakarta, minggu lalu, Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, mengatakan, “Kalau di Indonesia itu, mereka (millennials Indonesia ) itu lebih bertanggung jawab, mereka punya disiplin yang sangat tinggi untuk menabung.”

Millennials atau bisa disebut sebagai generasi Y, sendiri adalah kaum muda yang berusia 18-28 tahun. Di Indonesia disebut ada 5,1 juta millennials di sejumlah kota besar. Survei yang dilakukan Visa terhadap 500 orang responden di Indonesia pun menemukan sejumlah karakteristik yang menarik dari para millennials Indonesia.

Para millennials di Tanah Air ternyata memiliki sifat dasar yakni menabung. Sebanyak 96 persen dari responden millennials Indonesia menabung sepertiga pendapatannya. Lalu, mereka sebisa mungkin menghindari uang. Ini ditunjukkan, salah satunya, dengan masih terbatasnya penggunaan kartu dalam melakukan pembayaran. Sekitar 57 persen dari responden ternyata masih menggunakan uang tunai, dan 43 persen menggunakan kartu.

Dari penggunaan kartu, para millennials Indonesia juga lebih memilih menggunakan kartu debit ketimbang kartu kredit. “Karena kartu debit itu uangnya mereka sendiri. Dan tentunya mereka jadi bisa mengatur keuangan mereka. Kalau kredit spend-nya bisa lebih besar daripada limit,” jelas Ellyana.

Lebih lanjut, dia pun menyebutkan, dari total responden di Indonesia, hanya 7 persen yang memiliki hipotek, 27 persen memiliki pinjaman pribadi, 17 persen yang memiliki kredit mobil, dan 9 persen yang punya pinjaman biaya kuliah atau studi. Intinya, survei memperlihatkan bahwa lebih dari setengah responden terbebas dari utang.

“Disiplin millennials Indonesia dalam menabung dan ketertarikan mereka akan produk-produk keuangan juga menawarkan peluang pasar yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan jasa keuangan. Menempatkan millennials sebagai fokus perhatian merupakan hal yang diperlukan karena hampir 60 persen dari populasi Indonesia di bawah 29 tahun,” papar Ellyana.

Bukan hanya itu, seiring dengan pendapatannya yang cukup besar, para millennials Indonesia ini pun mempunyai daya beli yang tinggi. Tercatat bahwa millennials Indonesia memiliki jumlah online shopper tertinggi di kawasan APCEMEA (Asia Pasifik, UAE, Afrika Selatan, dan Rusia). Sebanyak 68 persen responden berbelanja melalui personal computer atau laptop. Catatan itu lebih tinggi dari rata-rata APCEMEA dengan angka 56 persen. Dan, 27 persen responden di Indonesia berbelanja melui ponsel pintar, sementara rata-rata APCEMEA hanya 13 persen.

“Millennials akan tumbuh menjadi sebuah angkatan dengan kekuatan ekonomi yang signifikan. Sebagai sebuah demografi yang berkembang, penghasilan millennials telah mendekati kapasitas penghasilan generasi X. Millennials saat ini memiliki daya beli senilai US$ 907 miliar untuk di kawasan Asia Pasifik saja. Di Indonesia, pendapatan tahunan millenials mencapai total US$ 38,2 miliar. Angka ini merupakan porsi yang signifikan dari total pendapatan domestik bruto Indonesia. Diprediksikan bahwa pada tahun 2020, millenials akan menjadi akumulator kesejahteraan masa depan seiring mereka mendekati usia 40 tahun,” ungkap Ellyana. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved